10. 🌺

2.4K 95 11
                                    

Komen ya, biar aku semangat update nya :)


🌺🌺🌺🌺🌺


Hari sudah beranjak petang ketika Mars membawa Lav ke rumahnya yang begitu megah dan besar. Bagian depan rumah itu ditutupi gerbang besar berwarna coklat keemasan yang menjulang tinggi menutupi bagian dalam rumah. Mars hanya perlu membunyikan klakson dan sedetik kemudian gerbang itu terbuka dengan sendirinya.

Rumah megah berdominasi warna coklat keemasan itu sangatlah besar dan mewah. Dihiasi taman luas yang ditumbuhi berbagai macam bunga dan tumbuhan yang terawat. Di bagian tengah taman itu terdapat air mancur yang menjulang tinggi. Lav mengamati semuanya dengan napas yang tercekat.

Mars begitu kaya!

Lav menoleh untuk melihat ekspresi Mars yang rupanya datar-datar saja. Cowok itu tidak memarkirkan mobilnya di garasi, melainkan langsung menghentikan mobilnya di depan teras pintu utama yang menjulang lebar berwarna coklat tua.

Merasa diamati, Mars menoleh hingga tatapan mereka berdua bertemu. Cowok itu melemparkan senyum simpul kemudian membuka pintu mobil. Dia setengah berlari, membukakan pintu untuk Lav sebelum cewek itu melakukannya duluan.

Tangannya terulur menyambut Lav. Dia menggenggam gadis itu kemudian mengajaknya memasuki bagian dalam rumah yang lebih luar biasa lagi. Interior khas eropa dengan banyak vas yang diyakini Lav bernilai ratusan juta terlihat mendominasi dekorasi dari rumah mewah kepemilikin Lucius Alastair tersebut.

Beberapa pelayan dengan seragam maid ala-ala drama Korea mengejutkan Lav. Mereka tampak sangat muda, terdidik dan sangat sopan.

"Selamat sore, Tuan Muda dan Nona, apa yang ingin Anda inginkan untuk makan malam nanti?" Salah seorang Maid yang berdiri di tengah barisan bertanya dengan sopan.

Tanpa sadar, Lav merapatkan tubuhnya pada Mars, tampak jelas dia tak terlalu nyaman diperlakukan seperti ini. Di rumahnya memang ada pembantu, tapi jelas tidak se elit para maid di rumah Mars ini.

"Kamu mau makan apa, Lav?" Tanya Mars lembut.

"Aku nggak lapar kok." Jawab Lav cepat tanpa berpikir.

Mars tertawa renyah, melihat Lav saat ini sangatlah menggemaskan, apalagi dibandingkan dengan tingkah Lav yang biasanya cuek dan jutek kepada semua orang.

"Siapkan nanti saja kalau aku ingin makan, jangan lupa masak yang banyak untuk kalian semua, jangan sampai kelaparan. Aku ke kamar dulu." Ujar Mars ringkas.

Lav terpana dengan perhatian yang mungkin bagi Mars sangatlah kecil tapi sangat berarti itu. Sampai saat ini dia berhasil dibuat terkejut dengan sikap Mars yang ternyata sangat berbeda di setiap tempatnya.

Lav mengikuti tarikan tangan Mars yang sedari tadi tak berhenti menggenggamnya. Dia pikir Mars akan membawanya menaiki tangga. Tapi ternyata salah, cowok itu membawanya memasuki lift berwarna gold yang berada di dinding dekat tangga.

"Kita ke kamarku ya? Kamu pasti mau mandi kan? Nanti malam aku bakalan nganterin kamu pulang."

Lav menggigit bibir bawahnya, "Mars, aku males pulang ke rumah Calvin. Sebenarnya, Karina udah bilang kalau aku boleh tinggal di rumahnya."

Belum sempat Mars menjawab, pintu Lift terbuka. Mereka sampai di lantai 4. Daerah teritorial Mars seorang. Lantai ini khusus ditempati oleh Mars. Berisikan peralatan gymnya, game,ruang musik dan kamar utama. Di lantai ini, Lav tidak lagi menemukan warna coklat keemasan melainkan berganti dengan kombinasi warna hitam dan silver, sangat khas lelaki.

Mars membawanya memasuki kamar tidurnya. Aroma segar yang sama seperti Mars langsung menyergap penciuman Lav. Satu hal yang paling mencolok dari kamar itu adalah ranjang berukuran King yang nampaknya sangat nyaman untuk ditiduri itu.

Jantung Lav mulai berdegup cepat. Kenyataan bahwa saat ini mereka berdua berada di ruangan yang sama tanpa siapapun amatlah menjadi situasi yang rentan. Apalagi yang bersamanya saat ini adalah seorang Mars Alastair, ibaratnya cowok itu adalah dewa yang dikagumi semua gadis yang melihatnya.

Mars membuka kancing seragamnya satu demi satu dengan tatapan mata teduhnya kepada Lav. Ia melepasnya tanpa rasa malu hingga akhirnya badan kekar yang ditutupi beberapa tatto di bagian lengan itu terpampang jelas di hadapan Lav.

"Kamu kenapa?" Godanya, menyadari bahwa Lav sedang gugup tak berani menatapnya.

Kaki Mars melangkah mendekati Lav, dengan perlahan diambilnya tas yang masih dibawa Lav kemudian meletakannya di belakang gadis itu. Mars membelai rambut kemerahan itu dengan tangan kekarnya, membuat napas sang pemilik tercekat dengan pipi yang mulai memerah.

"Shit, gue nggak bisa nahan untuk nggak nyium lo lagi, Lav."

Lav sedikit terkejut. Entah setan darimana yang merasukinya, tiba-tiba saja tangannya itu sudah bergerak menyentuh pipi Mars, mengusapnya pelan kemudian berkata, "so kiss me."

Merasa mendapat lampu hijau, Mars benar-benar melakukan apa yang gadis itu katakan. Bibir mereka bertemu. Tidak terburu-buru, Mars memulainya dengan melumat kecil bibir tipis nan ranum itu. Mereka saling berpagut, Lav pun membalas ciuman itu dengan responsif. Sampai akhirnya Mars menggigit kecil bibir bawahnya hingga membuat lidah mereka bertemu. Mars, dengan kesadaran yang mulai berkabut, menggendong Lav dan memangkunya di ranjang.

Tangan Mars mulai bergerak tanpa bisa ia cegah, tanpa sadar ia telah menyobek baju yang dipakai Lav dengan mudahnya. Lav hampir berteriak, tapi Mars sama sekali tak mengizinkan dengan terus memagut bibirnya dan mulai meremas payudara yang masih terbungkus bra itu. Menciptakan erangan yang mulai keluar disela-sela ciuman yang mengubah suhu dingin di kamar itu menjadi mulai panas.

Mars menurunkan ciumannya, menyusuri leher jenjang dengan kulit yang begitu putih itu sambil sesekali meniupnya. Membuat sang pemilik menggeliat sekaligus menahan getaran rasa aneh di perutnya. Lav mendesah agak kencang saat lidah Mars yang panas menjilati lehernya dengan sangat lembut namun memberikan efek yang dahsyat padanya.

"Ahhhh Mars... kamu ngapain?" Tanya Lav parau dengan mata yang mulai menggelap karena kabut gairah.

"Nikmatin aja."

Jawaban Mars begitu singkat, dia nampaknya sangat fokus dengan apa yang dikerjakannya sekarang. Sibuk meninggalkan bekas kemerahan kecil-kecil yang sangat tampak di kulit putih itu.

Ciuman Mars di lehernya berhenti sejenak, mereka saling tatap dalam diam. Sesuatu bergerak menuju punggung Lav, tangan Mars mencoba melepaskan kaitan bra nya dan berhasil dalam sekali sentak. Lav menarik napas panjang, dia begitu gugup, apalagi saat Mars menatap payudaranya yang sudah tak terbungkus apapun dengan begitu intens.

"Lav, are you a virgin?"

TBC....

OBSESI (DITUNDA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang