Horizon 1

144 23 4
                                    

Cerita ini kupersembahkan kepada ayah yang begitu sangat berarti bagiku, raganya memang sudah hilang, tapi hatinya akan tetap menyelimuti hatiku.

Anggap saja dirinya akan tetap disampingmu, walaupun fajar telah menculiknya kemudian dikembalikan pada saat senja,percayalah hatinya turut serta melindungi dirimu.

To ayah di seluruh Dunia.

Terimakasih telah menjadi satu-satunya lelaki yang mampu menjaga gadis kecil ini tanpa ada kata menyakiti sama sekali.

@qairumww21

Selamat membaca

----------------------------

Sayup-sayup angin perlahan menghempas debu yang beterbangan disepanjang koridor. Pepohonan perlahan menggugurkan
Daunnya yang sudah mulai menua.

Suasana sekolah cukuplah ramai, jam istirahat telah tiba. Waktu dimana seluruh siswa dan siswi mengidam-idamkan momen langkah yang terjadi sehari sekali dalam enam kali seminggu.

Perlahan panas semakin membara, namun itu tak kunjung membuat salah satu siswi yang tengah bercanda gurau disisi taman bersama sahabatnya untuk enyah dari sana.

Pohon yang baik telah melindungi gadis tersebut dari terik matahari yang sedikit demi sedikit akan naik ketengah-tengah pusat Bumi.

Brukk

Tendangan bola futsal yang lumayan kencang mengenai bahu gadis tersebut dengan perwatakan sedikit mungil, TARISSA panggil saja Sasa. Ia nampak meringis memegang bahunya dibangku pojok taman.

Gadis itu cukup kesal, ia dengan cepat mengambil bola nakal yang terpantul pelan diatas permukaan rumput.

Entah siapa yang telah menendangnya, inti dari fikiran tarissa hanyalah LELAKI ITU HARUS SEGERA DIBERI PELAJARAN.

"Mother, Father benda bulat yang nyatanya benda mati tapi bisa membuat orang sakit dibuatnya! Dia telah menyakitiku." teriak Tarissa menghentakkan kakinya berulang kali.

"Ini yang punya bola tolong yah dijaga baik-baik bolanya ntar kabur! Itu juga kakinya digunakan dengan baik! Kalo gak bisa nendang yaudah jangan nendang." omelnya lagi.

"Udah Sasa, lo gak malu apa diliatin banyak orang." ucapnya memegang tangan Tarissa berusaha menenangkan sembari menatap disekitar taman, yah nyatanya beberapa siswa yang sedang berada ditaman itu tengah memperhatikan mereka berdua.

Atau mungkin hanya memperhatikan tingkah konyol Tarissa yang sedikit memalukan.

"Diam Ajeng! Gue lagi marah ini."

Ajeng menutup mata dengan kedua tangan. Malu? Jelas. Ingin rasanya ajeng terbang saja keplanet Pluto trus menghilang dari muka bumi sekarang.

"Yang punya bola ini tolong menghadap sama cewe cantik yah!" teriak Tarissa.

"Sori itu bola gue."

Tarissa otomatis membalikkan badan menghadap kesumber suara barusan. Sosok inilah yang membuat kucing ganas keluar dari kandangnya kemudian mengamuk mencari mangsa.

"Devano." mata Ajeng membulat, menelan ludahnya kasar.

Murid yang baru saja pindah ke sekolahnya seminggu yang lalu, lelaki yang menjunjung tinggi ucapannya, Lelaki yang sulit untuk mengeluarkan sepatah kata amanat untuk teman-teman barunya.

Ajeng berharap ini hanya sebuah mimpi buruk dihari konyol ini.

"Shhh." ringis Tarissa memperhatikan tampang lelaki itu dari atas kebawah. "Sori yah mas, kalo gak tau caranya nendang bola mending masnya main barbi deh! Lebih cucok." ucapnya memeluk bola itu erat memastikan kalau Devano tak bisa merebutnya.

Horizon #GrasindoStoryIncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang