Horizon 4

25 6 0
                                    

---------------

"Tarissa?"

"kyaaaaakkkkk"

Teriak Tarissa ketika mendapati wajah Devano yang hanya berjarak 30 cm dari wajahnya, dengan cepat ia mendorong keras badan Devano agar segera menjauh darinya.

Devano tersentak kebelakang dengan tangan menumpu menahan agar tidak sampai badannya menyentuh tanah.

"Mau ngapain lo?" teriak Tarissa mengatur kembali posisinya dari tertidur ke posisi duduk. "Mau merkosa gue lo hah!"

Devano membulatkan matanya ketika Tarissa menyilangkan tangannya tepat didepan dada berusaha melindungi diri seolah-olah Tarissa akan diperkosanya. Tapi itu fikiran Tarissa lah yang salah, Devano tidak ada niatan untuk berbuat seperti itu kepada gadis aneh menurutnya.

"Gue cuma liat papan nama lo." ucap Devano membela diri.

"Alasan lo! Bilang aja kalau modus."

"Gue masih ngikut norma Agama, lagian mana mau gue merkosa perempuan gila seperti lo."

"Emang yah lo, gak ada minta maafnya!Kemarin lo nendang bola kebahu gue dan lo gak minta maaf, sekarang lo mau merkosa gue juga, trus gak minta maaf lagi! Dasar lelaki angkuh." jelas Tarissa.

Tak ada balasan dari Devano, lelaki itu malah berdiri dari sana melangkah meninggalkan Tarissa sendiri.

"TUH KAN BENER KATA GUE LO ITU GA ADA PEDULINYA SAMA SEKALI." teriak Tarissa sebal karna Devano mengacuhkan dirinya.

Beberapa detik kemudian Tarissa menatap aneh tempat ini, seram juga untuknya jika sendiri disana pada sore hari.

"Hiii." ringis Tarissa membayangkan bagaimana jadinya kalau dirinya bertemu hantu sekolah. Dengan cepat ia berdiri dan berlari untuk mengambil tas ranselnya yang masih tertinggal dikelas.

Tarissa mempercepat langkah kakinya dipinggiran trotoar, tak henti-hentinya Tarissa mengumpat memberi sumpah serapah kepada Devano, lelaki yang tak punya etika.

Tarissa sedikit menekan langkahnya dilantai dasar halaman rumahnya ketika mengingat kejadian dimana Devano ingin mencabuli dirinya.

"Halo penghuni rumah, Sasa pulang." sapa Tarissa saat memasuki rumah yang berukuran minimalis namun sangatlah mewah.

Tak ada orang yang dijumpai Tarissa diruang tengah, seperti biasa ibu Tarissa bekerja dari pagi sampai malam, keluarga Tarissa mempunyai beberapa cabang toko kue yang turun temurun dari neneknya sehingga tak jarang ibu Tarissa sering pergi keluar kota untuk mengurus toko kue tersebut. Ayah Tarissa sudah meninggal 8 tahun yang lalu saat Tarissa masih berada dikelas 2 Sekolah Dasar, hal itu membuat Tarissa sering kasihan kepada ibunya yang setiap hari harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Tarissa juga mempunyai seorang kakak laki-laki yang berbeda 4 tahun dengannya, panggil saja Aldi. Menurut Tarissa, tak ada lagi lelaki ganteng yang melebihi kakak tersayangnya itu.

"Lemes banget sih badan gue." ucap Tarissa memijat pelan pergelangan tangannya yang sedikit pegal ia rasa.

"Apa bener tadi dia ga ngapa-ngapain gue?" cemasnya membayangkan apa yang sebenarnya dilakukan Devano saat Tarissa sedang tertidur. "Awas aja kalo sampe dia ngapa-ngapain gue."

"Eh, kenapa baru pulang?"

Tarissa menoleh mendapati kakaknya yang berada dianak tangga, terdapat ditangan sang kakak beberapa lembar foto card, entah itu wajah siapa Tarissa sama sekali tidak peduli.

"Gak kak, tadi itu ada les." Tarissa melirik ke Aldi sebentar kemudian beralih meraih sebuah remote Tv.

"Oh." Aldi ikut duduk disamping Tarissa yang sedang menonton tv. "Liat deh dek, foto Lisa Blackpink sama Rose, cantik tidak?" tanya Aldi memperlihatkan foto card miliknya.

Horizon #GrasindoStoryIncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang