07

16 5 0
                                    

"Margie, mau permen mint ?" Ibu menyadarkanku dari lamunan.

"Tidak, Bu." Aku menolaknya dan mengalihkan pandanganku kembali ke jendela mobil.

"Kau kenapa, Nak ? Sejak dari Caring house sepertinya kau terlihat melamun. Kau bisa menceritakannya pada kami."

"Aku tidak begitu yakin. Sepertinya ini hanya masalah kesehatanku. Kurasa aku masih belum sepenuhnya pulih."

"Eum, baiklah kalau begitu. Jika ada sesuatu, tolong sampaikan sesegera mungkin ya. Kami adalah keluargamu."

"Tentu,Bu."

Aku menatap jalanan yang terlihat basah bekas terguyur hujan. Masih dengan pernyataanku tadi ke ibuku.

Baiklah, aku tak yakin apa yang kulihat tadi. Aku hanya meyakinkan diriku. Apa ini memang karena aku belum pulih ?

Maksudku aku melihatnya dengan sangat jelas. Alana. Berdiri di jendela lantai dua. Tetapi ia terlihat aneh.

Kau tahu saat kau menonton suatu acara di tv tua ? Ketika tv tua itu mulai rusak, ia akan mulai bersemut dan rusak. Tampilannya akan seperti pudar dan terlihat cacat. Lalu siaran itu akan mati dengan sendirinya.

Itulah. Itulah yang aku maksud. Aku melihat Alana seperti itu.

Entahlah. Aku yakin ini hanya sekedar efek samping obat rumah sakit.

"Nah kita sudah sampai." Kata Mr Grey-maksudku Ayah.

Aku tak sadar sudah berapa lama melamun hingga kami tiba di sebuah rumah besar berwarna merah bata dengan sedikit tanaman rambat di beberapa bagian dindingnya. Rumah itu terlihat sangat sejuk tapi hangat di saat yang bersamaan.

Aku dan Ibu turun dari mobil dan bergerak menuju bagasi. Kami mengeluarkan barang-barang yang kuambil tadi di Caring House. Setelahnya, ayah membawa mobil tersebut menuju sebuah garasi di sisi kanan rumah.

Seorang wanita keluar dari pintu rumah dan tergopoh gopoh berjalan ke arah kami.

"Mary. Bantu kami membawa ke dalam ya. Oh iya, ini anakku, Margie. Dan Margie, ini Mary. Dia akan membantu mengurus perlengkapanmu."

Aku menyulurkan tanganku kearahnya yang disambut dengan hangat oleh Mary. Setelah perkenalan singkat itu, kami berjalan ke arah pintu utama.

Tepat dengan terbukanya pintu, aroma mint menyeruak memasuki hidungku. Entah aku saja yang merasa atau keluarga ini memang mempunyai ciri khas aroma mint ? Toh apapun itu tak masalah bagiku. Aku menyukai mint.

Ruang tamu dengan nuansa putih gading dan aksen abu abu diperlengkapannya menyambutku. Suasana ini sangat nyaman.

Aku masih berdiri di sini mengagumi bagian ruangan ini. Di dinding, terdapat banyak foto mereka berdua dan juga plakat atas nama mereka masing masing. Sofa berwarna abu menjadi sasaran empuk pantatku.

"Margie, apa kau mau tau di mana kamarmu ?" Tanya ibu bersemangat. Aku mengangguk dan berdiri mengikutinya ke arah tangga.

Rumah ini ternyata sangat besar dibanding yang kukira. Seberapa kaya keluarga Grey ? Kami menuju ruang tengah yang jauh lebih luas dan menapakkan anak tangga yang besar. Tertangkap oleh mataku, mereka juga mempunyai lampu kristal yang besar tergantung di tengah ruangan.

Di lantai 2 bagian kiri, terdapat banyak kamar yang tentu saja menimbulkan pertanyaan.

"Bu, kamar kamar siapa ini ?"

"Ini kamar tamu. Tapi beberapa juga dipakai untuk para pekerja seperti Mary. Kasihan jika mereka harus pulang pergi setiap hari. Bukankah lebih baik mereka tinggal di sini sementara ? Ya kan ?" Ibu tersenyum sambil terus berjalan ke sayap kanan bangunan yang mereka sebut 'Rumah'.

Bagian kanan hanya terdapat 3 pintu dengan jarak yang cukup berjauhan. Hingga kami berdiri di depan pintu kayu berwarna coklat tua.

"Nah. Inilah kamarmu." Ibu membuka pintunya.

Kami berjalan masuk keruangan dengan nuansa berwarna maroon dan burgandy. Kesan klasik dan modern bercampur di dalamnya yang tentunya membuatku semakin betah.

"Bu. Terima kasih." Aku memeluk ibuku. Semakin erat, semakin tercium juga aroma mint.

"Kau tahu ? Kalau kau butuh sesuatu panggil saja kami. Tak perlu segan untuk meminta apapun."

Aku tersenyum menanggapi ibu. Segalanya tentang keluarga Grey memang seperti malaikat bagiku.

Ibu beranjak dari kamarku. Tepat saat ibu menutup pintu kamar, ponselku berdering dan menampilkan nama Pam. Mau apa lagi anak itu ?

"Halo baby Grey. Gimana rasa tinggal di istana ?"

"Great. Pam, demi apa pun. Kau harus berkunjung kesini. Kamarnya bahkan lebih besar dari ruang tamu di Caring House."

"Oh iya. Aku mau bercerita banyak denganmu. Kita harus ketemuan hari ini juga."

Aku yakin Pam akan menceritakan sebuah kisah yang panjang kali lebar kali tinggi tentang Daniel, pacar barunya itu.

Apa aku harus menceritakan keanehan Alana ?

-tbc

CURSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang