3. Tempat pulang yang dirindukan

87 13 4
                                    

Malam ini menjadi saksi betapa Joran merasakan bahagia tiada tara. Malam yang berhasil membuat gadis itu menceritakan kisah yang mati-matian ia sembunyikan dari dulu. Malam yang membuat tangis yang ia tahan keluar juga. Lega, Itu yang Joran rasakan ketika semua hal yang telah lama dia simpan sendiri berhasil dikeluarkan malam ini. Dia akan mengingat selalu malam ini, malam bersama seorang pria yang memperkenalkan diri sebagai Dirga, pria yang meminjamkan bahunya ketika dia menangis, yang merelakan bajunya basah karena tetes airmata yang jatuh, yang setia mendengarkan segala kisah yang ia ucapkan dengan sabar.
Kejadian malam ini akan selalu ada di dalam bingkai kenangan yang Joran pastikan tak akan pernah jadi bangkai.

Setelah dari gedung lantai empat bekas kebakaran, Dirga mengajak Joran ke rumahnya. Kata Dirga, dia hanya tinggal bertiga dengan ibunya dan seorang adik perempuan berumur 6 tahun bernama Asel, sedangkan ayah Dirga telah meninggal sekitar empat tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.

Semenjak ayah Dirga meninggal, ibunya mulai kerja keras untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hingga akhirnya memutuskan untuk membuka toko kue sederhana tak jauh dari rumah mereka. Toko kue itu buka dari jam sepuluh pagi sampai jam delapan malam. Tak pernah sepi pengunjung setiap harinya membuat ibu Dirga selalu berada di toko kue dibandingkan di rumah, membuat toko kue itu layaknya rumah kedua bagi mereka.

Joran dan Dirga baru saja sampai di rumah, ketika waktu telah menunjukan tengah malam. Orang-orang bahkan sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing.

"ibu kamu udah tidur belum?" Joran berjalan bersisihan dengan Dirga ketika memasuki pagar rumah.

"nyokap gue kalo jam segini belum tidur." jawab Dirga yang mencoba membukakan pintu dengan kunci cadangan yang sering dia bawa kemana-mana. Ketika pintu berhasil dibuka, Dirga segera menyuruh Joran untuk masuk.

"ayo masuk,"

Joran mengikuti Dirga yang sudah masuk mendahuluinya. Setelah mempersilahkan Joran untuk duduk. Dirga segera ke dapur untuk menemui sang bunda.

"bunda." panggil Dirga sambil menyium tangan sang bunda kemudian memeluknya.

"kenapa baru pulang?" Dirga melepas pelukannya, kemudian tersenyum hangat untuk meredam kemarahan sang bunda yang mulai tampak dimatanya.

"bunda juga, kenapa belum tidur?"

"pintar banget ngubah topik pembicaraan." Balas sang bunda diikuti dengan cubitan kecil diperut Dirga, Dirga yang dicubit hanya meringis kesakitan

"Dirga mau ngomong." ucap Dirga kemudian. Menarik tangan sang bunda untuk duduk di kursi makan yang terdapat di dapur. "tapi sambil duduk yah."

"mau ngomong apa?" tanya sang bunda penasaran.

"tapi bunda jangan kaget yah."

"diusahain"

"Dirga bawah cewek."

"cewek kamu?" suara kaget Bunda membuat Dirga meringis kecil, takut kedengaran Joran di ruang tamu.

"bukan. Aduh bunda, jangan keras-kerasa ngomongnya."

"terus siapa yang kamu bawa? Cewek darimana?. Kamu jangan bikin pusing bunda dengan bawa cewek gak jelas malam-malam ke rumah. Nanti apa kata tetangga?" Sang bunda mulai terlihat resah.

Dirga berusaha menenangkan sang bunda, yang kini sudah berdiri sambil mondar-mandir didepannya, menampakan raut gelisah bercampur cemas.

"bunda dengerin Dirga dulu. Dirga belum selesai ngomong, jangan langsung dipotong aja," protes Dirga, menarik tangan sang bunda untuk duduk kembali.

Dirga mulai menceritakan semua hal tentang Joran pada bundanya, yang hanya diam menyimak. Tak ada yang Dirga tutup-tutupi, semua yang dia tau, dia ceritakan pada sang bunda. Dari mulai kondisi keluarga Joran, kurangnya kasih sayang orang tua, dan tentang Joran yang merindukan tempat pulang yang katanya telah hilang semenjak dia ada di dunia. Sang bunda yang awalnya marah karena Dirga membawa seorang perempuan ke rumah malam-malam, kini mulai iba setelah Dirga menceritakan lika-liku kehidupan Joran yang dia jalani selama ini.

Definisi PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang