7

2K 184 0
                                    

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

Seperti biasa, setelah sepulang sekolah Haechan langsung berangkat ke tempat kerjanya. Haechan bekerja di cafe yang tidak jauh dari sekolahnya, jadi tidak memakan waktu lama untuk sampai kesana.

"Sore, Kak," sapa Haechan kepada salah satu pegawai cafe itu.

"Sore juga, Chan. Itu piring kotor di meja no.19 tolong diambil terus dikasih anak baru yang lagi nyuci piring."

"Siap, Kak." Haechan langsung mengambil piring kotor tersebut dan membawanya kedalam. Saat akan menaruhnya di tempat cucian piring ternyata benar ada seseorang yang sedang mencuci piring. Haechan meletakkan piring kotor itu di pinggirnya.

"Terima kasih," ucap orang itu, lalu tersenyum kepada Haechan.

Ternyata orang itu adalah, "Loh? Jeno?"

"Halo, Chan," ujar Jeno lalu kembali mencuci piring.

Dari belakang datang lagi dua orang membawa piring kotor lebih banyak.

"Tambahan piring kotor, Jen." Haechan bertambah bingung, Jisung dan Jaemin mengapa ada disini juga?

"Oh, hey, Chan," ucap Jaemin lalu kembali pergi ke depan sedangkan Jisung hanya tersenyum kepadanya lalu berjalan mengikuti Jaemin.

Haechan melongo begitu mereka berdua lewat di depannya. Jika Jisung, Jeno, dan Jaemin ada disini, berarti Mark, Renjun serta Chenle sudah pasti berada disini juga. Ini aneh, untuk apa mereka semua berada di tempat kerjanya?

"Jun, meja nomor 7 dua burger dan satu kentang goreng, ya." Suara Mark membangunkan Haechan dari lamunannya, beberapa detik kemudian terdengar suara Renjun,

"Okay, Markeu!"

Benar dugaan Haechan sebelumnya, mereka semua ada disini.

***

Rasanya sangat aneh, bekerja dengan sahabat yang sedang kamu jauhi. Sejauh Haechan ingin menjauh dari sahabatnya, justru ia selalu dipertemukan. Mungkin Tuhan mempunyai rencana agar Haechan tidak menjauh dari sahabatnya.

Selama bekerja, pikiran Haechan tidak fokus. Setiap bekerja ia selalu memikirkan sebenarnya apa yang direncanakan mereka. Haechan ingin menuntut jawaban, tapi entahlah, sulit berbicara kembali dengan kawan lama.

Jam sudah menunjukkan pukul 18.30, waktunya Haechan untuk pulang bekerja dan beristirahat. Ketika Haechan ingin keluar dari cafe, tangannya dicekal oleh Mark.

"Hai, Chan. Lu bisa ikut kita sebentar, gak?"
Haechan tidak tahu apa yang di pikirkannya, namun dia mengangguk menyetujuinya.

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

━━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━━

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
friendship; lee haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang