1

7.7K 348 9
                                        

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

-21 April, 16.00

Sore hari ini, seorang lelaki memakai seragam putih abu-abu terlihat sedang memacu kendaraan motornya. Nama lelaki itu adalah Lee Haechan, atau temannya biasa memanggilnya dengan 'Echan'.

Haechan memasuki perumahan tempatnya tinggal dengan senyum yang terpancar cerah dari wajahnya. Ingin sekali rasanya langsung memeluk guling dan tiduran di kasur selepas ini, sekolah hari ini memang benar-benar menguras tenaga dan juga otaknya.

Saat Haechan memasuki pekarangan rumah, ia dibuat bingung dengan banyaknya barang didepan rumah. Orang tua Haechan terlihat sibuk menaruh barang-barang ke depan rumah. Sebentar, mereka berdua bukannya jam segini masih ada di kantor? Kok sudah pulang saja? Bukannya Haechan tidak suka orang tuanya pulang cepat, tapi rasanya ada sesuatu yang aneh sedang terjadi sekarang.

Mama Haechan melihatnya yang sedang berdiri dengan bingung di teras, lalu memanggil, "Chan, kamu udah pulang. Tolong barang kamu di kamar di beresin terus di bawa ke sini, ya."

Haechan diam, masih mencerna apa yang mamanya katakan tadi. Sebenarnya ada apa?

"Loh kok malah diem?" tanya mama nya yang heran karena Haechan tidak melakukan apa yang dia suruh. "Cepetan, Chan."

Papa Haechan keluar dari pintu sambil membawa kardus besar, ia menangkap keberadaan Haechan. Kardus itu kemudian dia letakkan di depan rumah. Lagi-lagi Haechan di buat bingung.

Papa Haechan menghampirinya dengan keringat yang tercucur di wajahnya. "Chan, cepetan kamu beresin barang kamu. Kita akan segera per-"

Belum sempat papa mengakhiri ucapannya, Haechan sudah memotongnya, "pergi kemana, Pah? Ada apaan ini sebenarnya?"

Suara Haechan bergetar, menahan nangis selagi mengatakannya. Haechan sendiri pun tak tahu kenapa ia ingin menangis seperti ini.

Papa Haechan terdiam seketika, mamanya juga. Mama Haechan kemudian memeluknya sambil menangis, papa masih diam tidak berkutik.

"Chan, maafin papa." Akhirnya papa Haechan bersuara, mamanya masih menangis dipelukan Haechan.

"Papa ditipu rekan bisnis papa, Chan. Perusahaan papa bangkrut. Maafin papa, Chan."

Jleb.

Tidak tahu mengapa hati Haechan rasanya seperti di sambar petir begitu saja.

"Maafin papa sekali lagi, Chan. Papa emang gak bisa jadi kepala keluarga yang baik untuk keluarga kita. Papa salah, papa emang bodoh, coba aja papa enggak-"

"Pah," ucap Haechan sambil mencoba untuk tersenyum di kala tangisnya. "Papah gak salah, juga gak bodoh. Ini emang takdir yang udah dibuat Tuhan buat kita. Kita harus mensyukuri apapun yang terjadi."

Papa Haechan tersenyum kemudian langsung memeluk ia dan mamanya. Air mata Haechan kembali pecah, tidak terlalu banyak tapi cukup memperlihatkan bahwa ia sakit.

"Thanks my son," ucap mama Haechan pelan.

Haechan mengangguk dan mencoba tersenyum kembali.

"Everything's gonna be alright, Mom and Dad. I promise."

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
friendship; lee haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang