Selama Joran hidup, dia tak pernah tau sama sekali tentang sang Papa, bukan dia tidak mau tahu, tapi sang Papa yang membangun tembok tinggi diantara mereka, menolak untuk diketahui siapapun, baik itu dia ataupun Mama. Saat dia kecil, hal yang paling dia inginkan adalah digendong oleh Papa. Merasakan betapa hangatnya pelukan Papa, atau dongeng-dongeng pengantar tidur tentang seorang putri yang mencintai seorang pangeran, menceritakan segala kisah yang dia ketahui dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya.
Dia iri, ketika teman-temannya bercerita tentang liburan mereka bersama kedua orangtua mereka masing-masing. Tentang Papa mereka yang mengajari mereka berenang ketika berlibur ke pantai, atau tentang sang Mama yang mengajari mereka cara memasak ketika meluangkan waktu libur dirumah. Dia iri ketika mereka menceritakan ini itu tentang kedua orangtua mereka, dan dia hanya bisa diam mendengar tanpa menyumbang cerita tentang liburannya bersama orangtuanya. Kalo ada yang tanya gimana liburanmu? Maka Joran terpaksa berbohong kepada teman-temannya. Bercerita tentang liburannya dengan kedua orangtua dengan senyum yang mengembang di wajah. Bercerita bahwa sang Papa membawanya ke pasar malam, menaiki komedi putar dengannya, dan menghabiskan sisa malam dengan bersenang-senang. Tak ada yang tahu dia hanya mengarang cerita. Semua yang dia ceritakan hanyalah impian yang kadang muncul dikepala sebagai harapan.
Setiap pagi ketika Joran ingin berangkat sekolah, tak pernah dia temukan kedua orangtuanya dirumah, mereka berangkat pagi-pagi sekali. Padahal diam-diam dia berharap dapat berangkat sekolah diantar oleh Papa atau mungkin Mama, dan sarapan bersama-sama dimeja makan, sang papa mungkin akan bertanya ini itu tentang sekolahnya. Tapi sebanyak apapun Joran berharap, dia tahu hal itu tak akan pernah terjadi. Mengingat sang Papa yang tak pernah berbicara dengannya, membuat hati Joran perlahan tergores sedikit demi sedikit. Dia ingin tahu, kenapa sang Papa seolah sangat membencinya, dimana letak kesalahan Joran hingga sang Papa bertingkah seperti itu padanya? Segala pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, ketika Joran mendengar orangtuanya ribut hebat dan tak sengaja membongkar rahasia itu. Saat itu juga Joran tahu alasan kenapa sang Papa begitu membencinya, karena dia anak yang tak diinginkan kehadirannya, terbentuk dari sebuah kesalahan masa lalu. Tapi kenapa? Kenapa sang ayah tidak mencoba berdamai dengan masa lalu? Belajar menerimanya sepenuh hati, mengsyukuri anugerah dari tuhan walau itu dia anggap kesalahan yang menjijikan.
Sang Papa adalah teka-teki baginya yang belum mampu dia pecahkan. Teka-teki tentang sang Papa kembali bertambah, ketika Joran melihat sosoknya di toko kue milik Dirga bersama seorang anak kecil seumuran Asel digendongannya dan seorang wanita cantik disebelahnya, yang membuat segalanya bertambah rumit adalah, wanita disampingnya bukanlah Mama. Lalu itu siapa? Apakah wanita itu adalah alasan dari pertengkaran orangtuanya hampir setiap malam?
Raut bahagia terlihat jelas diwajahnya. Joran tak pernah melihat raut itu diwajah sang Papa ketika berada di rumah. Raut wajahnya selalu terlihat datar, baru kali ini Joran melihat sang Papa sebahagia itu, tersenyum lepas sambil mencium pipi anak kecil digendongannya, dan menggenggam erat tangan wanita disampingnya ketika mereka keluar dari toko kue.
Dia menatap kepergian Papa bersama anak dan wanita yang kemungkinan besar menjadi alasan mengapa Papa dan Mamanya selalu bertengkar hampir setiap malamnya. Ada rasa sakit dihatinya melihat sang Papa memperlakukannya berbeda dengan anak yang tadi digendongannya, ada rasa sakit dihatinya ketika dilihatnya tangan sang Papa saling bertautan dengan wanita cantik disampingnya, mengingat sang Papa tak pernah menyentuh Mama sama sekali. Teka-teki selanjutnya yang muncul adalah,Apakah sang Papa berselingkuh selama ini?
--*--
Sekarang ini Joran sedang berada di toko kue milik Dirga, membantu Arumi melayani pesanan-pesanan pelanggan. Sedangkan Asel sibuk dengan pelanggan-pelanggan yang mengajaknya bicara, banyak pelanggan yang tertarik dengan tingkah menggemaskan anak itu. Dan Dirga sedang pergi ke pasar untuk membeli piring, untuk mengganti piring-piring yang pecah karena kejadian semalam. SebenarnYa Joran ingin ikut bersamanya, karena bagaimanapun juga, dia juga bersalah dengan pecahnya piring-piring itu, tapi Asel yang ngotot tak mau dia pergi dan tetap disini bersamanya membuat Joran terpaksa tidak ikut dengan Dirga. Awal-awal sepeninggal Dirga, Asel mulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab Joran dengan sabar, tapi dimenit-menit berikutnya, dia malah meninggalkan Joran dan berpaling pada pelanggan-pelanggan yang memujinya ini itu. Membiarkan Joran duduk termenung sendirian, sampai Arumi menawarkannya untuk membantu melayani pelanggan-pelanggan, dengan suka hati Joran pun membantu Arumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definisi Pulang
Roman pour AdolescentsSemesta membuatnya hilang sebelum pulang. Mengajarkannya bagaimana cara menerima kenyataan, walau yang dia temukan hanya kepahitan dalam kenyataan tersebut. Tapi tak apa, karena setidaknya setiap rasa yang dia jalani dalam hidupnya dapat membawany...