Hai! Aku ganti cover.
Menurut kalian mendingan cover ini apa yang lama?
Kenapa??
Btw siapa nih yang nungguin cerita aku?
Absen dulu dong! Ngaceng!
Bab ini 2 kali lebih panjang dari bab kemaren-kemaren. Jadi kalian juga harus lebih banyak ya komennya!!!
Jangan lupa vote!!
***
Jangan menyalahkan waktu, apalagi jarak. Karena awalnya kesalahan selalu berawal dari kita.
Setelah tiga jam berlalu, lampu operasi akhirnya padam. Pintu ruang operasi terbuka dan semua orang yang ada di depan pintu seketika berdiri melihat dokter yang menangani Tommy keluar dari dalam ruangan itu dengan raut wajah lelah.
"Gimana, Dok? Daddy nggak apa-apa kan? Operasinya lancar kan?" tanya Letta khawatir.
Dokter Henry menurunkan maskernya. "Operasi Pak Tommy berjalan dengan lancar."
Letta, Kezia, Vino dan Andre tersenyum lega, untuk sesaat, karena tak lama kemudian dokter Henry kembali berbicara. Raut wajahnya berubah serius.
"Tapi Pak Tommy mengalami koma. Pembuluh darah di otak sebelah kanannya pecah dan mengalami pendarahan selama operasi."
Letta bergeming, tak dapat mengatakan apapun. Dia kehabisan kata-katanya. Otaknya yang lamban berusaha mencerna vonis yang baru saja dokter katakan. Koma. Pendarahan. Daddy... ke-kenapa? Letta merasa dikutuk. Kenapa orang yang paling gue sayang selalu mau Tuhan ambil? Tangisnya meledak tiba-tiba. Letta menjerit.
"KENAPA?!"
"Dokter pasti bohong kan?! DOKTER PASTI BOHONG! DADDY TADI PAGI MASIH BAIK-BAIK AJA!" jerit Letta histeris. Tangannya menunjuk-nunjuk para dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi. Dia terus menyalahkan mereka, tak peduli selelah apa wajah para dokter itu. "INI SEMUA SALAH KALIAN! KALIAN SEMUA NGGAK BECUS JADI DOKTER! KALIAN YANG BUAT DADDY JADI BEGINI."
"Saya dan dokter-dokter lain sudah melakukan yang terbaik. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya berdoa agar Pak Tommy bisa melewati masa kritisnya dan segera sadar," jelas Dokter Henry dengan sabar.
"KALIAN BILANG SEMUANYA BAKAL BAIK-BAIK AJA?!" Letta tertawa. "MANA BUKTINYA?! MANA! DADDY SEKARANG KOMA! KOMA, DOK!"
Dokter di depannya terperangah ketika Letta menarik baju operasinya dengan kasar. Tangan gadis itu memukulnya. Tidak sakit, tapi cukup untuk membuat semua orang yang berada di sana terkejut.
Kezia langsung berusaha menghentikan aksi brutal Letta yang menurutnya sudah keterlaluan itu.
"Let, lo tenang dulu. Jangan begini. Nggak gini caranya, Let." Dia memeluk Letta erat. Dibantu Andre dan Vino, gadis itu dibawa menjauh dari Dokter Henry.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here (Sequel I'm Yours)
RomanceSequel I'm Yours (baca cerita I'm Yours sebelum baca ini)