Part 19

578 46 1
                                    

"A-aku…"

"Aku apa ?" Tanya Yeonsoo yang mulai jengah karena entah sudah berapa kali Wonwoo mengatakan hal yang sama padanya.

Pikiran dan harapan yang tadi sempat mengerubungi kepalanya telah hilang dan tergantikan dengan rasa kesal karena mendengar ucapan Wonwoo.

"A-aku…"

Lagi dan lagi Wonwoo berhenti setelah mengatakan hal itu.

"Ayolah, Won. Katakan saja apa yang ingin kau bicarakan! Kalau kau ragu sebaiknya jangan katakan dulu. Karena jujur, hal ini sungguh menghabiskan waktu."

Namun seakan ada batu yang bersarang di kepalanya, Wonwoo tidak mendengar ucapan Yeonsoo dan kembali berbicara setelah dirinya merasa yakin.

"A-aku…butuh bantuanmu."

Hah?!

"Bantuan ? Bantuan apa yang kau maksudkan itu ?" Tanya Yeonsoo dengan sedikit tidak rela. Ternyata menunggu ucapan Wonwoo juga tak membuatnya bahagia.

"Bantu aku untuk…membuka hatiku." Ucap Wonwoo percaya diri. Matanya yang tajam membuat kata-kata konyol yang keluar dari mulutnya itu terdengar serius untuk Yeonsoo.

Dan tanpa disadarinya, sebagian dari jiwa Yeonsoo hilang entah kemana mendengar ucapan itu. Apakah dia harus senang atau sedih mendengarnya ? Itu bagus jika Wonwoo ingin mencoba membuka hati. Tapi yang membuatnya takut adalah jika gadis yang disukai Wonwoo itu adalah orang lain.

Namun, alih-alih rasa sakit karena patah hati yang dirasakannya, Yeonsoo justru takut akan perasaan terlupakan. Jika Wonwoo menyukai seorang gadis, dengan otomatis keberadaan dirinya juga tidak berharga dalam hidup Wonwoo. Bahkan mungkin juga Wonwoo bisa sampai melupakan dirinya.

Dengan sedikit menahan sesak dalam hatinya Yeonsoo berujar. "O-oh, apakah sekarang seorang Jeon Wonwoo yang dikatakan dingin ini sedang jatuh cinta, eoh ?"

Mendengar hal itu membuat seulas senyum terukir di bibir Wonwoo dan juga sukses membuat hati Yeonsoo mencelos sakit melihatnya. Padahal kata-kata itu hanya basa-basi tapi itu dianggap serius oleh Wonwoo.

"Mungkin…iya."

"Mau mendengar ceritaku ?" Tawar Wonwoo sembari menatap Yeonsoo dengan penuh binar di matanya.

"T-tentu saja." Sedikit sakit tak akan membuat Yeonsoo meraung-raung tidak jelas. Yang perlu dilakukannya saat ini hanyalah duduk manis dan berpura-pura simpati pada cerita Wonwoo.

"Dia adalah orang yang spesial untukku. Dia pintar, ramah, suka menolong, selalu tersenyum di saat terpuruknya, dan yang paling penting adalah dia selalu menemaniku akhir-akhir ini.

"Aku tidak tahu apa dia sadar dengan perasaanku ini. Tapi yang jelas perasaan ini sudah ada jauh sebelum kami bertemu saat ini…" Wonwoo menjeda ceritanya dan menatap sungai yang begitu tenang di depannya membawa kenangan-kenangan manisnya saat bersama gadis yang didambakannya.

Yeonsoo ikut mengalihkan pandangannya pada sungai. Dari sepenggal cerita Wonwoo dia tahu bahwa gadis yang disukai oleh Wonwoo itu sangat keren. Hanya dengan mendengarnya saja Yeonsoo dapat membayangkan seperti apa gadis itu.

"…rambutnya itu dia kuncir satu saat aku pertama kali bertemu dengannya. Setelan jaket yang terlihat lucu itu memeluk dirinya dalam kedinginan. Awalnya aku tidak suka dengan gadis ini karena dia itu cerewet dan keras kepala. Dan kau pasti tahu seperti apa sifatku ini. Aku tidak suka gadis yang seperti itu. Apalagi dengan gadis yang selalu mengikutiku kemana saja."

Yeonsoo hanya dapat membayangkan kata-kata itu dalan kesakitan hatinya. Hanya anggukan dan senyuman yang diberikan Yeonsoo untuk menanggapi ucapan Wonwoo. Untuk saat ini saja pikirnya, dia akan menjadi pendiam.

"Dan anehnya karena sifatnya itulah aku menyukainya. Dia berbeda dengan yang lain. Di saat semua orang menjauhiku karena sifatku ini, dia malah berbaris paling depan hanya agar bisa berteman denganku…

"Namun, dalam beberapa saat dia menghilang dari pandanganku. Membuat hatiku sakit dalam kesepian. Dan juga membuat sifatku semakin buruk karenanya."

Wonwoo mengalihkan pandangannya dan menatap Yeonsoo lekat, sadangkan yang diperhatikan malah sibuk dengan pemikirannya sendiri dan tidak menyadari hal itu.

"Tapi itu tidak masalah sekarang. Karena aku telah mendapatkan kembali kebahagiaanku disini."

Yeonsoo yang mendengar itu tersadar dari fantasinya dan menatap Wonwoo yang juga sedang menatapnya. Melihat senyum itu membuat pipi Yeonsoo bersemu dan pikirannya kosong.

"Jadi, bagaimana ?" Tanya Wonwoo.

"Eoh, bagaimana apanya ?" Wonwoo kembali tersenyum melihat tingkah bodoh Yeonsoo, menggemaskan pikirnya.

"Ceritaku."

"E-eoh, itu keren. Dari ceritamu itu aku mengerti satu hal." Wonwoo mengangkat satu alisnya penasaran melihat Yeonsoo yang tersenyum.

"Tanpa bantuanku pun, kau sudah membuka hatimu sejak bertemu dengan gadis impianmu itu."

Benar. Kenapa Wonwoo tidak sadar hal itu ?

"Benarkah ? Kenapa aku tidak sadar ?" Yeonsoo mengetuk kepala Wonwoo keras membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Tentu saja. Kau itu kan tidak peka. Bahkan dengan sekelilingmu saja kau tidak peduli. Jadi, bagaimana mungkin hal seperti itu kau akan sadar." Wonwoo mendengus kesal mendengarnya.

"Sudahlah. Ayo kita ke jembatan ! Aku merasa mereka akan marah jika kita terlalu lama disini."

Wonwoo sudah beranjak dan mengulurkan tangannya pada Yeonsoo. Yeonsoo hanya menatap uluran itu dengan bingung. Namun, setelah beberapa saat dia menerimanya dengan senyuman di bibirnya.

'Gwaenchanha. Cerita tadi tidak akan berguna lagi. Karena dia sudah bahagia sekarang.'

Yeonsoo—
.
.
.
.

__TBC__

[END] On Bus (SVT Wonwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang