"Kriiiiiiiiiiing!!!!" Dering jam weker menyadarkan Mela dari tidur nyenyaknya. Ia melirik sebentar benda berwarna biru dengan sepasang lonceng di atasnya itu, "Ah. Semalam aku lupa mengatur ulang deringnya. Ini liburan aku tak perlu bangun pagi seperti biasanya, lagipula hujan deras di luar." Batin Mela kemudian kembali meringkuk di balik selimut tebalnya dan mencoba tidur lagi namun tubuhnya menolak mungkin karena sudah terbiasa bangun pagi. "Apa yang harus kulakukan? Aku bosan menghabiskan liburan di rumah. Lebih baik aku berlibur di rumah nenek saja."
"Mama bantuin Mela siap-siap dong. Mela mau liburan di desa." Pintanya manja. "Mela, persiapkan sendiri ya. Kamu tahu kan mama repot bikin kue pesanan orang." Mama menolak dengan lembut. Mela cemberut namun ia tak mau menjadi anak yang manja. "Ya aku harus prepare sendiri. Tak apalah aku kan udah enam belas tahun enggak baik juga kalau semuanya disiapkan mama." Kata Mela mengingatkan dirinya. Dengan cekatan ia mempersiapkan seluruh keperluannya untuk berlibur di desa. Ia mengambil beberapa pakaian hangat dari lemari karena udara di kaki gunung cukup menggigit, gadis berambut panjang itu tak ingin terseran flu saat berlibur. Setelah persiapannya selesai, mela berpamitan pada papa dan mamanya kemudian sopir pribadi papa mengantarnya ke desa.
Mela tiba di rumah nenek setelah menempuh tiga jam perjalanan. Ia disambut nenek yang langsung memeluknya dengan hangat, "Selamat datang cucu nenek yang cantik. Nenek kangen banget sama kamu." Mela membalas pelukan nenek, "Mela juga kangen sama nenek. Mela mau liburan disini supaya Mela belajar cara hidup mandiri dari nenek." "Wah cucu nenek makin dewasa cara berpikirnya. Nenek setuju sekali. Nah sekarang Mela makan dulu ya, nenek sudah masak makanan kesukaanmu lho." Mereka menuju meja makan. Mela terbelalak melihat soto ayam kesukaannya terhidang dengan aroma yang menggugah selera. Tanpa basa-basi lagi Mela langsung melahap makan siangnya yang terasa lezat dan menghangatkan perut di kala hujan seperti ini.
Di tengah keasyikan melahap soto ayam terdengar ketukan di pintu depan. "Siapa yang bertamu ya?" Tanya nenek sembari bangkit dari kursinya. "Biar aku saja yang membukakan pintu nek." Pinta Mela lalu bergegas ke arah pintu. Begitu pintu dibuka terpampanglah pemandangan yang sangat menyejukan hati gadis ABG itu, di depannya berdiri seorang pemuda tampan yang basah kuyup. "Kamu siapa ya?" Tanya Mela sambil tersenyum. "Kenalin, aku Risto anak Pak Lurah. Kamu pasti Mela, nenek sering bercerita tentang dirimu." Ujar Risto ramah. "Eeh Risto, ayo masuk dulu kasihan kamu kehujanan." Kata nenek yang menghampiri mereka sambil membawakan handuk. Kemudian mereka kembali melanjutkan makan siang bersama Risto. "Risto selalu membantu nenek setiap kali libur kuliah. Oh iya Risto ini cerdas sekali lho, dia putra kebanggaan desa seperti papamu dulu." Nenek menjelaskan dengan gembira. "Ah nenek bisa aja. Aku belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan papanya dik Mela. Aku hanya meniru cara-cara sukses beliau." Ujar Risto malu-malu. "Kakak kuliah jurusan apa sih? Tanya Mela penasaran.
"Ekonomi manajemen, seperti papamu." "IPK kak Risto berapa?"
"Cuma tiga koma empat"
"Cuma? Ya ampun kak itu tinggi banget, hampir empat lho. Kentara banget deh kalau kakak merendah." Sindir Mela namun Risto tak merasa tersinggung ia justru tersanjung dan terpesona dengan wajah imut Mela. Setelah makan siang usai hujan pun mereda. "Nek bagaimana kalau sekarang kita mulai menanam jagung?" Usul Risto. "Boleh juga." Sahut nenek kemudian mengajak cucunya untuk ikut serta. "Mela ayo kita menanam jagung, nanti Risto yang akan mengajarimu."Nenek memberikan bibit jagung dan linggis pada Mela. "Terima kasih nek." Kata Mela dengan gembira. Dengan hati-hati Mela mengikuti apa yang dilakukan oleh Risto seperti menikam linggis di tanah yang gembur, memasukan sedikit bijih jagung, kemudian mengambil dua langkah untuk lubang berikutnya. "Kenapa jarak antar lubang berjauhan kak? Terus kenapa hanya boleh sedikit bijih tiap lubang?" Tanya Mela ingin tahu. "Dik Mela, bijih jagung ini kan nanti menjadi tanaman kalau berhimpit pertumbuhannya bisa terganggu. Sama halnya saat menanam jangan terlalu banyak memasukan benih, nanti malah jagungnya tidak tumbuh." Risto menjelaskan. Mendengar jawaban Risto itu Mela merasan sensasi aneh yang menggelitik, ia benar-benar tertarik pada Risto. Menurutnya jawaban sederhana yang diberikan oleh Risto benar-benar memukau. Mela sendiri tak mengerti apa sebab ia menjadi kagum berlebihan padanya. Dengan lincah Mela menanam benih-benih jagung sebisa mungkin ia melakukan dengan benar, namun karena tak biasa Mela malah membuat lubang dengan jarak yang berdekatan. Bukan Mela namanya bila ia membiarkan kesalahannya tak diperbaiki. Ia memusatkan perhatiannya dan dengan hati-hati mengukur jarak antar lubang benih. Risto mengamati Mela dan tanpa sengaja mata mereka bertemu membuat keduanya tersipu malu.
