12. Bantuan

11 5 0
                                    


Author pov

Matahari masih terasa panas saat cahayanya menyentuh jalan aspal dimana Rose dan Deca berjalan.

"Malam ini, aku akan membuka alam bawah sadar Dona, dia pasti menjadi gila dan akan bunuh diri", ucap Deca berjalan dengan membusungkan dadanya.

"Bagaimana dengan energimu?". "Apakah tidak akan berkurang seperti kemarin malam?".

"yah, pastinya seperti itu. Aku masih membutuhkan tambahan energi agar wujudku stabil seperti ini".

"kau ingin aku bagaimana?".

"aku ingin rasa dendam dan amarah yang besar saat ini, tetapi berasal dari kamu".

"apakah sekarang Rasa dendamku sudah pudar hingga kau bicara seperti itu?".

"bisa dibilang begitu. "sejak Dona meminta maaf padamu hingga memelukmu, rasa amarah dan dendammu mulai menipis, jika rasa itu hilang mungkin kau juga akan mati".

"maksudmu apa Deca?".

"kau berdiri disini sekarang, menghirup udara bebas di sini walaupun kau setengah iblis disini kau tetap akan mati jika aura dendam dan amarahmu hilang, aku menghidupkanmu dari aura itu".

"kenapa tidak kau bilangdari awal kita membuat perjanjian itu".

"hm", Deca menghela nafas.

Saat Deca berhenti berbicara saat itu pula Rose langsung menarik Deca ke semak-semak. Deca terkejut dan panik.

"Ada apa Rose, kau membuatku kaget".

"Lihat Deca, di sana ibuku dan dua lelaki asing kemarin, dia kembali kerumah lagi".

Deca menghela nafas, " Orang itu benar-benar tidak putus asa ya, apakah aku boleh membunuhnya agar kau aman?".

"jangan".

"kenapa, bukankah kau ingin menghancurkan semua orang yang berhubungan dengan ibumu. Kenapa tidak sekalian ibumu juga yang kita bunuh".

"Aku hanya ingin membunuh Dona dan Ayah Dona, ibu tidak termasuk dalam daftar itu".

"boleh aku panggil kamu pengecut?", tanya Deca dan tersenyum bak iblis yang siap meyerang mangsanya.

"Terserah".

TEP

Rose dan Deca terkejut saat tangan seseorang menepuk pundak mereka. Mereka berdua langsung menoleh kebelakang dan terkejut ketika melihat Anli tersenyum dan tertawa kecil.

"Anli", ucap Deca.

"Kalian berdua bertengkar ya tadi?", tanya Anli dan tersenyum.

"Bukan urusanmu", jawab Deca dan Rose bersama.

"Oh iya, aku harus melakukanku tugasku sekarang", kata Anli dan berdiri.

Tangan Rose langsung menggapai tangan Anli dan membuat Anli sedikit terkejut, "ada apa?".

"Dokter itu menyuruhmu untuk mengikutiku ya?", tanya Rose menatap tajam Anli.

Anli membalas tatapan Rose dan mendekatkan sambil berbisik, "jangan terlalu percaya diri, aku bukan mengikutimu, hahaha", ucap Anli dan pergi meninggalkan Deca dan Rose.

"Benarkah dia tidak mengikuti kita?", tanya Rose.

"Sepertinya iya, tapi kau bisa lihat sendiri, dia sekarang mendekati ibumu di sana?", ucap Deca dan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Anli yang sedari tadi mengikuti Ibunya Rose berjalan kemanapun.

"Apa yang dia rencanakan?, "jika sekali saja dia menyentuh ibuku siap-siap akan ku penggal kepalanya ", kata Rose geram.

Lalu Anli datang kembali mendekati Rose dan Deca yang masih bersembunyi di semak-semak.

Story Of Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang