Horizon 7

9 1 0
                                    

"Rintik hujan masih saja mengadu padaku. Tentang kamu yang sudah lama tak merindukanku"

@sajakcerita_

----------------

"KRINGG"

Suara bel Sekolah beriringan dengan langkah kaki Tarissa yang berlari disepanjang koridor. Sorot mata yang tak henti-hentinya menerawang, mencari keberadaan seseorang. Dimana dia berada?

"TARISSA."

Suara teriakan itu berhasil membuat langkah Tarissa berhenti secara mendadak untuk membalikkan badannya kembali.

"Untung Bapak ketemu kamu disini, ada narasumber yang menyebutkan kalo kamu itu bolos dengan dia, satu stengah minggu yang lalu. Benarkah adanya itu."

Pak Bambang mempererat tatapannya, dia tau jika sampai dirinya lengah, dia akan kehilangan Tarissa untuk yang kesekian kalinya.

"Perihal lama kok diumbar-umbar. Jatuhnya alay tau gak pak." ujar Tarissa seraya menyilangkan tangan diatas dada.

"Kamu mau di cap sebagai Siswi nakal jika sikap kamu seperti ini? Tidak ada sopan santunnya sama Guru." jelas pak Bambang kesal.

"Pak, Tarissa itu bukannya gak ada sopan santunnya sama Guru, cuma Gurunya aja yang gak tau apa isi hati saya."

"Kamu ini ngeles saja kerjaannya. Sekarang ikut keruangan bapak." tegas pak Bambang.

Perkataan pak bambang tadi membuat Tarissa mau tidak mau harus mengikuti nya menuju ruangan angker menurut para Siswa Siswi di Sekolah ini.

Ketika memasuki ruangan bertuliskan BK itu, Tarissa mendapati punggung seseorang yang memakai switer hitam dengan kepala yang tertutup topi SMA sedang duduk.

"Pak dia siapa?" tanya tarissa.

Pak bambang menatap sekilas Tarissa, kemudian beralih duduk didepan Seseorang yang masih saja menyembunyikan wajahnya.

"Dia murid baru disini." Jawab pak Bambang.

"Oh aja ya kan pak."

"Kamu itu mau jadi apa? Sini duduk, tunggu rekan kamu yang satu lagi." ujar pak Bambang seraya menunjuk kursi yang ada disamping calon penduduk baru di Sekolah

"Astaga pak ini buang-buang waktu saya saja." kata Tarissa malas.

Siapapun yang berani melaporkan Tarissa saat ini, sebentar dia akan terkena imbasnya. Tarissa kemudian duduk tanpa melirik kepada seseorang di sebelahnya. Baginya itu tidak penting. Permasalahannya hanya satu disini, kenapa harus Tarissa yang menjadi korban?.

"Permisi pak."

"Devano anak XI Mia 3?" tanya pak Bambang. Tarissa berbalik dengan mata yang membulat.

Tarissa meneguk ludahnya kasar, apa yang laki-laki itu ingin lakukan kepada Tarissa sebenarnya. Dengan santainya Devano berjalan kesamping murid baru tersebut.

"Kata Andi kamu yang bolos waktu itu" ucap pak Bambang. "Dan kamu," potong Pak Bambang kemudian menunjuk Tarissa yang sedang merabah kuku jarinya. "Kenapa tidak melapor ke bapak hari itu?" sambungnya.

Horizon #GrasindoStoryIncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang