#Author pov
Deca sekarang berhasil masuk ke dalam alam bawah sadar Dona dengan mentransfer dendam Rose padanya. Kembali pada waktu dimana pembunuhan sadis terjadi. Tepatnya jam 14.00 saat siswa-siswa sudah pulang kecuali Dona Aurel dan empat teman lainnya.
Dona melihat ke lima temannya tersenyum bahagia dan mengucapkan ulang tahun padanya.
"Selamat ulang tahun ya, Dona sayang", ucap Aurel dan ke empat temannya seraya membawa kue ultah coklat yang sudah disediakan oleh Aurel dan ke empat temannya.
Dona tersenyum bahagia dan bersiap-siap untuk meniup lilin yang ada di atas kue coklat itu.
"Eh,Don, itu cincin yang diberikan Rose kan?", tanya Aurel dan memandang tajam ke arah jari manis Dona.
"Iya, cincinnya bagus. "Mungkin aku juga merasa kasihan padanya".
"Untuk apa kita kasihan dengan dia, dia memang cocok untuk dibully", sahut Sandra.
"Udah, udah, hari ini hari bahagianya Dona, seharusnya kita jangan bertengkar karena lalat seperti Rose", ucap Rinta.
Dona tersenyum dan tidak menghiraukan cibiran teman-temannya terhadap Rose.
"Sekarang potong kuenya", teriak Rinta dan mengacungkan pisau plastik untuk memotong kue ulang tahun.
"Potongan pertama kasih ke teman yang terbaik ya?", sahut Aurel dan tersenyum.
Dona mengambil pisau yang diberikan oleh Rinta. "Hm, siapa ya teman terbaikku di sini?".
Tiba-tiba, pisau plastik yang dipegang Dona berubah jadi pisau daging besar. Aurel beserta ke empat temannya terkejut. Kue yang di pegang Aurel jatuh ke lantai dan rusak.
"Kalian kenapa? Kuenya sampai jatuh gitu", tanya Dona yang heran, matanya tertuju pada kue yang jatuh ke lantai.
"Don, pisaunya berubah?", teriak Aurel.
"Berubah bagaimana?", Dona melihat pisau itu tetaplah pisau plastik.
Tiba-tiba pintu dan jendela tertutup. Dona terkejut melihat hal itu, tubuhnya tiba-tiba kaku membuat dia resah. Dona heran dan merasa aneh tubuhnya bergerak tidak sesuai dengan pikirannya.
"Hei, ini apa-apaan, nggak mungkin ada hantu di sini kan?", teriak Sandra yang mulai ketakutan dan menjauh dari hadapan Dona.
"Kalian harus mati, manusia laknat", seru Dona. Saat itu dalam hati Dona berteriak kesal dan heran, kenapa dia bisa mengucapkan kalimat kotor itu. Diliriknya pisau ditangannya dan matanya terbelalak melihat pisau iu berubah menjadi pisau pemotong daging. Dia mengangkat pisaunya ke atas dan menatap satu persatu temannya, lalu mengacungkan pisau besar itu ke arah Aurel, "kau yang pertama?".
"Don, kau tidak bercanda kan?", Aurel mulai ketakutan dan mundur beberapa langkah menjauhi Dona.
Dalam hati Dona panik, dia mulai ketakutan dengan tingkah aneh tubuhnya, "TEMAN-TEMAN, ADA YANG MENGENDALIKAN TUBUHKU", batinnya.
"Siapa yang bercanda, hahahhaha", Dona tertawa keras seperti seseorang serigala yang menemukan mangsanya.
"Guys, Dona kerasukan, kita harus keluar dari sini", teriak Sandra dan mulai berusaha mendobrak pintu keluar yang terkunci.
"Tenang, kalian akan mendapat giliran, kematian seperti apa ya yang bagus untuk kalian".
"Tuhan, tolong aku, siapa yang mengendalikan tubuhku ini", batin Dona mengeluh dan mulai ketakutan.
"Payah, semua pintu terkunci", teriak Rinta dan mengedor-ngedor jendela sekolah.
"Ah, senangnya bisa melihat wajah ketakutan kalian, rasanya membuatku ingin membunuh kalian dengan cepat", Ucap Dona yang sebenarnya adalah bukan kata hatinya. Hati Dona beteriak menyuruh teman-temannya untuk keluar dari kelas tetap yang dilihat teman-temannya hanya wajah iblis Dona yang ingin membunuh mereka.
"Sadar Don", teriak Ussy dan berusaha mendekati Dona dan menahan Dona.
Tiba- tiba tangan Dona bergerak sendiri dan menebas kepala Ussy. Batinnya berteriak melihat kepala Ussy terpenggal dan terbang jauh dari tubuh Ussy.
"Ya Tuhan, apa yang telah kulakukan, aku membunuh Ussy, AKU MEMBUNUH USSY, AKU PEMBUNUH", batinya yang mulai menangis tetapi tidak dengan tubuhnya yang bertolak belakang. Dia menatap teman-temannya yang mulai menjauh dan ketakutan.
"Ya tuhan, Ussy, Ussy", teriak Sandra dan menangis hingga gemetaran.
"Berteriaklah, berteriaklah sekeras-kerasnya, tidak akan ada yang bisa mendengar kalian di sini", ucap Dona dan mendekati tubuh Ussy.
"Aku sayat saja ya?". Mendengar kata-kata itu dari mulutnya sendiri membuat dia semakin ketakutan dan saat tangannya mulai mendekati tubuh Ussy dan tanpa perintah otaknya, tangan Dona bergerak sendiri menyayat paha dan tangan Ussy.
"TIDAK! TIDAK! APA YANG AKU LAKUKAN!!! Teriak Dona dalam hati dan ingin rasanya dia membunuh dirinya sendiri yang telah melakukan hal kejam itu.
"Sadar Don, sadar, kenapa kau jadi psikopat seperti ini", teriak Aurel.
"Diam kau perempuan jahat, ini memang pantas untuk dia dan kalian akan mendapatkan hal yang serupa", ucap Dona.
---------------------
Dona selesai membunuh kelima temannya. Dona terkulai lemah dan pisau daging yang dipegangnya jatuh begitu saja. Batinnya berteriak dan menangis saat tangannya sendiri membunuh teman-temannya. Dia tertawa lepas karena merasa gila.
"INI MIMPIKAN?", teriaknya dan tertawa lagi. ucapannya dan tubuhnya telah mengikut perintahnya sekarang. Dia menangis, dilihatnya tangannya yang penuh darah.
"PEMBUNUH", teriak seorang perempuan yang tidak lain adalah Aurel.
Mendengar itu Dona menoleh ke belakang dan melihat Aurel dengan besi yang menancap di perutnya dan darah yang masih mengalir segar.
"Aurel", ucap Dona. Air matanya mulai jatuh dan deras, " Tubuhku bergerak tidak sesuai dengan kemauanku", katanya lagi dan mengusap air matanya dengan tangannya yang berlumuran darah teman-temannya.
"Kau tetap pembunuh, kau membunuh aku dan teman-teman lainnya. "Lihatlah, mereka semua mati mengenaskan, sama sepertiku", kata Aurel dan mengacungkan jarinya pada teman-teman lainnya yeng telah mati.
"Maafkan aku, aku tidak tahu kenapa jadi seperti ini, hiks, hiks", tangis Dona.
"Tangismu tidak akan menghidupkan kami lagi Don, kau harus membalas dengan dengan nyawamu", ucap Aurel datar.
"Tapi, bukan aku yang membunuh kalian", kata Dona lagi dan tetap menangis.
"Bukti sudah ada di depan matamu Don, KAU HARUS MATI!".
"Tidak, aku tidak mau mati. "Bukan aku yang membunuh kalian".
"Keras kepala, KAU ITU PEMBUNUH!", teriak Aurel lagi dan akhirnya Dona terbangun dari tidurnya di tengah malam , tepatnya jam 12 malam. Dona berteriak histeris dan menggedor-gedor ruangan putih itu. "KELUARKAN AKU DARI SINI!", teriaknya. Tetapi teriakannya tidak dapat menggapai luar ruangan, karena ruangan putih itu kedap suara dan memang dibuat khusus untuk orang gila tingkat atas.
Di sisi lain, Deca terlihat kesal karena kurang berhasil mempengaruhi alam sadar Dona. Deca mendengus dan Rose pun terbangun melihat Deca yang terlihat gelisah.
"Deca".
"Rose, maaf membuatmu terbangun", ucap Deca dan tersenyum.
"Apakah kau tidak berhasil membuat Dona menjadi gila dan ingin membunuh dirinya?", tanya Rose dan membangunkan tubuhnya yang tadi berbaring.
"Kau kembali tidur, biarkan aku menjagamu disini", jawab Deca dan tersenyum.
"Pertanyaanku belum kau jawab", kata Rose dan menatap tajam Deca.
"hm, sepertinya setengah berhasil", jawab Deca dan tersenyum dengan paksaan.
"Anggap saja berhasil. "hm, target selanjutnya ayah Dona", ucap Rose dan tersenyum.
"hm", Deca mendehem dan menghela nafas panjang.
Jangan lupa like dan komen ya
masih ada kelanjutannya
salam manis Kazunika
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Rose (Hiatus)
Tajemnica / ThrillerIblis kucing yang biasa di panggil Deca memeluk perempuan yang telah dihidupkannya kembali. "kau harus memilih, mawar atau darah". "Aku tak mengerti", jawab gadis itu. "Pilihlah, karena itu adalah pilihanmu untuk membalas dendam". "Apa yang harus ak...