"Sajakku masih seperti sebelumnya. Meminta kepada Tuhan agar selalu memposisikan hatimu pada titik terbaik dimana kau akan selalu bertahan untukku."
@sajakcerita_
--------------
Baru saja Devano ingin melangkah keluar dari toilet cowo, Ponsel yang ia genggam tiba-tiba saja bergetar.
Sasaadja: cemungut tandingnya qaqa
Devano memutar bola matanya malas. Dari mana Tarissa bisa tau Id Linennya.
Arti kata "Semangat" dari pesan Tarissa adalah karena hari ini Devano akan bertanding melawan tim futsal dar kakak kelasnya. Bukan apanya, Devano harus berjuang mati-matian karena pertandingan ini memperebutkan siapa yang akan mewakili Sekolah untuk ikut kepertandingan tingkat Provinsi.
Dengan semangat yang penuh kepastian, Devano melangkah kepinggir lapangan untuk bersiap-siap. Disamping kanan tim Devano sudah terdapat anak kelas XII yang postur tubuhnya lebih besar dibanding Devano dan kawan-kawan.
"Itu yang jadi kapten tim anak kelas sebelas pacarnya Tarissa bukan sih?"
"Woh adek kelas memang tampan."
"Bagian gue itu."
"Gantengnya murid baru idaman itu."
Suara teriakan-teriakan itu berhasil menghiasi gendang telinga Devano. Senyum ramah tak henti-henti untuk diperlihatkan beriringan dengan mata yang bergerak menerawang kesegala penjuru.
"Puji syukur atas Rahmatmu ya Tuhanku. Gadis aneh itu tidak ada."- Batin Devano.
PRIPPP
Suara peluit pertanda kalau pertandingan akan segera dimulai. Kedua kubu tim memasuki lapangan.
Baik kita perkenalkan Tim Devano dkk, mulai Dari Dzaki yang sok ganteng dan selalu memperhatikan warna kulit, make up, dan tingkah laku seorang perempuan. Selanjutnya Dimas, lelaki pendiam tapi receh. Perkenalkan juga Bayu, seorang playboy dan lebih menyukai perempuan yang lebih tua darinya. Dan juga Adnan, prinsip hidup Adnan hanya bola, bola, bola dan game. Terakhir Devano, kalian pasti sudah mengenalnya, jadi tak perlu dijelaskan.
"Apapun yang terjadi pada tim kita. Jangan mau kalah dengan kakak kelas." ucap Dzaki menyemangati.
"Tidak ada usaha yang menghianati hasil." sahut Adnan.
Selepas saling menyemangati, pertandingan dimulai dengan sangat meriah. Walaupun penuh semangat, dibabak pertama ini tim Devano kalah. Devano mengakui kalau kakak kelasnya itu lebih kuat dibanding timnya.
"Walaupun kalah satu kosong dibabak pertama, kita tidak boleh kalah dibabak kedua." ujar Devano selepas meneguk sebotol air putih dan menyisihkannya stengah untuk ia minum ketika pertandingan benar-benar berakhir.
"Payah bener kalian ini." ucap seseorang. Devano dan lainnya menoleh.
"Lah, sini coba lo yang main." ujar Dimas tak terima.
"Lawan ini bukan tandingan." sahut Adnan.
"Bang ini beda. Susah bener. Timnya saja kuat-kuat sampe-sampe kita-kita ini diserang trus tanpa bisa nyerang balik." lanjut Dzaki.
"Lo semua sering main sama gue, kenapa lawan itu aja bisa sepengecut ini?" tanya orang itu, dia adalah Aldi, kakak Tarissa.
"Ini beda bang, kalo main sama abangkan bagus. Kita selalu menang. Nah disini, abang gak ada." kata Dzaki.
"Lagian abang kenapa bisa kesini?" tanya Bayu. Orang yang paling diam sejak tadi akhirnya bersuara.
"Dikasih tau sama adik gue kalau temen gue yaitu lo semua mau tanding, yaudah gue kesini." kata Aldi. "Makanya kalau mau tanding sama kakak kelas itu kasih tau gue dulu, secara lawan lo semua udah gua baca permainannya." sambungnya.
"Abang gak pernah keliatan belakangan ini." pinta Dimas.
Aldi mengangguk sebentar. "Ada ponsel. Taktik mengalahkan mereka itu gampang."
Ditengah percakapan Devano dkk bersama Aldi, Tarissa datang membawa dua kantong minum dan cemilan.
"Mainnya gak semangat banget. " ujar Tarissa yang hanya menatap Devano. Jelas kalau perkataannya itu hanya ditujukan untuk Devano saja.
Devano menatap sinis Tarissa. "Jangan sok tau, lo gak liat."
"Aih, lo gak tau kalau gue punya mata-mata disini? Walaupun gue gak nonton secara lansung, agen gue bakalan ngasih info secara detail. Iya gak bang?" ucap Tarissa menyenggol bahu Aldi.
Semua orang yang berada disitu hanya bisa menghela nafas berat, lagi-lagi perempuan itu hanya pandai berkomentar dan tak mau salah sekalipun.
Suasana mendadak menjadi hening, semjak kedatangan Tarissa, Semuanya lebih memilih untuk memainkan ponsel atau berlari-lari kecil daripada harus menanggapi Tarissa yang sama sekali tidak penting untuk diajak berbicara.
Seperti Devano saat ini, dia memilih untuk memojok dan memainkan ponselnya. Ia lebih rela melakukan hal seperti itu daripada harus bertatap muka dengan Tarissa.
"Anjir." Devano kaget, perempuan yang dihindarinya kini telah berada dihadapannya berdiri dengan tangan yang disilangkan kedada.
"Jangan terlalu kaget gitu dong, dipikir gue setan apa." ucap Tarissa mengambil posisi duduk disamping Devano.
"Lo beda tipis sama setan."
Tarissa mendengus mendengar ucapan Devano barusan. "Iya gue tau lo lagi bete sama gue, secara gue gak nonton lo secara lansung. Ya maaf sayangkuh."
"Lo ada disini berarti malapetaka untuk gue."
"Jangan gitu dong akak (kakak) Devano, Ade Tarissa cuma mau nyemangatin akak Devano." ucap Tarissa jahil.
"Apaan dah, alay bener lu." Devano menggeser duduknya agar menjauh dari Tarissa.
"Gini Dev, gue kesini cuma mau liat lo dengan cara baik-baik. Gue cuma mau liat lo tanding. Gue janji kok gak bakal buat mood lo ancur." ucap Tarissa pelan dengan kepala yang menunduk.
Seperti terkena sengatan listrik, Devano membelalakkan matanya, apakah benar kalau Tarissa ini memiliki kepribadian ganda? Devano tidak sedang bermimpi, barusan saja Tarissa bersikap halus dan tidak nyolot.
"Gue curiga sama lo,"
Tanpa berucap, Tarissa menoleh menatap sekilas Devano kemudian kembali menundukkan diri.
"Lo berkepribadian ganda ya?" tanya Devano.
Jelas Tarissa membelalakkan mata, kenapa bisa Devano mengatakan kalau dirinya berkepribadian ganda? Tuduhan kriminal apa lagi ini.
"Apaan sih, gue gak berkepribadian ganda asal lo tau." ucap Tarissa membela diri.
"Ya gue gak peduli."
Tarissa memutar bola matanya malas, benar-benar Devano ini, selalu saja menuduh Tarissa yang tidak-tidak. Namun Tarissa saat ini tidak mau menggubris ketidak peduli dan berkata semaunya Devano. Saat ini, ia hanya mau Devano dkk menang dalam pertandingan.
"Lo harus semangat Dev, jangan nyerah. Walaupun lo gak suka sama sikap gue, tapi gue selalu ada dibelakang lo buat ngedukung lo." kata Tarissa masih tetap pada posisisnya menundukkan kepala.
Devano meraih wajah Tarissa. "Iya gue tau Tarissa. Makasih sudah mau ngedukung gue sekarang, dan maafin gue karena nunjukin rasa ketidak sukaannya gue secara kasar dan nampak."
Tarissa tersenyum. " Tak apalah, sama pacar sendiri harus saling mendukung hehehe."
"Iyakan saja, ferguso serba benar."
"Gini deh, gue bakalan janji, biar lo tambah semangat, gimana kalo misal lo menang gue traktir lo dan teman-teman lo itu, serah apa yang lo mau asalkan jangan yang berat-berat." ucap Tarissa. "Deal?"
Tarissa menjulurkan tangannya menunggu Devano membalasnya.
"Oke Deal." jawab Devano membalas uluran tangan Tarissa.
----------
Free tag grasindostoryinc

KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon #GrasindoStoryInc
Random"Horizon itu cantik bukan ganteng Devano" -Tarissa. "Dia siapa? Apakah dia gila?. Sungguh setiap saya menyebut nama gadis itu,pasti akan terjadi mala petaka untukku" -Devano #grasindostoryinc