19.Karma

11 3 0
                                    

Note: Terdapat adegan sadis, jika phobia darah jangan baca :)

Happy reading

#Author pov

Ruangan putih yang tidak terlalu besar dihiasi beberapa buku di atas meja dan poster bertema kesehatan jiwa. Rose menatap sekeliling dan tidak berani menatap Tomi yang selalu menatapnya tajam.

"Rose, jika kau tidak percaya, kita lakukan tes DNA", ucap Tomi serius.

"Tidak perlu," ucap Rose singkat.

"Kau pasti tidak yakin akan ucapan Anli bahwa kita saudara kan?", tanya Tomi.

Rose tersenyum, sesekali dia menatap mata Tomi yang mulai berair. "Dokter cengeng ya?", ucap Rose.

"hm", Tomi hanya mendehem. Di ambilnya sebuah foto yang berada di dalam mejanya dan dia menunjukkan pada Rose. "Lihatlah, dia adalah kakak tertua, dan dia sangat mirip denganmu, hanya saja rambutnya yang ikal. "Aku baru sadar kau begitu mirip saat Anli memberitahuku tentang hal itu".

Rose mengambil foto itu dan di tatapnya dalam. Foto itu berisi dua orang paruh baya, satu remaja perempuan, satu anak lelaki yang berusia 15 tahun dan seorang bayi yang digendong oleh perempuan paruh baya itu. Matanya tertuju pada foto bayi itu.

"Ini seperti aku waktu bayi, aku pernah menemukannya di lemari ibu, tapi ibu langsung mengoyaknya saat aku masih SMP", kata Rose dan mengacungkan jari telunjuknya ke arah bayi yang ada di foto itu.

"Betulkan apa kataku, kau itu adik bayiku yang hilang. "yang kau anggap ibu adalah orang yang menculikmu dan dia yang menyebabkan orangtua kita dan kakak tertua meninggal", ucap Tomi. Air mata yang tertahan di matanya mulai keluar menyusuri pipinya.

Tiba-tiba Anli masuk ke dalam ruangan dimana Tomi dan Rose berada. "Tom, aku sudah mengecek mobilmu, sepertinya rem mobilmu sudah di rusak.

Tomi tersenyum, "kita jalankan rencana kita".

Tidak lama kemudian Deca masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati Rose. "Rose, aku sudah melihat keadaan Dona, dia pasti mengakhiri hidupnya hari ini".

"Kau benar-benar dendam pada Dona, Rose".

"ya, begitulah. "Dia dulu pernah membullyku hingga aku dibenci satu sekolah, dia membayar orang membullyku juga dan memfitnahku", ucap Rose datar.

Mendengar itu Tomi sedikit panas. "Dia pernah difoto setengah telanjang oleh orang suruhan Dona", ucap Deca menambahkan.

BRAAAK

Tomi geram hingga menampar mejanya. Tangannya merah karena itu. "Keterlaluan dia, dia patut mati, aku akan membunuhnya saat ini juga". Tomi berdiri.

"Tidak perlu Tom, aku sudah membuat otaknya gila, sebentar lagi kau akan melihat dia mati", ucap Deca dan tertawa.

"Bagaimana dia bisa mati, sedangkan tangannya diborgol", tukas Tomi.

"Hahaha, aku sudah menghipnotis salah satu sustermu untuk melepaskannya, dan suster itu juga akan menuruti semua kemauan Dona".

"Lalu?".

"Tubuh Dona akan bergerak tanpa di perintah untuk mengakhiri hidupnya sendiri", jawab Deca dan tersenyum.

"Bagus, aku suka cara kerjamu", kata Rose dan menepuk-nepuk pundak Deca.

"Hm," kata Tomi dan menghela nafas.

-------

KREEEK

Pintu ruang isolasi Dona dibuka. Masuklah seorang suster dengan membawa kunci di tangannya. Dona menatapnya dan tersenyum senang, "Kau akan melepaskan aku kan sus?", tanyanya dan tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang