1. 🌺

6.9K 138 1
                                    

Musim panas baru saja dimulai. Orang-orang memanfaatkan cuaca segar ini untuk sekadar hangout dengan keluarga. Musim panas adalah musim yang cocok untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Seperti kencan, misalnya?

Calvin sedang duduk dengan ponsel di tangannya. Sudah bermenit-menit lamanya ia memandangi ponsel itu sambil merenung. Fikirannya menerawang jauh, terlihat jelas. Raganya memang disini, tapi siapa tahu dengan fikirannya. Tidak ada yang tahu dengan otaknya yang rasanya ingin meledak.

"Lo ngapain? sinting lo ya? " Mars sahabatnya menggerutu. Merasa jengah juga melihat tingkah laku Calvin sekaligus kesal karena ocehannya tidak ditanggapi. Saat ini mereka sedang ada di Green House milik Mars. Green House ini sangat diminati banyak orang karena letaknya yang ada di pegunungan dengan udara sejuk yang menyenangkan. Tempat ini selalu dipadati pengunjung karena dilengkapi dengan penginapan asri juga.

"Mars, lo ingat nggak gue pernah cerita tentang Lavender?"

Mars diam, mengingat. "Oh first love lo itu ya? Ada apa nih bro? Lo kok tiba-tiba bahas dia."

"Dia mau kesini hari ini!"

Mars tergelak. Otaknya sibuk membayangkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya seakan putaran adegan film. "Serius lo? Kok bisa sih? Mampus lo Vin! Lo kan belum bisa lupain dia seutuhnya. Sandra mau lo kasih mana? Tuh cewek bisa ngamuk kalau tahu lo deket lagi sama mantan pacar lo, Man!"

Calvin mendecak "Lavender bukan mantan gue"

"Yah apalah itu. Yang jelas lo kan pernah jatuh cinta setengah mati sama dia."

"Itu kan udah dulu. Sekarang gue cuma cinta sama Sandra, jadi Bro, gue mau minta bantuan elo nih." Calvin menatap Mars penuh harap dengan ekspresi merajuknya yang dibuat-buat, Mars memutar matanya.

"Apaan? Ah males dah gue." kata Mars enggan. Perasaannya sudah tak enak hanya dengan melihat Calvin saat ini. Dia tahu Calvin akan meminta sesuatu yang aneh-aneh.

"Lo deketin Lavender biar dia jadi suka sama lo. Mau kan?!"

Mars menghembuskan napas berat. Benar kan? Calvin memang sudah sinting. "Pacar gue udah banyak. Kalo Lavender standar gaada lebihnya dari pacar-pacar gue, gak maulah."

"Lavender tuh cantik kok. Dia imut-imut gitu sih. Rambutnya panjang pake poni, kulitnya beh putih banget kayak cat tembok. Kena panas aja nggak bisa ngaruh. Bibirnya yaampun, merah banget tanpa lipstik-lipstik apalah itu. Pokoknya lo nggak bakal nyesel deh, gue jamin."Ujar Calvin meyakinkan.

"Aneh." Mars mendecak "kalo dia emang secantik itu, kenapa lo nggak mau?"

"Udah gue bilang kan kalo gue cuma cinta sama Sandra. Please banget Mars." Calvin mendekat ke telinga Mars, berbisik. Membisikkan sesuatu yang akhirnya membuat Mars tersenyum dan mengangguk setuju.

"Okelah. Jadi kapan si Lavender ini datang?"

"Sore ini, lo jemput dia di bandara. Ntar gue kasih fotonya."

"Oke, bakal gue buat Tuan Putri ini jatuh cinta sama gue." Mars menyeringai, dan walaupun Calvin yang menyarankan rencana bodoh ini, dia takut juga. Mars sang playboy keparat ini tidak pernah main-main dengan ucapannya.

"Inget ya Mars, tapi jangan sampai lo bikin dia sakit hati." Kata Calvin memperingatkan. Calvin yakin, Mars juga akan jatuh cinta pada Lavender, jadi ia tak perlu khawatir Mars akan menyakiti gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

Tapi Calvin tidak pernah tahu, bahwa permainannya akan berjalan terlalu jauh dari kendalinya. Permainan yang semula dianggap konyol itu akan membuat sebuah cerita kehidupan yang sulit dilupakan. Sebuah permainan yang akan membunuh hati para pemainnya.

🌺🌺🌺

My heart is racing
No one else can make me like this
What words are needed?
Now look, touch my heart, baby
Miss A ~Only You~

Seorang cowok dengan jeans biru dan kemeja birunya sedang berdiri di kerumunan orang-orang yang datang untuk menjemput. Sesekali ia merasakan bahwa gadis-gadis di sekitarya menatapnya sambil cekikikan. Ketika ia menoleh dan melepaskan kacamata hitam yang dipakaianya, gadis-gadis itu tersipu malu. Dan ketika ia memberikan senyum maut andalannya, gadis-gadis itu mencengkram baju masing-masing bersiap untuk melemparkan diri ke pelukan lelaki putih berhidung mancung kebangsaan Indonesia-Brazil itu. Dialah Mars Alastair.

Mars mendengus, sudah 20 menit ia menunggu. Lama-lama ia bisa mati bosan disini. Seumur hidup dia tak pernah menunggu seorang gadis. Gadis-gadis pengagumnya tak akan membiarkan seorang Mars Alastair menunggu. Mars terbiasa dengan gadis yang tak menyusahkannya seperti itu.

Tatapan mata Mars bertemu dengan seorang gadis dengan rambut coklat kemerahan yang dibiarkan tergerai. Mars tersenyum dan melambaikan tangannya. Mars yakin betul jika gadis berwajah jutek dan misterius itu adalah Lavender Pierce.

"Lavender Pierce? Am i right?" Mars menyapa begitu Lavender berdiri di hadapannya dan menatapnya bingung.Sekejap, Mars merasa takjub dengan kecantikan gadis di depannya ini. Gadis itu mempunyai mata biru terindah yang pernah Mars lihat dan dia tahu jelas bahwa mata itu asli. Dari cerita Calvin dia tahu bahwa gadis itu sama sekali tidak ada darah Indonesianya, kecuali fakta bahwa ia beserta ayah dan ibunya sudah menetap di Indonesia sejak SD yang membuatnya fasih berbahasa Indonesia.

"Lo siapa?" Lavender mengernyit menatap Mars dari atas ke bawah.

Mars mengulurkan tangannya "Mars Alastair. Gue Pangeran yang diutus Calvin buat jemput Tuan Putr." Mars memeluknya tanpa basa-basi dan itu membuatnya terkejut.

"Eh-eh, ini tempat umum. Malu-maluin tahu!"

"Lo malu gue peluk?" Tanya Mars bingung, terkejut lebih tepatnya. Sejauh ini nggak ada perempuan yang malu dia peluk!

"Iyalah. Kenal aja nggak. Udah yuk langsung ke tempat Calvin aja, gue capek keburu pengen istirahat. Lo bawa mobil kan?" Lavender berjalan menjauh. Diam-diam ia merasa terancam dengan keberadaan Mars yang menurutnya sangat mencolok. Bagaimana tidak, Mars yang kelewat ganteng ini pastilah bahaya dan jujur saja sangat mudah membuat cewek-cewek jatuh cinta padanya pada pandangan pertama sekalipun. Lavender hanya takut kalau ia ternyata tidak kebal-kebal amat dengan pesona Mars.

Mars mensejajari Lavender dan mengambil alih kopernya, sikap gentlenya ini hanya diacuhkannya. Ia semakin yakin bahwa Mars sangatlah bahaya! Dia pasti terbiasa bersikap manis di depan cewek-cewek.

Mereka berjalan cukup jauh untuk sampai di parkiran mobil. Di perjalanan Mars melirik wajah super jutek Lavender yang ngomong-ngomong justru menggemaskan untuk dilihat.

"Mobil gue yang ini, Tuan Putri." Telinga Lavender terasa panas dengan panggilan Mars. Ia sudah banyak mendapat perlakuan manis dari cowok-cowok ganteng sekolah lamanya. Tapi di sekolah lamanya jelas nggak ada yang seganteng Mars. Apalagi yang punya tatto di lengan bawah yang ngomong-ngomong hot banget itu. Lavender bukanlah tipe yang suka dengan cowok badboy macam Mars, tapi kalau dilihat-lihat, Mars tuh berkelas. Penampilannya keren dan badannya yang tegap atletis itu bikin penampilan Mars semakin enak buat dilihat.

"Lo bisa panggil gue Lavender aja."Sahutnya ketus seraya memandangi Mars. Moodnya memburuk karena sekarang banyak sekali pasang mata yang menatap kearah mereka berdua. Ralat, hanya ke arah Mars lebih tepatnya. Cowok itu terlalu mencolok.

Lavender mendecak karena Mars hanya membalasnya dengan senyuman lebar yang menampakkan barisan gigi super rapi. Sungguh, dia belum pernah melihat senyum seganteng itu. Mata cowok itu memberikan gerlingan yang mungkin hanya Mars yang bisa melakukannya.

Di dalam mobil range rover berwarna hitam itu, Lavender memilih untuk tidur. Alasannya satu, dia nggak mau otaknya mulai kehilangan kendali, dia nggak mau terjatuh pada pesona cassanova disampingnya itu, jangan sampai!

OBSESI (DITUNDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang