Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━
Setelah lama berlari, akhirnya Haechan menemukan tempat untuk bersembunyi dari sahabatnya. Dengan yakin ia memasuki sebuah rumah yang kelihatannya sudah tidak terepakai itu.
Nafas Haechan terengah-engah kelelahan. Sesekali ia menengok kearah luar apakah sahabatnya masih mengejarnya apa tidak. Dan sahabatnya ternyata masih mengejarnya.
"Ah, sialan. Dia lari kemana coba tadi." Mark melihat ke kanan dan ke kiri, nampaknya dia kehilangan Haechan. Dari belakang Renjun dan yang lainnya datang dan langsung menghampiri Mark. "Gimana, Mark?" tanya Jeno.
Mark menggeleng lalu menjawab, "gua kehilangan jejak dia." Mark sejujurnya benci bersikap jahat ke Haechan tadi. Dalam hati yang dalam ia sangat menyayangi sahabatnya itu. Namun sayang, Mark sangat kecewa terhadap Haechan.
Renjun menepuk sebelah bahu Mark.
"It's okay, kita masih bisa ketemu dia besok di sekolah. Besok kita ngomong baik-baik sama dia. Mungkin Echan masih butuh waktu sendiri sekarang."
"Hei guys," Jaemin bersuara, "mending sekarang kita pulang dulu ke rumah buat istirahat sambil mikir gimana ngomongnya besok ke Echan." Yang lain mengangguk setuju, Mark akhirnya mengangguk setuju juga, walau sebenarnya ia masih ingin mencari Haechan.
"Yaudah ayok kita pulang," ajak Chenle. Satu persatu sahabatnya mulai berjalan menjauh, namun Mark masih diam ditempat.
"Chan, gua kecewa sama lu. Tapi gua gak bisa benci karena lu sahabat terbaik gua. Tolong, jangan pergi."
Pelan tapi pasti, Mark melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.
Dibalik tempat persembunyiannya, Haechan mendengar semua omongan sahabatnya dengan sangat jelas.
"Maaf semuanya, tapi gua gak mau buat kalian susah karena gua."
━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.