Chapter 4 : Loop 4

2.9K 347 14
                                    

Published : November 15, 2018
Revised : November 24, 2018

Author Note : Unchecked. Read at your own risk.

------------------------------------

"Phi Tha.." Suara seorang anak laki-laki terdengar di ruang IGD di sebuah rumah sakit. "Phi Tha!"

Di hadapan anak laki-laki itu ada badan dari seprang gadis terbaring diam diatas sebuah dipan. Wajahnya pucat, ia tidak berdarah. Anak laki-laki itu langsung menghampirinya. Mencoba untuk memeluknya. Ia ingin kakaknya bangun dan membacakannya sebuah cerita. Ia ingin kakaknya bermain dengannya. Ia ingin kakaknya membawanya ke taman bermain di dekat rumah. Ia juga ingin membawanya berenang.

Mengapa kakaknya tidak bangun untuk berbicara dengannya?

Ayah dari anak itu membawanya keluar. Suara ayahnya terdengar tidak normal. Anak laki-laki itu merasakannya, tetapi ia tidak tau apa yang terjadi.

"Kakakmu... tidak akan bangun." Ayahnya berlutut dan memeluknya. Anak laki-laki itu hanya berkedip kebingungan.

"Kenapa ia tidak bangun?"

"Karena kakak mu.. sudah di surga." Anak itu merasakan Ayahnya gemetar. Apakah ia menangis? "Mulai sekarang, hanya akan ada kita bertiga, ibu dan ayah."

---

Aku membuka mataku setelah ayah anak itu menyelesaikan kalimatnya. Aku bangun perlahan. Tetapi seluruh tubuhku merasa pusing dan ingin muntah. Aku mengangkat tanganku dan memijat keningku. Ini bukan pertama kalinya aku melihat hal ini terjadi. Itu adalah peristiwa ketika aku masih kecil. Aku masih tidak tau apa yang disebut dengan kematian. Aku melihat tubuh kakakku yang tidak bernyawa. Ia meninggal karena infeksi dalam alirah darahnya. Penyebap infeksi adalah karena aborsi di klinik tanpa sepengetahuan orang tua. Keesokan harinya, ia mengalami demam tinggi, sakit perut, dan dibawa ke IGD karena tekanan darahnya. Dan ia meninggal kemudian.

Jika aku seorang dokter, aku mungkin dapat membantunya. Merawat pasien yang terinfeksi darah dalam aliran darahnya adalah subjek yang ingin aku temukan sampai aku mati rasa. Kakakku mungkin tidak akan meninggal.

Jika dapat kembali ke masa lalu dengan pengetahuan medis yang penuh seperti sekarang. Jika aku punya kesempatan untuk membantunya.

---

Pintu ruang istirahatpun terbuka. Aku menoleh kearah orang yang tiba-tiba saja masuk. Ekspresinya terlihat jengkel dan kelelahan.

"Kasus diluar sudah seperti perang. Aku minta maaf, Dok." Aim berkata padaku. "Tapi kau makan lama sekali. Dan kenapa masih banyak nasi yang tersisa?"

Aku menoleh untuk melihat hidangan yang hampir tidak tersentuh. Aku mengangkat alisku. Dan wajahku terlihat bingung.

"Jam berapa ini?" Tanya ku sambil melihat pada jam tanganku.

"Jam sembilan lima puluh."

Aku bangun dan aku merasa takut. Oke, aku kembali di tempat yang sama lagi. Tapi kali ini, aku tidak dibangunkan karena aku sudah bangun. Aku bisa bangun sendiri.

Aku tidak bisa memberi tahukannya sekarang. Tapi aku harus keluar dari badai ini. Bagaimana aku bisa keluar dari sini? Ini lah yang harus aku temukan.

Aku berjalan keluar dari ruang istirahat tanpa memberi tahu Nong Aim. Aku tahu aku menjatuhkan stetopskopku ke lantai. Tapi aku memutuskan bahwa kali ini aku akan melakukan sesuatu yang berbeda. Jika aksi kecil bisa membawaku ke suatu perubahan besar. Aku berjalan di tengah kekacauan.Nong Wan menoleh ke arahku. Aku memutuskan untuk tidak akan membantunya. Aku tidak peduli apakah ia akan meminta bantuan Gap ataupun Nong Pin. Aku pun menyelinap ke dalam suatu bilik dimana ada seorang perawat yang sedang memasang kateter kemih pada seorang pasien. Perawat paruh baya itu melihatku dengan wajah tertegun. Pria yang berbaring disitupun juga menatapku.

"Oh sawasdeekrab.. M.. Mungkin akan terasa sedikit sakit.." Aku tersenyum pada pasien yang menatapku. Aku mendekati tirai dan membukanya sedikit untuk melihat keluar. Nong Wan sedang berkonsultasi dengan Nong Pin. Nong Pin pun bergegas untuk mendengarkan denyut di paru-paru pasien itu dengan sabar, lalu satu kejadian telah berubah. Pin akan merawat pasien yang memiliki asma. Sekarang harus ku lihat apa yang bisa ku ubah.

AKu berjalan keluar dari tirai. Langsung ke pintu IGD. AKu pergi keluar, dimana keluarga pasien duduk. Aku berdiri melihat melalui kegelapan ke jalan di depan gedung. Segera akan ada satu kasus. Seorang mahasiswa muda dengan kasus kecelakaan motor. Ia tidak sadar dan jantungnya berhenti berdetak di ruang IGD.

Ini adalah perubahan kedua yang akan ia buat agar pasien ini tidak meninggal.

Suara sirene ambulan mulai terdengar. Aku memikirkan apa yang akan aku lakukan dengan pasien ini. Apa yang aku lewatkan sebelumnya? Apa yang aku lupakan dan harus perbaiki? Sirene terdengar lebih keras lagi. Aku pun menghitung dalam pikiranku.

Pasien pun tiba di ruang IGD pada pukul 10.05 pm.

---

BUKKK!

Aku tidak yakin apa itu masalahnya.

"Apa yang salah? Gap duduklah disini." Gap pun duduk disampingku. Aku menaruh tangan ku pada pundaknya. Nong Pin yang melihat ini pun membuat ekspresi ingin muntah.

"Apa yang aku lewatkan? Aku melakukan apa yang aku bisa." Aku mengangkat tanganku untuk mendorong kepala orang disebelahku. Gap tertawa.

"Kasus anak itu? Aku tidak ada waktu untuk melihat kasusnya. Tapi aku juga akan merasa stress. Tapi kita sudah berusaha yang terbaik." Kata Gap menghiburku. "Aku tau akan sangat stress jika kau panik karena ada pasien yang meninggal di IGD."

"Tidak!" AKu mengangkat tanganku untuk memijat area mataku. "Jika kasus ini meninggal. Aku tidak bisa pergi kemana-mana."

"Apa maksudmu?" Gap melihat ke arahku dengan bingung sebelum ia berdiri. "Hey, kembalilah tidur. Aku tidak tau, tapi semua akan kembali seperti semula."

"Aku akan ikut denganmu!" Kata Pin. "Sampai jumpa P'Tihn!"

"Ck.." Aku duduk dengan diam hingga semua orang keluar dari ruang istirahat.

Aku tidak bisa mengubah nasib pasien.

Jadi aku harus coba dengan cara lain.

Aku berdiri dan mengambil stetoskop ku dengan kepala yang berat berjalan ke ruang residen. Aku membeli 2 botol M-150 di kulkas. Tidak mungkin masih ada di tempat yang sama. Di ruangan ini tersedia dua bunk bed (kasur tingkat), sebuah lemari makanan, microwave dan mejanya, dan juga cangkir-cangkir kopi. Aku membuka kulkas. Aku mengambil satu botol M-150 dan membuka tutupnya. Menuangkan minuman yang kaya akan gula dan kafein itu ke mulutku. Aku tidak tau apakan ini cukup untukku bisa bertahan bangun hingga subuh. Mungkin, jika aku tidak tidur sampai subuh, aku bisa keluar dari lingkaran (loop) ini.

(a/n Lingkaran Loop : Suatu proses yang ujungnya terhubung lagi ke bagian awal. Proses perputaran kejadian yang sama di buku ini disebut Loop.)

Aku membawa diriku ke kasur, tempat dimana aku biasa tidur saat aku membutuhkan tidur di rumah sakit. Minuman gila ini sama sekali tidak membantuku. Aku mengangkat tanganku ke depan wajahku. Aku menarik nafas panjang. Mataku berat, seperti seseorang sedang menggantungkan beban.

Ini adalah perubahan baru. Tiga kali aku tertidur dan bangun di ruang istirahat. Mungkin jika aku tidur disini, aku dapat keluar dari kejadian yang berulang ini. Ruangan ini mungkin mempunyai misteri yang harus aku cari tau jawabannya nanti.

Aku memutuskan untu mengambil beberapa lembar kertas yang ada diatas kasurku, melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku. Jika waktu berjalan maju, kertas ini seharusnya ada di dalam saku ku saat aku bangun. Tapi jika berjalan mundur, aku tidak akan menemukannya.

Aku merebahkan diriku diatas kasur, menutup mataku, berdoa agar aku bangun saat matahari terbit.

-------------------------------------

A/N Thank you semuanya yang sudah baca Triage.
Aku mencoba sebisa aku untuk translate ke bahasa ya. Maaf kalau kurang jelas karena aku memang tidak lancar Thai.
Sampai ada English version yang authentic keluar aku akan translate ROUGH/KASAR, yang kebenarannya tidak 100%.
Tetapi paling tidak bisa di mengerti.

Anyway, there will be English version soon! It's a fan translate also so it may be wont 100% correct.

Triage [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang