17. Bukti

8 3 6
                                    

#Author pov

Tatapan tajam Anli tidak lepas terhadap perempuan paruh baya itu dan lelaki paruh baya yang saling berpandangan satu sama lain.

"Ahh, bosan," keluh Anli dalam hati.

"Apa Polisi telah menemukan Rose?", tanya lelaki paruh baya dengan mengerutkan kedua alisnya.

Perempuan paruh baya itu menggelengkan kepalanya, " Mungkin polisi sulit melacaknya. "Mungkin sangat mustahil untuk mas percaya, aku merasa Rose bersekutu dengan iblis".

"Hal itu cukup mustahil", jawab lelaki paruh baya itu.

KRIIIING

Handphone lelaki paruh baya itu berbunyi. Lelaki itu segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Roy".

"Kapan kau bisa mengantar perempuan seperti yang di foto itu, aku sudah tidak sabar", ucap Seorang lelaki yang bernama Roy itu.

"Maaf Roy, untuk saat ini dia sedang hilang dan aku berusaha mencarinya, jika aku menemukannya, kau harus memberikanku bayaran dua kali lipat dari harga biasanya", ucap lelaki paruh baya itu dan tersenyum.

"Kenapa dia bisa hilang, katamu dia penurut, sudah 3 hari pesananku tidak sampai-sampai. "Jangan membuatku menunggu lama", ucap Roy dengan nada sedikit marah.

"Maaf Roy, aku pastikan akan mendapatkannya", ucap lelaki paruh baya itu dan menutup telponnya.

"Lariva, kita harus menemukan Rose lagi, aku akan menyuruh polisi bayaran itu mencarinya dengan ketat", ucap lelaki paruh baya itu dan menatap tajam Lariva.

"Mas, cari pengganti saja, jangan Rose, aku tidak yakin bisa menemukannya. "Tadi dia menghilang tepat di depan mataku, lenyap dengan ajaib".

"Seharusnya kau memberikan Rose padaku terlebih dahulu sebelum meninggalkannya, kau selalu melarangku dan menyuruhku menunggu umurnya tepat 17 tahun".

"Maaf mas", jawab Lariva dan menundukkan kepalanya.

"Apa kau sayang terhadap Rose karena merawatnya sejak kecil HAH?", tanya lelaki paruh baya itu sambil menghentakkan tangannya di meja.

Mendengar itu, Anli segera mendekat dan membuka telinganya lebar-lebar agar terdengar semuanya percakapan lelaki dan perempuan paruh baya itu yang dianggapnya mulai penting.

"Tidak, aku tidak menyayanginya?", ucap Lariva dan memandang ke arah lelaki paruh baya itu.

"JIKA TIDAK, KENAPA DULU KAU MELARANGKU, KAU JUGA BERSIKERAS MENJAGANYA, PADAHAL AKU INGIN MEMBUNUHNYA SAAT ITU!", teriak lelaki paruh baya itu.

Anli tersenyum lebar, "Ini yang ingin kudengar", batinnya.

" Sudah mas, sudah tengah malam, nanti ada yang curiga dengan kita", ucap Lariva berusaha menenangkan lelaki paruh baya itu.

" Aku ingin menghancurkan seluruh keluarga Zaynold", kata Lelaki paruh baya itu menatap tajam ke arah Lariva.

Lariva hanya membatu ketika melihat tatapan tajam itu menusuk dirinya.

"Ayo, katakan lagi", keluh Anli yang tidak terlihat oleh lelaki dan perempuan paruh baya itu.

"Bunuh anak itu," kata lelaki itu lagi.

"Siapa? Rose atau Tomi?", tanya perempuan paruh baya itu dengan ekspresi datar.

"Dokter yang menangani Dona, bunuh dia, dengan cara apapun atau dengan cara seperti dulu yang kau lakukan pada mobil keluarga Zaynold", ucap lelaki itu.

Mendengar itu, senyum lebar pada wajah Anli terlihat, "Kecurigaan Tomi benar, Perempuan dan lelaki ini benar-benar yang dia cari selama ini. "Aku tidak sabar menagih bayaranku", Ucap Anli tersenyum puas.

"Satu lagi, kita harus mencari Rose dan menjualnya pada Roy. Roy pasti akan membunuhnya ketika dia sudah menikmati tubuhnya. "Jadi dengan begitu, keluarga Zaynold tidak ada yang tersisa lagi di dunia ini, HAHAHAHA", kata lelaki paruh baya itu dan mengekengkan tangan ke pinggang dengan penuh kebanggaan.

"Rose, dia bena-benar adiknya Tomi, beruntungnya aku", pekik Anli dalam hati kegirangan.

"Aku tidak yakin bisa mendapatkan Rose," ucap Lariva lagi.

"Kita pasti bisa menemukannya," tukas lelaki paruh baya itu dan tersenyum.

"Dia bisa menghilang begitu saja, dia sudah bersekutu dengan Iblis, kita tidak akan menang melawan orang yang bersekutu dengan iblis", jawab Lariva dengan panjang lebar.

"Dia tidak akan mungkin menghilang di khalayak ramai bukan? Aku yakin itu", jawab Lelaki paruh baya itu dan menatap tajam Lariva lagi.

"Tapi, aku takut dia akan membunuhku mas, seperti dia membunuh anak buahku".

"Tenang Lariva, aku yakin dia tidak akan membunuhmu, dia sangat menyayangimu kan?", kata lelaki paruh baya itu dan mendekati Lariva. Dipegangnya dagu Lariva dan diangkat sedikit ke atas.

"Mas", kata Lariva yang sedikit takut dengan tatapan lelaki paruh baya itu.

"Kamu harus ke sekolah besok dan temukan dia, lalu kau juga harus menemukan kediaman dokter itu, lakukan rencana seperti 6 tahun lalu", ucap lelaki itu dan terkekeh.

"Wah, ternyata manusia benar-benar kejam ya? Hatinya terbuat dari api mungkin", Ucap Anli dan menghilang dari tempat itu.

----

Langit terlihat mendung dengan diiringi ribuan air yang jatuh sebesar jarum.

"Tomi", kejut Anli yang tiba-tiba muncul di belakang Tomi. Tomi terperanjat dan Roti yang dia makan jatuh ke lantai. Rose dan Deca yang melihatnya sedikit tersenyum.

"Kenapa?", tanya Tomi kesal dan mengambil roti tawar lagi dan mengolesnya dengan beberapa selai.

"Rose itu benar adik kandungmu", kata Anli spontan dan tersenyum. Tomi, Rose dan Deca kaget dan membantu.

"Kalian kenapa membatu begitu?", tanya Anli lagi dan terkekeh.

"Bercandamu keterlaluan Anli, Rose mana yang kau maksud?", tanya Deca menatap Anli kesal.

Anli tersenyum dan mengacungkan jari ke arah Rose. Rose yang saat itu sedang minum air susu langsung menyemburkan susu yang ada di dalam mulutnya dan percikannya mengenai wajah Tomi.

"Maaf", ucap Rose dan segera mengambil tisu dan mengelap wajah Tomi yang berada di seberang mejanya.

Mata Tomi melihat tajam ke arah mata Rose. Air matanya keluar tanpa ia sadari membuat Rose kelabakan, "Kenapa nangis, maaf aku salah", kata Rose yang kaget dan segera duduk seperti semulanya.

"Tomi memang cengeng, dari luarnya saja terlihat dingin padahal hatinya bewarna putih," ucap Anli dan terkekeh lagi.

"Anli, ternyata kurang ajar ya", kata Deca menyindir Anli.

"Anli, Apakah benar orang itu juga yang telah membunuh keluargaku?", timpal Tomi.

"Iya, aku juga mendengar dia akan membunuhmu dan juga ingin menjual Rose lalu ingin membunuh Rose", ucap Anli polos.

Mendengar itu, Deca menanggapi serius dan Rose langsung membatu.

"Apa kau memiliki bukti agar kami semua di sini bisa melihat?", tanya Deca mengerutkan alisnya.

"Ada, aku akan mentransfer ingatanku pada kalian, tapi bayarannya mahal ya?", tukas Anli lagi.

"Aku akan membayar jiwaku lebih cepat padamu, aku tahu kau tidak pernah bohong padaku", jawab Tomi menatap serius Anli.

Rose menatap tajam Tomi dan Anli. Dia merasa bingung dan heran apa yang sebenarnya terjadi. Anli menyebutkan dia adalah adiknya Tomi, dan dia akan di jual dan dibunuh. Pikiran Rose langsung melayang ke arah ibunya, dia tidak mengira ibunya sekejam itu, tapi dia yakin ibunya tetap ibunya dan bukan seperti yang dikatakan oleh Anli.

Jangan lupa vote dan komen ya

masih ada kelanjutannya, rencana episodenya 20 lebih, tetap stay sampai tamat ya

salam manis Kazunika

Story Of Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang