Dibawah Bayangan

25 1 0
                                        

  "Jangan lupa makan ya sayang." Kata Adam dengan lembut seraya memberikan sekotak sandwich saat aku turun dari mobil mewahnya. "Pekerjaan di kantormu sangat berat, karena itu kamu butuh energi untuk tetap semangat." Katanya lagi. Aku tersentuh dan tersipu malu oleh perhatiannya. "Terima kasih sayang. Kamu rela bangun pagi untuk menyiapkan sarapanku." Kataku dengan wajah memerah. Kumulai pagi dengan bahagia karena adam mengantarku ke kantor dan memberiku sandwich buatan tangannya sendiri. Rekan-rekan menyambut salamku dengan senyuman, mereka mendukung kebahagiaan yang kini kuraih setelah berbulan-bulan meratapi nasib ditinggal kekasih.

  Adam adalah pria yang amat sempurna bagiku. Pengusaha sukses yang romantis dan penyayang, lagi tampan. Ia hadir di suatu siang yang terik saat motorku mogok di jalan. Kemudian dengan sopan ia menawarkan diri untuk membantuku, dan ajaibnya hanya butuh sepuluh menit untuknya memperbaiki motorku. "Aku punya bemgkel di rumah, sesekali bawalah motormu sepertinya ada masalah di katup minyaknya." Kata Adam waktu itu sembari memberikan brosur bengkelnya. Itulah awal mula kedekatan kami yang mengisi kekosongan hatiku. Adam sama sepertiku suka bicara dan bercanda. Adam memperlakukanku dengan sangat baik, ia selalu memperhatikan motorku sehingga aku nyaman menggunakannya, ia tak pernah memarahiku bilaku sibuk dengan dunia karir yang persaingannya makin ketat. Ia pun maklum bila kami batal bertemu saat rapat mendadak menghadangku. Adam juga selalu sabar mengajariku memasak. Aku benar-benar bahagia bersamanya, semangat menjalani hidup makin membara, hingga aku mampu membangun kembali rasa percaya diri, cita-cita, dan harapanku.

  Kini aku bahagia. Aku sudah melupakan masa lalu yang menyakitkan itu. Aku bahagia karena Adam kembali lagi padaku dengan bertabur romantisme dan kehangatan yang dulu pernah hilang. Rasa cintaku yang pernah padam kini menyala terang dan membara. Tiada lagi pangeran es yang membuatku sepi membeku. Tiada lagi kekerasan yang membelenggu erat tangan dan kakiku. Adam telah berubah menjadi pangeran dari negeri dongeng yang amat penyayang. Adam melimpahiku dengan benih-benih cinta, menghujani dengan pujian dan pengakuan dan membutakan diri dari berbagai kelemahanku. Ia selalu memiliki persediaan maaf yang berlimpah ruah hingga kesalahan-kesalahanku pun disayanginya.

  Kami akan berkencan di rumahku malam ini karena itu aku menyiapkan hidangan lezat yang memanjakan lidah untuk menyambut pria yang menjadi takdirku, yang takkan ku lepas, yang akan menemani sisa hidupku. Adam mencicipi hidanganku lalu memujiku karena kelezatannya, "Kau wanita yang amat sempurna sayang. Aku bangga pada kemampuan memasakmu yang meningkat drastis." Kemudian Adam mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya dan kini didepanku ada sebuah cincin bertakhta permata indah yang siap melingkari jari manisku. "Maukah kau menikah denganku?" Bibir Adam meluncurkan perntanyaan impianku seraya menggenggam tanganku. Aku sangat terharu karena lelaki yang amat kucintai akhirnya melamarku.

  "Ijinkan aku menceritakan sesuatu." Kataku alih-alih menjawab lamarannya. Adam mengangguk lembut dengan sabar mendengarkanku. "Mungkin kau tak akan menerima masa laluku ini. Namun aku ingin kau mengetahuinya agar tiada dusta di antara kita." Kataku mengawali kisah sedih itu. Kisah diusiaku yang kesepuluh ketika orang-orang bejat itu merebut mahkotaku dan menodaiku menyebabkan bilur-bilur luka batin yang tak dapat disembuhkan. Aku menangis memohon belas kasih dan simpati dari Adam namun yang kudapati ia menarik kembali berlian itu dengan raut wajah jijik dan ngeri. "Apakah kau akan meninggalkanku lagi Adam?" Tanyaku disela isak tangis. "Adam? Siapa itu? Namaku bukan Adam!!" Ujar pria itu keheranan. Dengan cepat aku mencengkeram lengannya mencegahnya pergi dariku. "Tidak!!!!!! Kau adalah Adam!!!!! Kau tak boleh pergi lagi!!!!!!!" Jeritku kencang. Kemudian pria itu membentakku dengan kasar, "Kau gila ya?!"

Ya inilah ciri khasnya, Adam suka membentak dengan kasar dan selalu ingin meninggalkanku saat tahu tentang masa laluku yang buruk. Aku tak ingin kehilangan Adam untuk yang kesekian kalinya, tak kan kubiarkan ia dimiliki wanita lain. Ku meraih pisau daging dipantry lalu kulakukan hal yang sama setiap kali Adam ingin meninggalkanku.

  Aku baru saja selesai membasuh diri saat kutemukan cincin berlian itu tergeletak di lantai. Kupandang cincin itu dengan tatapan tak perduli, karena bagiku berlian itu tak lagi memiliki daya tarik. Adam pergi lagi, jadi untuk sementara aku sendiri. Entah pada siapa lagi Adam akan merasuk. Ku tengok kebun mawar di belakang rumah, tepatnya pada tanah basah yang sudah kutanami bunga. Tak akan ada yang tahu ada tiga raga Adam disana, di bawah bayang kelopak mawar.

CeritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang