TIME 3

210 29 0
                                    

Aku merasa semua perjuanganku selama ini sia-sia. Tidak ada lagi harapan yang bisa Aku tunggu kapan akan tercapai. Karena semua harapan itu telah menghilang mengikuti ingatanmu yang hilang akan kehadiranku.











Gadis itu masih duduk disamping kasur Minho. Hari hampir gelap, tapi Minho belum sadarkan diri. Sesekali tangan Tzuyu mengusap halus kepala Minho. Setelah sekian lama, baru kali ini dia bisa sedekat ini lagi dengan Minho. Saat akan memegang tangan Minho, seketika tangan lelaki itu bergerak. Matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka. Tzuyu segera keluar memanggil dokter dan juga Marrie- ibu Minho.

"Dokter. Bagaimana keadaan anak saya?"

"Keadaan Minho baik. Hanya saja ia tidak boleh terlalu banyak pikiran. Karena itu akan membuat kesehatannya terganggu." seru Dokter david, dan meninggalkan ruangan

Marrie menghampiri Minho. Dengan tatapan sayu dan wajah yang pucat, Minho berusaha tersenyum kepada ibunya, sementara ia menatap heran ke arah Tzuyu.

"Minho, kepala kamu masih sakit?" tanya marrie, dan hanya dijawab gelengan serta senyum tipis

"Dia, siapa Bu?" tanya Minho menatap heran Tzuyu.

Pertanyaan yang keluar dari mulut Minho membuat hati Tzuyu seakan tersayat. Matanya mulai berkaca-kaca. Dipikirannya saat ini adalah Minho tidak akan pernah mengingatnya lagi, tidak akan.

"Aku Tzuyu, kamu tidak mengingat aku?" tanya Tzuyu dengan air mata tidak terbendung lagi. Minho menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak mengenal Tzuyu, melihat Tzuyu menangis, Minho mengerutkan dahinya.

"Kamu kenapa?"

"Aku tidak apa-apa," Tzuyu berlari keluar ke kamar dengan air mata bercucuran. Selama beberapa minggu ia berusaha agar Minho dapat mengingatnya kembali. Tapi, hasilnya nihil. Lelaki itu bahkan tidak mengenalinya sama sekali. Kecewa dan sedih berkecamuk di hati gadis itu. Selama 2 tahun sebelum Minho ke Amerika, belum ada kata putus dalam hubungan mereka --hingga saat ini.

"Apakah kamu benar-benar telah melupakanku, Minho," monolog gadis itu, yang kini berada di ambang pintu rumah Minho. Jika ia masih berada di Rumah ini, ia tidak akan pernah berhenti menangis, Tzuyu memutuskan segera pulang, tapi terlebih dahulu ia harus berpamitan pada Marie. Saat ia membalikkan badannya, dahinya terbentur, bukan tembok atau pintu, tapi dada.

"Auuu," ringis Tzuyu memgang dahinya

"Sorry," seru lelaki itu dengan suara yang flat.


"Sorry," seru lelaki itu dengan suara yang flat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Copyright © 2018 frahalu






BEAUTIFUL TIME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang