Aku yakin kalian semua sudah mengenal nama Ivanna Van Dijk. Aku juga yakin kalau kalian semua sudah mengetahui kisahnya. Baik itu lewat buku, film, lagu, ataupun content youtube.
Ya, aku mengenalnya juga. Aku mengenalnya lewat buku. Buku yang membawanya padaku. Buku yang membawaku pada perasaan yang tidak pernah aku alami sebelumnya.
Aku tidak akan menceritakan kembali bagaimana kisah hidup seorang Ivanna. Aku hanya akan menceritakan pengalamanku "ditempeli" oleh sosok Ivanna.
================================
Hari itu, aku yang sedang tidak ada kegiatan memilih untuk menghabiskan waktu seharian di kamar sambil membaca buku karya Teh Risa Saraswati.
Dari buku yang berjudul Maddah, aku menemukan cerita tentang Ivanna. Aku dibuat penasaran oleh kisahnya. Karena menurutku, Ivanna memiliki cerita yang berbeda dari sosok Belanda lain yang ditulis oleh Teh Risa.
Lalu, aku mencari tahu lebih dalam tentang Ivanna. Aku kemudian membaca novel tentangnya. Benar saja, reaksiku saat membaca novel itu cukup emosional. Bahasa yang Teh Risa tuliskan juga berhasil membawaku masuk kedalam masa lalu Ivanna. Membuatku merasakan apa yang dia rasakan. Membuatku mengerti apa yang dia pikirkan.
Seketika ruangan kamarku menjadi panas. Aku tidak tahu ada apa, aku kira karena aku seharian diam di kamar tidak kemana-kemana, hingga akhirnya suhu kamarku meningkat. Perasaanku tiba-tiba tidak nyaman. Entahlah bagaimana menjelaskannya. Pokoknya perasaanku menjadi gelisah tidak jelas.
Aku tidak ambil pusing. Aku pikir mungkin perasaan itu datang dari kebosananku yang seharian hanya tidur-tiduran sambil membaca buku.
Aku lalu menjalani hari seperti biasanya. Masih mengabaikan sesuatu yang ternyata mengikutiku.
Aku sama sekali tidak menyadari kehadiran sosok Ivanna. Bahkan teman-temanku yang bisa melihat 'mereka'pun tidak melihatnya.
Aku mulai menyadari ada yang aneh pada diriku ketika aku ketakutan untuk keluar rumah.
Hari itu pukul 3 pagi, aku harus menjemput kakakku yang baru pulang ke Bandung. Aku yang biasanya cuek dan tidak peduli, mendadak takut untuk keluar rumah. Bahkan ke teras rumah pun aku takut. Rasanya seperti ada yang menungguku diluar. Rasanya aku akan disakiti jika aku keluar.
Tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku tetap harus menjemput kakakku. Akhirnya, aku beranikan diri untuk keluar. Seumur hidup tidak pernah aku merasa setakut itu.
Aku memacu motorku dengan kecepatan tinggi. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata, badanku gemetar. Aku benar-benar ketakutan! Aku baru merasa tenang saat bertemu dengan kakakku.
Lalu aku mulai menyadari keanehan-keanehan lainnya. Aku menjadi lebih emosional. Aku pikir karena sudah mendekati jadwal datang bulan, sehingga hormonku meningkat dan akhirnya aku jadi emosional. Tapi ternyata, setelah jadwal datang bulanku berakhir pun aku tetap emosional.
Teman-temanku sangat tahu, aku bukanlah orang yang mudah emosi dengan segala gaya bercanda yang kadang keterlaluan. Aku selalu enjoy dan tidak pernah ambil pusing.
Tapi selama satu bulan setengah, emosiku tidak stabil. Bahkan salah satu temanku mengatakan kalau aku berubah menjadi baperan dan tidak asyik lagi diajak bercanda.
Aku mulai mencari jawaban atas perubahan sikapku belakangan ini. Lalu, entah kenapa saat itu aku ingin menonton ulang salah satu episode jurnalrisa yang berjudul "Hantu Belanda yang Dikucilkan".
Aku menemukan jawaban kenapa aku merasa ketakutan untuk keluar rumah. Ivanna, melalui tubuh Teh Risa mengatakan, "Saya tidak bisa jauh-jauh dari tubuh manusia yang memanggil saya. Karena siapapun membenci saya. Mereka tidak suka saya ada. Mereka menganggap saya jahat. Mereka menganggap saya Wanita pembawa sial untuk orang-orang Netherland."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka yang Memegang Janji
HorrorHallo, namaku Novi. Kali ini aku mencoba menceritakan pengalamanku bertemu dengan teman-temanku dari dunia "sebelah". Tentang mereka yang menunggu. Tentang apa yang membuat mereka menunggu. Tentang kisah pertemuan hingga pertemanan kami. Cerita ini...