Author pov
Tubuh mungil Rose langsung terkulai dan terhempas ke sofa milik Tomi saat Deca keluar dari tubuh Rose. Wajah Rose terlihat pucat dan Deca mulai panik dan menggucang tubuh Rose.
"Rose, kau jangan melemah seperti ini, jika begini aku tidak bisa membantumu", ucap Deca dan mulai menggosok tangan Rose yang mulai dingin.
"Sepertinya dia tidak ingin membalas ibunya ketika dia tahu kebenaran ibunya yang sebenarnya jahat", ucap Anli yang sedari tadi duduk memandang Rose dan Deca.
"Tap Tap Tap", suara langkah kaki terdengar dan tampaklah Tomi dengan pakaian putihnya memasuki ruang tamu itu.
"Kenapa dengan dia Anli?", tanya Tomi dan meletakkan tas hitamnya di atas sofa lainnya.
"Dia melemah, mungkin bakal mati, niatnya untuk membalas dendamnya hilang", jawab Anli.
"Jadi?", tanya Tomi dan menatap Anli lagi.
Anli tersenyum, " hm, kau tahu tidak, dia adalah anak ibu yang ku ikuti tadi".
Mendengar itu Tomi memicingkan matanya dan menatap ke arah Rose yang tak sadarkan diri. "Bagaimana, apa kau menemukan apa yang ku suruh?", tanya Tomi.
Anli tersenyum dan mendekati Tomi, "sedikit, perempuan itu benar ada kaitan dengan kasus kecelakaan keluargamu?", jawabnya pelan.
"Jadi, kenapa tidak kau bunuh dia?", tanya Tomi dengan nada datar menatap Anli.
"Tadi aku ingin membunuhnya, tetapi Rose tidak ingin ibunya dibunuh jadi aku membawa dia sebagai gantinya", jawab Anli dan tersenyum.
"APA MAKSUDMU", kata Deca dan langsung berdiri dan menatap tajam Anli, " KAU INGIN MEMBUNUH ROSE HAH!".
"Niatku tadi begitu, tapi karena dia akan mati sendiri seperti itu jadi aku tidak perlu turun tangan", jawab Anli tersenyum.
Deca mengepalkan tangannya geram. Dia ingin membunuh Anli karena menjebaknya seperti orang bodoh. Dia langsung menggenggam tangan Rose kembali berharap Rose sadar.
"Tomi, kau ingat adik bayimu?", tanya Anli.
Tomi langsung menatap tajam Anli. Dia heran mendengar pertanyaan Anli yang mengingatkannya kembali kepada adik bayinya, " Kenapa dengan adik bayiku".
Anli langsung memegang pundak Tomi dan berbicara lewat telepati, "Aku pernah membaca pikiranmu saat tidur, saat dimana kau lengah saat adik bayimu diculik oleh seseorang".
"Kau menemukan penculiknya?", Tanya Tomi penasaran.
" Hm, aku tidak bisa melihat dengan jelas penculik itu, tapi aku mengingat tanda lahir di tangannya, persis dengan Ibunya Rose".
Jantung Tomi berdetak sedikit kencang ketika mendengar itu, matanya langsung tertuju pada Rose yang terkulai tak sadarkan diri, " Berarti Rose...".
"Tunggu, aku tidak yakin, aku hanya ingin memastikannya lagi, malam ini aku akan ke tempat perempuan itu", Jawab Anli sambil mengedipkan matanya.
Tiba-tiba Rose terbangun dan menghela nafas panjang. "ROSE", pekik Deca dan langsung memeluk Rose. Rose tersenyum dan mengusap belakang Deca.
"Kau kenapa panik, Deca?", tanya Rose.
"Aku khawatir," jawab Deca dan memeluk erat Rose.
Rose melihat sekeliling dan dilihatnya Tomi yang menatapnya tajam. "Kita dimana Deca? "Dan kenapa ada dokternya Dona di sini", nafas Rose naik turun, amarahnya sedikit naik ketika melihat Tomi karena langsung mengingat Dona. Aura lemah Rose tadi sedikit memudar dan itu membuat Deca sedikit tenang.
"Tadi polisi akan menangkapmu jika kita tidak pergi", ucap Deca.
"Hm, sekarang ayo kita pulang", ucap Rose dan berdiri menarik tangan Rose.
"Jika kau mau, kau bisa tinggal disini", ajak Tomi tiba-tiba dan tersenyum.
"Maaf, aku tidak akan membiarkan si Anli ataupun kamu membunuh Rose di sini", kata Deca dan berdiri di depan Rose.
"Mereka ingin membunuhku?", tanya Rose dengan nada kesal.
Tomi tersenyum, "Jangan percaya ucapan Anli, dia hanya main-main, kau bisa menginap di sini untuk semalam. "Mungkin polisi tengah mengincarmu sekarang?", Tukasnya.
"Dia pasti bukan ibumu Rose hingga dia memperlakukan seperti tadi", Timpal Anli dan menjatuhkannya di sofa.
"Dia ibuku, dia ibuku", kata Rose dan sedikit kesal.
"Hahaha, Jika dia benar bukan ibumu, apa kau ingin membayarku dengan setengah jiwa manusiamu?", tanya Anli dan terkekeh sedikit.
Deca sedikit kesal, " Anli, aku baru tahu kau adalah pengkhianat, kau sudah mendapatkan Tomi dan kau ingin mendapatkan jiwa sekutuku HAH!".
"Aku hanya bercanda, kalian berdua begitu mirip. "Seperti kakak adek ya?", jawab Anli tersenyum dan menaikkan kaki kanannya ke Meja.
"Anli, sudahlah, sekarang kau harus melanjutkan rencanamu, aku butuh jawaban yang lebih pasti. "Jika benar mereka ada kaitannya, bunuh mereka".
"Baik", ucap Anli.
"Apa rencanamu?", tanya Rose yang takut jika yang dimaksud Tomi adalah ibunya.
"Jika benar ibumu terlibat, aku akan membunuh ibumu", jawab Anli dan terkekeh, " Dan mungkin kau juga", ucapnya lagi.
"Cukup Anli, jangan memperkeruh suasana", ucap Tomi datar. Lalu dia memandang ke arah Deca dan Rose yang berdiri, "Kalian boleh menginap disini, aku hanya menyuruh Anli memastikan. Dan aku tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah", jawab Tomi dan meninggalkan Deca dan Rose di ruang tamu.
----------
Jam sudah menunjukkan pukul 21.15 malam. Dia keluar dari kamarnya dan melihat Deca sedang memegang kepala Rose.
"Apa yang kau lakukan pada Rose", tanya Tomi yang penasaran mendekati Rose yang terlelap.
"Bukan urusanmu", jawab Deca tanpa menoleh ke arah Tomi.
"Apakah Rose sudah makan?", tanya Tomi yang sedikit perhatian. Dia duduk di sofa sambil menatap tajam Rose dan Deca.
"Sudah. "Terimakasih atas makanannya", jawab Deca.
"Hm," Tomi memandang dari atas kepala hingga kaki Rose. Ditatapnya lekat arah mata Rose yang tertutup itu. Dia mengingat warna mata hingga tatapan Rose yang memandang wajahnya, lalu dia mengingat wajah kakaknya yang sedikit mirip dengan Rose.
"Kenapa memandang Rose seperti itu?", tanya Deca yang merasa tidak aman.
Tomi tersenyum, " Tenanglah Deca, aku tidak ada niat buruk sedikit pun pada Rose".
Deca menghela nafas panjang. Ditatapnya wajah Tomi yang menatapnya dengan sendu, " Apakah kau tinggal sendiri di sini, dan keluargamu semuanya sudah meninggal?", tanya Deca memcairkan suasana.
Tomi menganggukkan kepalanya, "Tapi, mungkin adikku yang diculik masih hidup, aku berharap itu benar adanya", jawab Tomi dan tersenyum.
"hm", jawab Deca dan tetap fokus memegang kepala Rose.
"Kau melakukan apa?", tanya Tomi lagi.
"Pembalasan dendam", jawab Deca dan tersenyum.
Jangan lupa Vote and komen
cerita hanya mengikuti jalan pikir yang sedang kacau, hahahaha
salam manis Kazunika
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Rose (Hiatus)
Mystery / ThrillerIblis kucing yang biasa di panggil Deca memeluk perempuan yang telah dihidupkannya kembali. "kau harus memilih, mawar atau darah". "Aku tak mengerti", jawab gadis itu. "Pilihlah, karena itu adalah pilihanmu untuk membalas dendam". "Apa yang harus ak...