9. Luka

35 7 3
                                    

Jam menunjukan pukul 08.00 pagi, tetapi Tomi masih terlihat santai masih santai di sofa empuknya sambil membaca koran ditemani oleh segelas kopi.

"hoi, kapan baru berangkat ke rumah sakit? sekarang sudah jam 08.00", sapa Anli yang berbaring di atas sopa sambil memainkan bola.

"Aku ingin bersantai hari ini", jawab Tomi dan meminum seteguk kopi hangat.

"Bosan, kapan kau bisa mengajakku membunuh lagi?, sekarang aku semakin melemah", keluh Anli sambil merayu Tomi.

"Aku lagi menyusun rencana?".

Mendengar itu Anli terlihat gembira, dia langsung melompat dan memeluk Tomi dengan erat.

"Hari ini ya, hari ini kita harus mendapatkan mangsa".

"Lepas An, aku tidak bisa bernafas", keluh Tomi dan berusaha mendorong Tomi.

"Aaaaaa, aku tidak mau tahu, harus hari ini".

"hari ini aku ada jadwal untuk memeriksa pasienku. Aku sibuk dan aku juga butuh makan, kamu mau aku mati karena kelaparan".

Anli menggelengkan kepalanya dan mundur.

"jangan terlalu manja", ucap Tomi.

"hm", Anli menghela napas.

KRIIIIIING KRIIIIING

handphone Tomi berdering. Tomi segera mengambil Handphone itu di atas meja dan menjawab telpon yang diterimanya.

"Haloo".

"Halo dokter Tomi, Dona menghilang dari rumah sakit, tolong segera ke rumah sakit".

"Tunggu, kenapa bisa menghilang?".

"saya juga tidak tahu dok, saat saya mencari suster Ariva di tempat isolasi tersebut, suster Ariva pingsan dan Dona menghilang".

"oke, saya ke sana sekarang".

TUT

Panggilan pun diakhiri. Anli yang duduk dari tadi melihat gerak gerik Tomi yang tiba-tiba kalang kabut mendengar Dona menghilang pun tertawa.

"haha, ternyata kamu bisa panik juga ya Tom?".

"dia pasienku, dia tanggung jawabku".

"Hoho, ternyata kamu bertanggung jawab juga ya?".

"Ssssst, jangan buat suasana kacau gara-gara gurauanmu yang garing itu".

"Hah, bosan bersamamu, rasanya aku ingin mengejar perempuan yang bernama Rose saja, aku pasti tidak akan kelaparan seperti ini".

"Terserah", ucap Tomi dan meninggalkan Anli.

"Hah, andai imannya lemah, mungkin aku bisa mengendalikannya seperti Deca mengendalikan anak itu".

------------------

Sejak kasus pembunuhan di sekolah, Rose merasa aman dan tidak pernah dibuli lagi, entah itu karena gosip sudah berpindah pada Dona atau karena Dona dan temannya sudah tidak ada disekolah itu lagi.

"Hm, karena Deca melemah, dia tidak bisa ikut bersamaku ke sekolah", tukas Rose sambil berjalan dengan melihat langkah kakinya itu sendiri.

Tiba-tiba di depan pagar sekolah, banyak siswa siswa berlari ketakutan dan berteriak "orang gila". Satpam yang menjaga sekolah juga ikut berlari.

Rose pun terlihat heran, apa yang sebenarnya terjadi. Dia merasa tidak takut dan tetap melangkahkan kakinya hingga langkah kakinya terhenti ketika melihat Dona tepat di hadapannya.

Story Of Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang