Horizon 10

36 3 0
                                    

"Jangan meragukan sebuah kabar, karena dari situlah kau akan belajar bagaimana seseorang itu menghargaimu."

@sajakcerita_

---------

Sesuai janji tarissa, Devano dan kawan-kawan di traktir apa yang dia mau. Dzaki katanya mau di traktir ke ancol tapi Devano menolak, katanya terlalu mahal, kasihan anak orang kalau dibuat miskin secara tiba-tiba. Akhirnya mereka memutuskan untuk merayakan kemenangan dengan makan malam saja disebuah restoran ternama di jakarta. Kemarin Devano dan tim menang 2-1 dibabak kedua dan itu sukses membuat Tarissa harus menepati janji.

"EH WOI TARISSA, GUE MAU MAKAN TELOR DADAR PAKE KECAP 3. TIDAK MENERIMA PENOLAKAN. "

Teriak Dzaki yang hanya berjarak 3 meter dari meja Tarissa, Devano dan Adnan. Dengan Dzaki berteriak seperti itu berhasil membuat Tarissa menutup mata karena menahan malu. You know lah bagaimana rasanya punya teman yang berteriak didalam restoran minta telur dadar. Reputasi hanya tinggal sebatas U A N G K O I N.

"Tolong dia bukan teman saya."-batin Devano menyeru.

"Malu-maluin najis," bisik Tarissa pelan kepada dirinya sendiri.

"Dimaklumin, dia anak yang sudah tak dianggap oleh keluarganya." Devano membalas bisikan Tarissa kemudian tersenyum kecil melihat ekspresi wajah Tarissa yang masih menahan malu.

"Heran aja gitu, anak pengusaha kaya kok sifatnya kampungan."

Kali ini Devano terkekeh melihat Tarissa yang semakin kesal karena ulah Dzaki. Bukan receh, tapi otak Dzaki kurang mampu menampung kepintaran.

Devano kemudian mendekatkan bibirnya tepat kesamping telinga Tarissa. "Lo lucu kalau lagi kesel."

Tarissa diam sejenak, senyumnya sangat jelas ia tahan. "Kan gue emang cantik. Pacar!" balas bisik Tarissa.

Jelas Tarissa tidak mau kalah dalam urusan ngebaperin seseorang. Prinsipnya, kalau sampai dia baper, berarti tandanya Tarissa sudah lemah dalam urusan cinta.

Devano yang dibalas bisikannya oleh Tairssa hanya bisa menahan diri sembari menatap sinis Tarissa. Bukan tatapan sinis karena tidak suka, tapi ini adalah tatapan sinis untuk menyembunyikan kekalahannya dalam ajang ngebaperin.

"Malaikat ngebaperin kok dilawan hewhewhew. Jelas lah lo itu kalah."- batin Tarissa.

"Ini gue ada yang aneh."- batin Devano seraya memegang dadanya.

"EH LO DUO CACING TANAH. KENAPA MALAH TATAP-TATAPAN? GUE BUTUH MAKAN WOI! INI ULAT BULU DALAM PERUT GUE ABIS PUTUS CINTA. MAKANYA NGAMUK UDAH GAK TAHAN MAKAN."

"Orang bodoh mana yang mau melihara belut didalam perutnya," timpal Adnan karena merasa lelah dengan teriakan Dzaki yang sangat mempermalukan itu.

"Jangan asal, ini ulat bulu expor dari bali." jawab Dzaki tak mau kalah.

"Orang normal ngalah sama orang sinting."

Setelah perdebatan Adnan dan Dzaki yang menjadi tontonan Tarissa, Devano, Bayu, dan Dimas sampai mereka selesai makan.
----------

Semejak kejadian Tarissa mentraktir Devano dan kawan-kawan, kejahilan dan keseringan Tarissa membuat Devano marah sudah sedikit meredah.

Seperti hari ini. Sepanjang koridor menuju kantin, senyum dan tawa Tarissa tak hentinya meledak. Langkahnya sejajar dengan langkah Devano yang berada disampingnya, lelaki itu sibuk melawak lawakan lucu untuk Tarissa. Serasa dunia milik berdua.

"TARISSA!"

langkah Tarissa terhenti, senyum bahagianya menghilang. Devano yang melihat raut wajah dan sorot mata tajam Tarissa, hanya bisa mengikuti arah pandangan Tarissa.

"Dia yang anak baru itu? Dia kenal sama lo?" tanya Devano.

Tarissa berdecak, ia memutuskan kontak matanya dengan Febrian. Senyum sinis Tarissa pun turut menggambarkan rasa ketidak sukaannya terhadap lelaki itu.

Sedangkan Devano yang paham situasi lansung menggenggam jemari Tarissa ketika Febrian semakin mendekat ke arah mereka berdua.

"Ikut gue." ucap Febrian menarik lengan Tarissa.

"Ets, sori bro mau lo apain pacar gue?" ucap Devano menahan Febrian, tangannya semakin ia eratkan kepada jemari Tarissa.

Melihat raut wajah Devano dan Febrian yang sama-sama menunjukkan amarah. Tarissa bisa apa? Posisinya yang sedang berdiri diantar dua orang lelaki yang sedang bersiap-siap untuk adu argumen hanya bisa menahan diri agar tidak menangis dan teriak disini.

"Oh sori, tidak semua kehidupan pacar lo itu harus ada campur tangan lo didalamnya. Dan kali ini, itu bukan urusan lo juga."

Devano tersenyum remeh. "Sekarang hidup Tarissa itu adalah hidup gue sendiri."

Febrian mencoba tak mempedulikan apa perkataan Devano. Dia bersikeras untuk mencoba menarik paksa Tarissa.

"Dan, jangan pernah lo apa-apain Tarissa."

Tanpa berucap Devano melepas cengraman Febrian di lengan Tarissa. Devano menggandeng Tarissa untuk pergi menjauh dari lelaki itu. Dia tau bagaimana kemarahan Febrian yang kini berada dibelakangnya.

Karena ulah Febrian yang entah karena apa selalu mengincar Tarissa. Devano tidak jadi sarapan dikantin dan kali ini dia mengajak Tarissa untuk duduk di kursi taman sembari menenangkan gadis itu. Berdua? Cukup canggung dan hening, Tarissa yang biasanya cerewet kini hanya terdiam dengan tangis yang tak bersuara.

"Lo kenal dia?" tanya Devano memecah keheningan.

Tarissa masih saja diam, perempuan itu masih terlarut dalam sakit hati dan semua kebebasan Febrian.

"Gue bukan orang pintar yang lansung tau segala hal, tapi gue tebak lelaki itu punya masa lalu yang cukup pahit bersama lo sendiri.... "

"Dan, apapun yang buat lo sakit hati dengan dia. Gue harap lo jangan sampai terbelenggu dengan kenangan dan penghianatan dia. Lo juga butuh bahagia Sa! Butuh banget malah. Ini masa remaja kita, masa remaja yang patut ada kesan didalamnya, bukan terlarut dalam menyembunyikan luka dan berpura-pura bahagia seperti yang lo alami sekarang." ucap Devano, menasehati.

Tarissa mengusap butiran air mata yang mengalir dipipinya sebelum akhirnya menjawab perkataan Devano. "Emang didunia ini hanya ada manusia yang kepo sama masalah orang trus kalo udah tau lansung nyebarin aja gitu?"

"Lah,"

"Lah apa? Emang pada dasarnya dunia ini udah dihimpit sam orang-orang bermuka dua." ujar Tarissa. Devano tertawa.

"Lo itu sudah terlalu sibuk sama kejahilan lo sendiri sampai lupa kalo orang akan risih kalau lo seperti itu."

"Dev, gue bersikap seperti itu cuma mau geliat siapa yang nerima gue apa adanya dan siapa yang cuma manfaatin gue. Iya gue tau hal itu terbilang bodoh dimata orang, tapi orang-orang gak tau apa alasan dibalik gue seperti itu. Bahkan lo aja gak tau alasan gue apa."

Devano mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan singkat Tarissa. "Gue paham setiap kali ada orang yang ngehina ataupun bersikap tidak suka sama lo. Tapi dengan cara lo ngesarkasin mereka itupun bakalan menutup semua hal yang sebenarnya lo sendiri inginkan."

"I don't care if they like me or not. Toh gue juga udah asyik nyembunyiin luka hahaha." ucap Tarissa tertawa remeh. "dan gue tau lo juga gak suka sama gue."

"Sejauh apa lo ngenal gue? Sebatas gue anak baru kan disini? Terkadang orang hanya melihat cover tanpa melihat isinya." kata Devano.

"Hahaha." Tarissa tertawa kecil.

"Ikut gue. Kalau mau bertanya lebih jauh kita bolos sama-sama." ucap Devano menarik Tarissa untuk mengikutinya.

------------

Free tag grasindostoryinc

Vote qaqa:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Horizon #GrasindoStoryIncTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang