7. Mewujudkan harapan

43 5 5
                                    

Dia kembali, pada rumah yang menurutnya bukan lagi menjadi tempat pulang sejak awal. Pada rumah yang dia anggap ruang penyiksaan setiap malamnya. Yang menjadi saksi kesedihan yang dia rasakan setiap harinya. Dia menatap rumah besar dihadapannya ini. Didalam rumah ini, semua kejadian itu terjadi, dari yang sedih sampai yang senang, walau kesedihan lebih mendominasi dari segalanya. Disini segala macam perasaan dia tumpahkan pada tetes air mata dibalik bantal.

Rumah ini penuh luka miliknya, luka yang terus menganga tak mau menutup. Membuatnya tersiksa pada setiap luka yang muncul tak mau berhenti. Rumah ini menampung segala harapan yang entah kapan akan terwujud.

Tapi hari ini, dia datang ke sini dengan senyum mengembang dipipi, dengan langkah semangat penuh harapan. Tatapan berbinar pancarkan kebahagiaan. Kali ini, segala tentang rumah ini akan segera dia lupakan. Dia akan membentuk kenangan baru dirumah ini, secercah harapan itu kembali tumbuh dihatinya, harapan yang meyakinkan segalanya, harapan yang digali kembali oleh sang Mama. Joran yakin. sang Mama mau diajak kerja sama untuk membangun harapan itu bersama-sama.

Membuatnya tumbuh menjadi kebahagiaan yang tak bisa berakhir dimakan waktu. Joran yakin, kebahagiaan, harapan yang akan terwujud, genggaman tangan hangat telah menantinya diujung jalan. Segalanya akan tergapai.

Dan semesta tersenyum kecut melihat keyakinan gadis itu. Melihat keyakinan Joran. Semesta memberinya kesempatan.

Tapi, yang tak Joran ketahui, kesempatan itu akan berujung bahagia atau sebaliknya?

Dia melangkah menuju rumah itu. Langkah kakinya terlihat pasti, tanpa keraguan sama sekali. Untuk kali ini, biarkan dia lupakan sejenak segala kenangan buruk yang terjadi disini. Untuk kali ini, biarkan dia beranggapan kenangan itu tak pernah terjadi atau kenangan yang terjadi itu bukan lubang kesedihan tempatnya menampung segala beban hidup, tapi sebaliknya.

Di dalam sana, ada yang menantinya. Penantian yang dia inginkan dari dulu akan segera dia dapat, orang yang dia nanti-nanti dari dulu ada di dalam sana. Seseorang yang bahkan tak pernah memandangnya ada, yang kini hadir dengan segala pinta untuk memperbaiki segalanya. Memperbaiki hal-hal yang dia tangisi dari dulu.

Hari ini, Joran pastikan segala yang tak pernah nyata akan dia buat menjadi nyata.

Segala yang hanya ada pada angan akan dia buat menjadi kenangan.

Joran menarik nafas dalam, mencoba menenangkan dirinya yang gugup. Dengan perlahan dia membuka pintu dihadapannya. Ketika pintu terbuka, entah kenapa rasa sakit itu kembali dia rasakan. Rumah ini membuatnya teringat dengan segala rasa sakitnya. Suasana rumah ini sangat berbeda dengan suasana rumah Dirga.

Dingin.

Itu yang Joran rasakan ketika memasuki rumah yang telah dia tinggalkan dari kemarin malam. Suasana ini selalu sama setiap harinya, suasana suram didalam rumah mampu menggambarkan kondisi keluarga yang tinggal didalamnya. Dari dulu, rumah ini telah kehilangan nyawanya.

Sunyi.

Tak ada hal yang dapat kau dengar didalam rumah itu, kecuali deru nafas dan suara langkah kaki yang bersentuhan pada keramik-keramik rumah. Kesunyian ini yang selalu dia rasakan ketika kecil, bahkan teriakan Bi Ima ketika menyuruhnya makan tak mampu menghilangkan sunyi itu. Bahkan suara tangisannya tak mampu mengusir sunyi itu. Dari dulu, rumah ini memang telah ditakdirkan seperti ini.


Joran mengedarkan pandangan pada penjuru rumah. Dia menatap sudut ruang tamu. Disudut itu dia sering bermain sendirian bersama sebuah boneka pemberian Bi Ima, selalu bercerita kepada si boneka tentang mama dan papa yang tak menyayanginya.

Definisi PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang