4. Pembuktian

5.2K 627 286
                                    

Potongan pepaya dalam mangkuk porselen habis. Namun, Vig masih menggulirkan tangan menjelajah dunia maya.

Nama Deven Dhanapati tengah naik daun. Video klip terbaru Blue Ribs di YouTube resmi milik label musik yang menaungi Blue Ribs ditonton tak kurang dari 100 juta kali. Konten kreator mancanegara berlomba membuat video reaction. Artis TikTok mengadakan make up challenge #Akuingintewas. Motor penggerak sekaligus vokalis band siapa lagi kalau bukan Deven?

Fans Blue Ribs meneriakkan nama sang vokalis. Deven memenuhi gambaran para gadis berusia belasan tahun tentang sosok pacar idaman. Setiap perekaman video atau penampilan panggung, dia sengaja menonjolkan image macho. Jaket hitam kulit, jeans sobek, berewok tipis, serta anting adalah ciri khasnya. Terkadang Deven memainkan alat musik misalnya gitar elektrik atau keyboard hanya agar penonton berteriak semakin histeris dan jatuh cinta. Demi cinta, perempuan rela menyerahkan apa saja. Katakanlah waktu, uang, perhatian, sampai keperawanan.

"Deven paham banget cara menguras duit fansnya," gumam Vig masih menonton video wawancara Deven. Cowok itu tidak sekali pun menyebutkan keluarganya. Kalau saja tidak diminta menangani perkara Amira, kehidupan keluarga Deven sangat misterius.

"Deven siapa?" Virginia menghentikan rajutannya. Jalinan benang biru-putih itu akan menjadi sebuah dompet.

"Anaknya Bu Amira, klien baru."

Jam di laptop Vig menunjukkan pukul sebelas malam. Baterainya sudah akan habis. Dia menguap lebar, mengusap mata yang berair. Malam ini Vig yakin akan memimpikan Deven. Bagaimana cara mendekati cowok itu dengan kesibukannya? Wawancara di mana-mana, konser di mana-mana, dan party pastinya. Banyak video YouTube dan artikel menayangkan Deven hura-hura dikelilingi model serta artis.

Dalam dunia hukum ada istilah 'Antinomi', pertentangan antara dua ayat dalam undang-undang. Seperti Deven dan Vig. Deven menyukai sensasi, Vig malah benci. Deven mencari ingar bingar, Vig malah menghindar. Karakter yang sungguh berlawanan. Vig mau mendekatinya, dia harus berusaha masuk dalam dunia glamor, berpura-pura senang dengan semuanya.

"Vig, Mama senang kamu kerja, mandiri, punya penghasilan sendiri. Tapi jangan lupa sama urusan pribadi." Virginia membereskan alat rajutnya. Matanya sudah merah dan berair.

Vig menutup mulut yang menguap. "Urusan pribadi?"

"Iya, Agra pulang kan? Kalian lama enggak ketemu. Apa enggak kangen?"

Kejengkelan Vig tahu-tahu membuncah. Sebuah hubungan akan bertahan bila dua orang yang saling mencintai sama-sama menjaga. Selama Agra di Riau, Vig sering mengunjungi rumah keluarga Omardi, mengambil hati orang tuanya meski menerima cibiran. Luka hati masa kecilnya serasa dicabik dan ditaburi garam. Sikap sinis Juliana menjelaskan semua. Jangan kira Vig tidak tahu kenapa cintanya dengan Agra terkatung-katung delapan tahun lebih. Mereka menunggu restu dari orang tua Agra.

"Mama, bukannya aku enggak mikirin urusan pribadi. Justru Agra yang kayak ogah-ogahan meneruskan hubungan ini. Iya, Agra pulang. Tadi pagi aku jemput di bandara terus aku antar ke hotel tempatnya workshop. Aku tawarkan untuk makan dan nonton bareng sepulang kantor, tapi dia bilang enggak bisa karena keluarga Omardi punya janji makan malam dengan keluarga Fahrizal."

Virginia melangkah ke lemari, menyimpan rajutannya.

"Jangan negative thinking dulu, mungkin keluarga Fahrizal itu sahabat keluarga Omardi." Virginia menenangkan.

Masuk akal. Bisa saja ibu atau ayah Agra berteman dengan keluarga Fahrizal. Sebagai usaha meredam kegelisahan yang meremas dadanya, Vig menarik napas dalam-dalam. Wangi kayu manis dari tungku pemanas aroma terapi yang terhirup sedikit menenangkannya. Percuma memaksakan argumen pada Virginia.

ANTINOMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang