"Aku bisa menjadi senja bila kumau, tapi aku tak mau. Kenapa? Senja itu jahat. Dia datang begitu indah, namun ketika pergi sangatlah menyakitkan"
@sajakcerita_
----------
Sayup-sayup angin malam menghempas kulit Tarissa yang kini sedang berjalan dipinggiran jalan raya. Tangan yang sejak tadi tak henti-hentinya menghitung lampu jalan yang ia lalui kini beralih ke atas pinggang.
" Yakin nih gue, pasti Ajeng udah sangat rindu sama nyonya Tarissa Naraya." ucapnya menyunggingkan senyum ketika menatap pintu rumah Ajeng.
Sudah Satu minggu Tarissa tak menginjakkan kaki dirumah sahabatnya ini dikarenakan masalah sepele yang Tarissa perbuat kepada Ajeng minggu lalu.
"Spada."
"Yuhu."
"Assalamualaikum, Waalaikumsalam."
"Ada tamu."
Teriak Tarissa beberapa kali sampai akhirnya perlahan seseorang muncul dari balik pintu.
"Apa?" tanya orang tersebut. Kakak Ajeng, panggil saja Wahyu.
"Keliatan banget gak mau nerima tamu." Jawab Tarissa. Ia kemudian menarik Wahyu keluar, hal itu dilakukan agar Tarissa bisa masuk kedalam. "Kalau ada tamu itu dipersilahkan masuk bang, trus yah jangan galak-galak entar itu muka udah tua makin tua."
"Ya gue cuma heran, lo sudah seminggu ini gak kelihatan, eh giliran datang main nyosor aja."
Tarissa mengeluarkan senyum bodohnya kepada Wahyu sebelum akhirnya melaju menuju ke kamar Ajeng.
Sekarang, disini Tarissa berada, didepan pintu khusus berwarna pink. Sesungguhnya Tarissa sangat rindu canda, tawa, dan pelukan dari sahabatnya itu.
Perlahan Tarissa membuka knop pintu tersebut, sehingga menampakkan perempuan sebayanya yang sungguh sangat-sangat Tarissa ingin jitak kepalanya.
"Hai epribadeh." sapa Tarissa canggung.
Mata ajeng yang tadinya menatap boneka Beruang miliknya kini beralih menatap Tarissa yang berada diambang pintu.
"Apa lo!" gertak Ajeng
Walaupun Tarissa bersifat egois, sungguh Ajeng juga sangat rindu setiap kejahilan-kejahilan yang selalu Tarissa perbuat.
"Ah?"
"Kenapa baru dateng? Lo pacaran sama buntelan piramida pun gak bilang-bilang gue! Jahat lo." Ajeng melemparkan boneka Beruang miliknya sehingga mengenai wajah Tarissa. Anggap saja itu termasuk ungkapan kekesalan Ajeng.
"Oke oke, gue sebenarnya cuma menjebak teman kelas lo itu. Sesungguhnya dia sudah membuat incess ini terluka dan sial beberapa kali."
Ajeng terkejut mendengar penjelasan Tarissa barusan, dia tak menyangka kalau Tarissa benar-benar akan senekat ini. Mempermalukan Devano di depan banyak orang? Itu sangatlah konyol.
"why? Lelaki itu terus saja menutup kepala dengan buku ketika ditanya tentang hubungan lo sebenarnya."
"Ah? Yang bener? Wkwkwkwk biarin dia tau rasa." tawa Tarissa meledak.
"Kasian anak orang tau gak Sa."
Sekarang Ajeng sedikit kesal kepada Tarissa, sungguh kenapa bisa dia memiliki sahabat yang sifatnya begitu jahil, mengerjai seseorang demi memuaskan hasratnya sendiri.
"Lo tau artinya disakiti tanpa arti?" kata Tarissa sedikit serius.
Ajeng menggeleng, tak tahu arti dari perkataan Tarissa yang tiba-tiba wajahnya berubah menjadi datar tanpa senyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Horizon #GrasindoStoryInc
Altele"Horizon itu cantik bukan ganteng Devano" -Tarissa. "Dia siapa? Apakah dia gila?. Sungguh setiap saya menyebut nama gadis itu,pasti akan terjadi mala petaka untukku" -Devano #grasindostoryinc