BUKK!
Suara itu membangunkanku dari tidurku. Dengan bersandar pada meja, aku menegakkan diri. Aku melihat sekeliling dan munculah suatu pemikiran di kepalaku, "dimana ini?"
"Dokter Tihn!" Suara seseorang yang memanggil namaku menyita perhatianku. Aku menengok pada Aim, dan melihat perawat muda menaruh tangannya diatas meja. Aku menyadari bahwa suara yang aku dengar tadi adalah Aim yang mencoba membangunkanku dengan mengetuk meja. "Bagaimana bisa kamu tidur, di luar sudah seperti perang. Bisa tidak kamu keluar dan membantu para residen?"
"... Sial, aku minta maaf." Aku membungkuk untuk mengambil stetoskop hitam favoritku yang telah jatuh di lantai beberapa saat lalu. "Aku tadi berencana untuk makan selama 10 detik lalu kembali. Aku tidak tahu kalau aku akan ketiduran seperti ini."
Aim melirik kearah makanan yang hampir sama sekali tidak aku makan. "Kamu tidur sambil makan, aakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu butuh istirahat?"
Aku berdiri dan menggantungkan stetoskop di leherku. "Walaupun aku tidak OK, terkena demam, diare, pingsan, ataupun tertabrak truk, aku tidak bisa istirahat kalau tidak mati." Aku melihat kearah Aim yang berdiri dengan melipat tangannya di depan dada. "Kalaupun aku mati, aku harus menghidupkan diriku dan kembali bekerja."
Aim tertawa sedikit, "Kamu sangat lucu, sekarang keluar!"
Aku memberikan hormat ejekan padanya, berjalan keluar dan berbelok ke dapur kecil di sebelah ruang gawat darurat (IGD). Aku mencoba untuk merapikan rambutku yang berantakan yang sudah lama tidak ku urus. Hidupku sekarang bagaikan waktu terburuk sejak lahir. Begadang semalaman untuk menyelesaikan masalah konferensi yang telah di kritik secara buruk oleh profesorku. Lalu aku dapat shift pagi dan siang tanpa istirahat. Apakah aku membuat keputusan yang benar untuk melanjutkan pembelajaranku di bidang kedokteran emergensi?
Hal pertama yang aku lihat setelah masuk ke ruang IGD adalah kekacauan. Seperti sedang ada perang dunia. Seorang pria tua di kasur emergensi didorong melewati aku. Gap dan Pin, dokter residen pertama dan kedua yang lari dari satu kasur ke kasur lain. Dua orang extern lagi berada di kondisi yang sama. Satu dari mereka datang berlari untuk menangani kasus diatas kasur sedangkan yang satunya melihatku dan bersikap seperti ia sedang melihat Tuhan.
(a/n residen : dokter yang sedang menempuh pendidikan spesialis, extern : mirip dengan intern, bukan dokter residen tapi bekerja di rumah sakit dalam waktu singkat)
"Tihn, tolong aku." Itu Wan yang berkata demikian.
Aku berlari ke Wan yang sedang merawat seorang pria paruh baya yang punya masalah pernafasan. Wan adalah seorang extern yang baru saja bekerja di IGD untuk beberapa hari. Dia puna sangat sedikit pengalaman dalam menghadapi masalah IGD. Ini adalah kewajibanku untuk mengajar dan menyediakan konseling bagi semua orang di shift ini, "Apa masalahnya?"
"Ia adalah pria berusia 52 tahun dengan asma. Dia punya bronkodilator dan spray. Ia datang karena ia merasa lebih capek selama 30 menit sebelum datang ke rumah sakit. Yang pertama menerima tanda vital adalah tachycardia, oksigen dalam darah 94%, dan ada suara cuitan dari keduanya. Aku sudah meminta nebulizer. Ia telah mengkonsumsi tiga dosis tapi masih tetap lelah. Sedangkan oksigen dalam darahnya baik."
"Iya memang, tapi dia tidak bisa bernafas dengan baik." Aku mengambil stetoskopku untuk mendengarkan nafasnya. Aku mendengar ciutan yang keras dari kedua paru-parunya dan jantungnya berdetak sangat kencang. "dia harus menggunakan otot perut untuk bernafas. Ini adalah tanda dari gagal nafas. Level oksigen dalam darahnya baik tapi dia masih sangat lelah. Tuan, anda membutuhkan tabung pernafasan." Kataku padanya dan ia mengangguk karena ia terlalu lelah untuk berbicara. "Endotrachel tube akan datang. Aku akan membutuhkan tabung no. 7.5 dan 10mg Valium"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triage [INDONESIA]
General Fiction(DISCONTINUED) By Sammon_Scene Dokter Tihn tidak bisa menyelamatkan hidup seorang pasien. Ini bukan hal yang baru baginya. Tapi.. Apa jadinya kalau ia mendapat kesempatan kedua? ketiga? dan selanjutnya? Kesempatan yang tak terhingga untuk menyelama...