Mengapa aku harus selalu menerima luka bertubi-tubi bahkan saat akupun juga korban?
Kamu yang tanpa sadar melebarkan lukaku, menahan oksigenku agar sesak semakin dalam. Yang memaksaku kuat menahan sakit tanpa memberi celah untuk mencari obat penyembuh.
Setega itukah?
Tapi mengapa ketika aku sudah sangat tersiksa, ketika lukaku sudah sangat parah, kamu berdrama seakan kamu yang paling hancur. Seakan kamulah yang paling tersakiti disini!
Kamu anggap apa lukaku? Kamu fikir, lebamku ini hanya coretan belaka make up yang ikut serta? Barangkali aku adalah imajinasimu untuk menutupi kesalahanmu.
Ya! Sebagai seorang yang egois dan pengecut! Karena tak ingin tersalahkan!
Pagi luka, 09:44

KAMU SEDANG MEMBACA
Menertawakan Kenangan
PoésieUntukmu; yang enggan membaca jujurku, bahkan untuk sekedar membaca sinar mataku. . . . . . Mungkin bisa berawal dari membaca lalu memahami, kemudian memutuskan untuk terus maju atau berhenti, tekad ataupun hati🍃