Published : February 5th, 2019
Author Note : Rough translate.
_
"Tolong..."
"Tolong!!!"
Suara seorang gadis membuatku kaget. Aku perlahan duduk. Menyingkirkan selimut Rilakumaku. DI waktu yang sala, Zebra, kucing persiaku yang putih melompat di pangkuanku dan menangis dengan keras. Wajahnya seakan berkata 'hei manusia, jangan lupa beri makan tuan putri..'.
Aku mengangkat tanganku dan mengelus bulu Zebra yang halus. Aku mencoba mengingat suara yang aku dengar tadi, apa suara seseorang. Terdengar sangat familiar. Seperti suara dari suatu event yang penting yang tidak dapat kuingat. AKu pun menghela nafas. Mungkin saja tidak berarti apa-apa. Ini hanya mimpi. Tidak boleh kepikiran dan menjadi cemas terus-terusan. Aku pun bangun dari tempat tidur. Berjalan lurus ke kantong makanan kucing di pojok kamar. Aku menuangkan makanan kucing itu kedalam mangkok. Aku berdiri dan memandang Zebra yang sedang makan dan berpikir kalau aku akan membawanya mandi di petshop sekali-kali.
Tapi ada sesuatu yang mengganggu pikiranku dan membuatku tidak nyaman.
AKu ebrdiri dan melihat diriku di cermin saat aku menggosok gigiku. Rambutku cukup panjang dan tidak tertata. Mungkin sebentar lagi aku bisa berubah jadi Tarzan. Tapi bukan itu yang aku khawatirkan. Apakah aku melupakan sesuatu? Apa aku lupa kewajibanku di pagi hari? Sepertinya tidak, karena hari ini aku shift di siang hari. Aku harus memastikan jadwalku lagi.
Setelah mandi dan berganti baju, aku berjalan kedepan condo. Tujuanku adalah pergi ke restoran yang menyiapan makanan khas barat di seberang jalan. Aku biasa nya datang ke restoran ini jika aku sedang tidak buru-buru di pagi hari. Aku memasuki restoran dan mengangguk pada pemiliknya yang sudah kukenal sebelum aku memesan menuku yang biasanya.
"French toast, dua telur goreng, dan bacon."
P'Im mengangguk. "Seperti biasanya ya Dr. Tihn. Minumnya double expresso panas?"
"Itu saja phi." AKu pun duduk di meja sebelah pintu. Aku mengambil handphoneku dan melihatnya. P'Im pun berjalan mengantarkan air minum.
"Kerja siang?" P'Im bertanya sambil tersenyum.
"Iya. Hari ini shift siang." Aku melihat keatas da tersenyum padanya. "Jadi mampir ke toko phi dulu untuk isi tenaga."
"Haha.. Tentu saja." P'Im terdengar puas dengan kata-kataku. "Ya sudah, phi membuat pizza dulu. nanti akan ada di menu. Phi harap kamu mau mencoba sample nya. Gratis tidak usah bayar."
"Oh tentu saja!" Kataku dengan semangat. "Tunggu saja sampai aku menghabiskan seluruh nampannya."
"Berikan kritik untuk rasanya untuk phi na." P'Im meberikan tanda OK dengan jarinya lalu berjalan kembali ke belakang.
Aku melihat jalanan di luar. Aku bukan perasa yang bagus, karena lidah perasaku seperti buaya. Tapi paling tidak cukup untuk merasakan dan mengkritik dan merekomendasikan restoran pizza mana yang cocok untuk menjadi tempat makan. Contohnya restoran yang mengenalku ini. Ia membuka restoran homemade pizza di depan rumahnya. Pizzanya enak. Seperti pizza kejunya yang Fakfang dan Nong Tol pesan hari itu adalah yang terbaik.
Eh tunggu dulu...
Kalau begitu Nong Tol...
"Sial!!!" Aku langsung berdiri dengan cepat hingga kursi yang aku duduki jatuh. Hatiku berdetak kecang rasanya hampir copot. Telapak tanganku berkeringat, aku cepat-cepat mengambil handphoneku untuk melihat tanggal dan waktu.
Hari ini tanggal 17 Maret jam 9.30.
Bagaimana bisa aku melupakan hal ini?
Sudah berapa kali waktunya mundur? Semakin lupa semakin banyak kejadian yang terjadi. Tanganku gemetaran karena rasa takutku. Masih untung bisa ingat. Yah, waktunya belum berjalan begitu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triage [INDONESIA]
Ficção Geral(DISCONTINUED) By Sammon_Scene Dokter Tihn tidak bisa menyelamatkan hidup seorang pasien. Ini bukan hal yang baru baginya. Tapi.. Apa jadinya kalau ia mendapat kesempatan kedua? ketiga? dan selanjutnya? Kesempatan yang tak terhingga untuk menyelama...