10. our business

21.1K 2K 741
                                    

Hai! I'm back walau skripsi belum selesai. Haduh aku sepertinya ga bakal nulis skripsi :(

Semangatin dong!!

Aku stuck banget :(

Btw siapa yang nungguin cerita ini???

Absen dulu!! Ngaceng!!!

happy reading ya!!!

Jangan lupa vote dan komen ya!!!

***

"Yang sayang akan kalah sama yang selalu ada"

"Hah?" Radit kaget. Kaget sekaget-kagetnya.

Dia langsung menghampiri Letta dan merebut ponsel yang masih bertengger di depan telinga gadis itu, mengambil alih panggilan tersebut dengan cepat sebelum Letta benar-benar menjatuhkan ponsel tersebut saking syoknya.

"Gue mau ngomong sama Aldi," ucap Radit datar ketika ponsel itu menyentuh telinganya.

Tarikan napas terdengar dari seberang sambungan telepon.

"He.was.sleeping.dude," kata cewek itu kesal.

"Give the phone to him!"

"Oh no no no. I pity him. Dia pasti lelah karena semalam kita--" Cewek itu menggantungkan ucapannya, lalu tertawa. "Hmm... bersenang-senang? Ups!"

Stok kesabaran yang Radit miliki kini habis sudah. Rahang cowok itu mengeras.

"GIVE THAT FUCKING PHONE TO HIM, BITCH! I WANNA TALK!" teriaknya.

Cewek itu mendengus jengkel. "Ugh! Okay."

Selanjutnya, yang Radit dengar hanyalah sayup-sayup suara Becca membangunkan Aldi.

"Wake up, baby. There a call for you."

Aldi terdengar meracau tak jelas. Tak lama kemudian suaranya yang serak terdengar. Dia menyapa Radit basa-basi tanpa rasa bersalah.

"Halo, Let? Sorry gue baru bangun tidur," gumamnya.

Radit geleng-geleng kepala tak habis pikir. Sepertinya Aldi belum sadar akan posisinya sekarang. Diliriknya Letta yang kini duduk termenung di sofa. Kepalanya menggeleng ketika Radit menjulurkan ponsel. Gadis itu menolak, wajahnya masih syok dan sepertinya ia sendiri bingung tentang apa yang harus ia lakukan dengan panggilan itu ssekarang. Apa harus marah? Atau malah berusaha bersikap tak peduli dan membiarkan semuanya lewat begitu saja? Tapi Letta kini memilih untuk diam. Memikirkan semua itu membuatnya semakin lelah.

"Lo aja yang ngomong sama dia, Dit," kata Letta pelan.

Radit mengangguk, lalu beralih kembali pada telepon itu.

"Lo di mana, Tolol?" tanyanya kasar.

"Eh? Radit? Gue pikir Letta, biasanya dia yang nelpon gue pagi-pagi gini. Gue baru bangun tidur. Kenapa deh?"

"Lo tidur di mana?" Suara Radit kini meninggi dari yang sebelumnya.

"Ya di kamar gu...e--"

Aldi terdiam. Dia menatap sekeliling dan mendapati fakta bahwa dirinya kini terbaring di sebuah ruang yang asing. Tidak ada gorden cokelat yang menutupi jendela kamar, juga beberapa poster MU yang baru kemarin ia pajang di dinding. Yang ada malah beberapa pigura dinding, boneka-boneka kecil di sudut ranjang dan Becca yang kini tengah terbaring di sebelahnya, telanjang, sambil tersenyum dari dalam selimut yang membalut tubuhnya hingga dada. Aldi tercekat. Dia refleks menengok ke dalam selimutnya. Matanya melebar mendapati bahwa kini ia tidak mengenakan sehelai pakaian pun.

I'm Here (Sequel I'm Yours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang