Chapter 9 : Loop 8 - Part 2

2.5K 261 27
                                    

Published : January 11, 2019

Author Note : Rough translate.

A/N I'm so sorrryyy, waktu aku baca ternyata bukan Loop 9 tapi Chapter 9 : Loop 8 part 2.

___

Fakfang tersenyum bahagia sepanjang jalan selama perjalanan ke gedung Fakultas Administrasi Bisnis. Dia adalah wanita muda yang tidak memiliki garis wajah yang cantik. Tapi figurnya yang tersembunyi di balik baju pendeknya bak super model. Dengan perpaduan warna kulitnya yang seperti madu, tak salah lagi jika mendapat pasangan bule. AKu pernah tidak setuju padanya saat ia berbicara dengan seorang bule, yang tiba-tiba datang dan menyapa nya di restoran. Tapi selama waktu berjalan, mereka bagaikan pasangan yang cocok. Walaupun sempat bertengkar hingga aku sempat stress dan harus bangun dari tidurku untuk mengangkat telepon nya.

"Jangan buat raut wajah tegang begitu bahagialah sedikit, buatlah nong terkesan." Fakfang berusaha menghiburku dan tidak berhenti sama sekali. "Kamu adalah pria yang tampan, jadi tidak bisa melawan nong. Kamu harus menjadi gentleman dengan sikap yang lembut tapi manly. Jangan lupa geser kursinya untuk nong bisa duduk. Ambilkan dia nasi dan tuangkan minumnya. Dan jika ada sisa makanan di pojok bibirnya, ambil tissue untuk mengelapnya akan lebih baik.

Semakin didengar, semakin menyebalkan dan membuat sakit kepala. "Kamu terlalu banyak nonton lakorn (drama Thailand)."

Fakfang tertawa. "Kalau ada pria yang memperlakukanku begitu di hari pertama kita bertemu, aku akan mencintainya sampai mati."

"Tapi aku pikir nong Tol tidak akan terkesan dengan tindakan seperti itu." Aku pun mencoba meregangkan mataku yang terasa berat, melihat ke jalanan. Aku akui, aku sangat excited hingga aku hampir ketiduran. Aku tertidur jam 4 pagi dan nagun jam 8 karena Nong Pin membangunkanku. aku bangun dan melakukan presentasi. Lalu sakit di slide ketiga. Lalu dibawa ke UGD untuk istirahat dan cek darah. Lalu aku kabur keluar dan menunggu untuk bertemu dengan Fakfang.

"Tapi kamu jangan membuat raut wajah stress begitu di depan nong. Kamu harus percaya diri!" Katanya sambil meremas bahuku. "Aku tidak main-main. Kalau kamu tidak bisa menjadikan nong pacarmu hari ini, aku akan sangat marah."

AKu mulai ragu apakah membawa Fakfang bersama itu ide yang bagus atau tidak. Tapi secara perlahan aku sudah menyetir masuk ke area Fakultas Administrasi Bisnis. Aku mencari targetku. Saat aku tidak dapat menemukannya di tempat ia harus menunggu, aku meneleponya lewat Facebook.

"Disitu! Itu nong kan?" Fakfang menunjuk dengan tangan kirinya, aku pun mengikuti ke arah yang ia tunjuk. Jika masalah laki-laku, Fakfang memiliki pandangan yang tajam. AKu pun melihat seorang mahasiswa berdiri dan melihat ke handphonenya dan baru saja akan ia tekan. Seharusnya itu telpon dariku. AKu buru-buru turun dari mobil dan melambaikan tangaku pada Tol. Nong Tol melihatku dan berjalan lurus kearahku. Ia mengangkat tangannya dan memberiku wai yang mana buru-buru aku terima dan memberinya wai juga. AKu merasa seperti dituakan.

"Masuklah ke mobil." Aku baru saja mau membukakan pintu mobil, tapi Fakfang turun dari kursi depan. DIa tersenyum sambil melihat nong Tol. Ia memegang pundaknya, dan menuntunnya ke kursi depan.

"Duduklah di depan."

Aku melihat Tol agak ragu. Ia melihat ke kanan dan kiri seakan mencari seseorang sebelum ia menundukan kepalanya dan memencet handphonenya.

"Ada apa?" Tanyaku. Tol melirik ke arahku.

"Tidak ada apa-apa." Tol terlihat cemas. Ia menghela nafas sebelum melihat kearahku. "AKu duduk di depan kan?"

"Boleh. Phi duduk di belakang. Phi suka karena luas." Fakfang membuka pintu belakang dan duduk dengan cepat. Tol duduk di depan dan aku memutar untuk duduk di kursi setir. Fakfang muncul diantara kami berdua dan berbicara dengan nada ceria, "Nama phi Fakfang. Teman Tihn dan juga seorang dokter."

Triage [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang