Memiliki teman kecil ternyata tidak se-menyenangkan cerita orang. Bayangkan saja, mereka berlarian kesana kemari, berteriak, tertawa, tapi tidak ada yang melihat atau merasakan kehadiran mereka selain Evan dan aku. Hanya kami yang tahu arti dibalik tawa kami saat melihat Erik dan Jessi berlarian menembus tembok, atau saat salah satu terjatuh dan menangis seolah merasa sakit.
Aku sudah menceritakan sebelumnya. Setelah kejadian aku dihantui oleh Ivanna, sikap anak-anak kembali normal kepadaku. Bahkan mereka membuatku bertemu dan berkenalan dengan 5 sosok anak kecil yang sudah sangat terkenal dan tak kalah menggemaskan dengan Erik dan Jessi.
Yap, sosok itu adalah Peter, Hans, Hendrick, Janshen dan William.
Sebenarnya, aku dan Evan bertemu lima anak menggemaskan itu di sekolah. Kami sengaja mendatangi sebuah sekolah dasar biasa mereka bermain.
Seperti biasa, malam itu aku dan Evan mengelilingi kota Bandung, dan sekolah dasar tersebut adalah tujuan akhir kami. Entah kenapa, sejak kami mulai membuka komunikasi dengan Netherland, kami tidak langsung menemui Peter cs.
Untukku yang teramat sangat menyukai mereka, aku berfikir mereka bermain dengan Teh Risa, pasti akan sulit kami temui. Lalu, jika mereka ada dan mau kami ajak kenalan, apakah mereka mau?
Dan ternyata...
Anak-anak ini mau bertemu dan berkenalan denganku!
Kalian tahu betapa senangnya aku waktu itu?Lima anak ini ternyata sangat ramah. Evan yang jadi medium agar aku bisa bicara langsung dengan mereka.
"Hai, aku William."
William yang pertama kali menyapa kami. Dari kelima anak itu, aku paling menyukai William. Bayangkan betapa gugupnya aku waktu itu.
Percakapanku dengan William dan yang lainnya tidak akan aku ceritakan di sini. Aku terlalu malu mengakui bahwa aku gugup bertemu mereka.
Akan aku ceritakan bagaimana Erik dan Jessi mengajak mereka ke rumahku untuk bermain di salah satu TK yang berada dekat dengan rumahku.
~~~
Pagi itu setelah Ivanna pergi, Erik dan Jessi datang. Mereka seperti kelelahan. Mungkin mereka baru selesai bermain.
"Di deket sini ada TK, Nop?" tanya Evan.
"Ada, emang kenapa?"
"Hmmm pantesan," kata Evan.
"Emang kenapa?" tanyaku.
"Kayanya anak-anak abis main di TK," jawab Evan.
"Terus?"
"Ya gua yang cape."
Aku tertawa. Memang seperti itu. Jika anak-anak bermain, yang merasa lelah pasti Evan atau aku. Aku juga tidak mengerti kenapa.
"Nop, ada yang datang," kata Evan. Matanya tidak lepas dari pagar rumahku.
"Apa? Siapa?" tanyaku, sambil melihat ke arah mata Evan memandang.
"Lu ga ngerasain emang?"
Aku menggeleng. "Kalo abis ada Ivanna, Nopi bener-bener ga bisa ngerasain apa-apa. Gatau kenapa,"
"Nyedot energi yang gede sih emang, Ivanna tuh. Kalo gua bilang Peter CS yang dateng, lu percaya ga?"
"Hah? Serius? Peter CS?"
Evan mengangguk. "Kayanya diajak Erik sama Jessi main di TK,"
"Masih di sini mereka?"
"Ngga, kayanya di TK. Tunggu aja, nanti salah satu pasti balik duluan." Kata Evan.
Aku mengangguk. Lalu bersandar pada kursi di teras rumah sambil memejamkan mata.
"Van,"
"Hmm?"
"Lu percaya ga sih?"
"Percaya apaan?"
"Sama semua yang kita temui. Terutama Peter CS. Peter CS loh. Secara mereka udah terkenal banget. Dan sekarang kita kenal mereka,"
"Nop, gua yang waktu itu jadi mediator biar lu bisa ngobrol sama mereka aja kaget. Pengen ga percaya, tapi buktinya mereka ada dan interaksi sama kita,"
"Iya sih,"
"Nah, ya udah. Sekarang jam berapa?"
"Jam 10," jawabku.
"Ayo ah berangkat. Keburu panas,"
"Ayo dah, bentar siap-siap dulu."
Pagi itu aku dan Evan memang berencana pergi ke suatu tempat. Bukan untuk mencari "mereka". Hanya pergi dan beristirahat saja.
Mungkin itu lah perkenalanku dengan Peter CS. Tidak bisa ku ceritakan semua, karena mereka pun tidak berkenan. Aku hanya diijinkan menceritakan saat pertama kami bertemu. Untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya, lebih baik hanya aku, Evan, dan Langit yang tahu.
Oh iya, mungkin diantara kalian ada yang penasaran, apakah setiap kali kalian menyanyikan lagu "Boneka Abdi" apakah mereka akan datang atau tidak.
William bilang. "Aku akan datang kepada siapa saja yang memanggilku. Tapi, aku hanya datang melihat, lalu pergi. Begitupula dengan yang lain."
Mereka datang hanya untuk melihat.
Tapi, saranku lebih baik tidak perlu memanggil mereka jika tidak ada tujuan. Karena mereka hanya anak-anak, dan untuk datang kepada orang yang memanggil, butuh energi.
Seringkali mereka kelelahan, karena mereka pergi kesana kemari untuk memenuhi panggilan kalian. Waktu mereka bermain bersama pun terganggu.
Aku saja, pertama kali bertemu mereka, aku datangi tempat mereka bermain. Dan tidak pernah memanggil mereka.
Percaya atau tidak, terserah kalian.
Aku berterimakasih masih ada yang mau membaca ceritaku ini. Berikutnya mungkin aku akan menceritakan tentang salah satu sosok kenalanku. Aku menyebutnya "Mba".
Sampai jumpa di part berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mereka yang Memegang Janji
TerrorHallo, namaku Novi. Kali ini aku mencoba menceritakan pengalamanku bertemu dengan teman-temanku dari dunia "sebelah". Tentang mereka yang menunggu. Tentang apa yang membuat mereka menunggu. Tentang kisah pertemuan hingga pertemanan kami. Cerita ini...