Nia menguap, matanya memerah, dan napasnya tersendat-sendat. Ia merasa sedih dan mengantuk tapi tidak mematikan smartphone miliknya. Matanya yang sayu dipaksakan untuk kuat walau air matanya hampir kering karena tangisnya yang tak henti. Gadis berkulit putih itu mengambil selembar tisu mengusap mata dan hidungnya kemudian secara asal membuangnya.
Demi satu episode lagi Nia memaksa dirinya agar tetap terjaga walau waktu telah menunjukan pukul tiga dini hari. Lebih baik tidur di kala fajar daripada rasa penasarannya pada drama korea terbaru itu tak dipuaskan. Ia kembali menangis saat melihat adegan seorang pria tampan yang menjadi idola gadis sejagat itu ditolak cintanya oleh wanita yang menjadi pemeran utama. "Jika dia menolakmu. Aku bersedia menyembuhkan luka hatimu." Nia menangis tersedu-sedu sambil meremas tisu yang baru saja ia gunakan.
Menjelang pagi baru Nia tertidur pulas dengan tenang dan tanpa beban sebab hari ini dia mengajar pukul lima sore di tempat les privat kimia yang baru dua bulan ini menerimanya menjadi staf pengajar. Nia merdeka hidup sendiri di kamar kos kecilnya tanpa perlu mendengar lengkingan seriosa milik ibunya yang selalu memarahi Nia karena kebiasaan buruk itu.
"Anak gadis sudah dua puluh lima tahun. Masih saja suka bangun siang. Mau makan apa suami dan anakmu nanti kalau kamu tetap seperti ini! Jangankan lelaki meminang, pekerjaan setelah kau lamar juga tak akan menerimamu!" Itulah perkataan khas seorang ibu yang frustrasi dengan kelakuan anak gadisnya. Tetapi jangankan mau berubah sadar kalau hal itu salah saja rasanya tak mungkin bagi Nia.
Ia selalu punya alasan tersendiri untuk mempertahankan kebiasaan buruknya itu. "Ah ibu ini kolot banget sih. Apa ibu tidak tahu orang yang bangunnya kesiangan adalah orang yang jenius. Lagipula aku tidur larut malam bahkan hampir pagi pun bukan tanpa alasan," kilah Nia pada ibunya.
Ibu Nia melotot dan berkata lagi, "lya alasanmu ada aku tahu demi drama korea kamu begadang. Apa faedahnya nonton artis-artis yang cuma bohong terus di bayar!"
"Ibu ini tidak tahu apa-apa tentang hiburan jangan banyak bicara. Itu adalah wujudku menghargai para artis yang selalu berusaha mengobatii hati yang luka!"
Untunglah sejak diterima mengajar di tempat les privat itu Nia jadi punya penghasilan sendiri dan memutuskan untuk jauh dari ibunya yang galak itu. Dan dengan bebas ia melakukan hobinya tanpa ada yang melarang. Sore mengajar sampai pukul sembilan malam lalu pulang dan nonton drama korea hingga ayam berkokok.
Alarm di Samsung Nia berbunyi membangunkan si empunya dari mimpi di peluk Park Bo Gum. Setengah sadar ia meraba-raba smartphone itu sambil mengigau, "Bo Gum Oppa gajimayo. Oppa! Jamkkanman-yo!" Ketika Park Bo Gum pergi dengan kereta barulah Nia sadar sepenuhnya. "Ah cuma mimpi ternyata."
Waktu menunjukan pukul tiga sore, dengan malas Nia mengambil kotak bekalnya mengisi dengan nasi putih, kecap, minyak goreng, sambal ABC, kacang atom, kemudian menutupnya dan mengguncangkannya keras-keras hingga bumbu tercampur rata dengan nasi. Nia mengambil sendok nasi alih-alih sendok makan. Lalu melahap makanan 'cepat saji' itu layaknya pengacara Jang Hye Song di drama I can Hear Your Voice. Ni sangat bahagia menghayati acara makannya yang sesuai dengan drama tersebut.
Selesai melahap santapan drama, kini Nia bergegas ke kamar mandi agar ia tak terlambat bekerja. Dengan penuh rasa malas gadis penuh khayalan itu menyalakan shower dan lagi-lagi menghayati peran Song Ji Hyo yang mandi sambil mengumpulkan semangat. Ia lupa bahwa waktu mandinya jadi sangat lama karena kebiasaan konyolnya itu. Setelah puas mandi dan berkhayal ia segera memakai pakaian dan merias wajahnya cepat-cepat karena waktu telah menunjukan pukul empat lewat tiga puluh menit.
Eits Nia sudah menyusun skenarionya sendiri dalam menghadapi keterlambatannya ini. Ia berlari tergesa-gesa tersiksa oleh hak sepatu enam centi menuju jalanan besar di depan kos-kosannya dan bukannya memanggil taxi agar cepat sampai tujuan ia malah memilih bus agar lebih mirip lagi dengan drama korea. Hasilnya ia terlambat lima belas menit ketika tiba di Kafe Ilmu, tempat kerjanya. Adit pimpinannya langsung memberikan tatapan membunuh padanya dan berkata, "selesai kelas segera temui saya!" Dan hanya di balas anggukan kikuk oleh Nia.
Nia terkejut saat kakinya menginjak ruang kelas karena yang duduk disana tidak hanya muridnya tetapi orangtua mereka juga menunggu dengan ekpresi siap meninju guru alay itu. "Guru kok terlambat," kata Mama Daren. "Kita yang rugi dong! Bayar mahal eh gurunya telat lalu materi yang harusnya didapat malah tertinggal," timpal Papa Fania. "Kami sudah memutuskan akan menarik anak kami dari Kafe Ilmu. Percuma sudah dua bulan les, nilai kimia putri saya enggak naik-naik!" Mama Tika langsung meninggalkan ruangan. Sedangkan Nia hanya menunduk pasrah dengan kata maaf yang tak henti-henti keluar dari bibir ceri miliknya.
Tamatlah suka citanya. Ia dipanggil oleh Sang pimpinan dan dimarahi habis-habisan. "Masalahnya ini bukan sekali dua kali kamu terlambat Nia. Hampir dua bulan kerja disini separuhnya kamu isi dengan terlambat. Kamu saya terima disini untung memberi dampak positif bukannya malah membunuh citra Kafe Ilmu," berang pria muda itu. Ia menghela napas berat sambil menatap Nia yang hanya menunduk untuk menyembunyikan air matanya. Kemudian dengan perasaan yang campur aduk pimpinan itu berkata, "kamu harus mengundurkan diri jika tidak ingin dipecat. Performa kerja kamu sangat buruk. Selain terlambat kamu selalu mengajar dengan cara-cara yang aneh dan tidak jelas sehingga para siswa tak mengerti apa yang kamu terangkan."
Nia menangis histeris menyesali kebodohan dan kesalahannya di restroom kafe ilmu. Ia tak menyangka sedikitpun keisengannya berlagak artis drama korea akan berakibat seakut ini. Ia tak percaya bahwa cara mengajarnya yang imut dan penuh corak kekoreaan itu membuat muridnya gagal fokus.
Ia sangat terpukul bahwa kenyataan di dunia ini tak memberi tempat bagi pelaku hal konyol seperti dirinya. Ia baru saja ditampar bahwa nyatanya dunia ini tak menganggap lucu orang yang bersikap masa bodo dan kekanakan macam dia.
Kesedihan juga menekan pimpinan muda Kafe Ilmu. Ia sangat kasihan pada pacarnya yang terjebak khayalan semu tak berguna yang menjadikan gadis tercintanya sakit jiwa dan melupakan kenyataan juga meninggalkan talentanya yang luar biasa. Hingga membuatnya harus memecat Nia dari Kafe Ilmu yang mereka rintis berdua. Dengan penuh rasa bersalah Adit memeluk Nia dan berkata, "Besok kita kunjungi psikiater ya sayang."