Published : November 15, 2018
Revised : November 24, 2018Author Note : Uncheck, read at your own risk.
-----------------------------------------
"BUKKK!!!"
Aku melihat keatas, ada suara seseorang menggebrak mejaku. Aku melihat Nong Aim berdiri dengan kedua tanganya menyangga diatas meja. Wajah perawat yang cantik ini terlihat marah.
"Dokter Tihn! Bagaimana bisa kamu tidur, di luar sudah seperti perang. Bisa tidak kamu keluar dan membantu para residen?" Aku melihatnya perlahan. DIa melihat kearah piring nasiku yang kutaruh diatas meja.
Aku tak tau apa yang harus aku katakan. Ini seperti mimpi menjadi nyata. Aku akan tidur lagi. AKu hanya sedang bermimpi. "Aim tolong bangunkan aku.."
Nong Aim melihatku, "Kau sudah bangun!"
"Bukan.. Maksudku, aku sekarang sedang bermimpi. Aku tidur terlalu lama. Aku kembali di ruangan ini. Sekarang aku bermimpi tentang mimpi. Besok aku masih harus bekerja." Aku melihat kearahnya dan ia tertawa padaku.
"Apa yang kamu bicarakan?" Tanya nya. "Ini siang setelah pagi. Normal untuk seseorang yang sudah bekerja selama 16 jam untuk menjadi gila kan." Ia melihatku terhuyun. Dan berjalan keluar ruangan.
"Aku tidak gila. Aku katakan jika aku sudah melihat ruangan itu beberapa kali!"
"Kamu bekerja disini. Kamu sering melihat kasur dan ruangan itu, itu adalah hal normal. Apa kamu masih mengantuk? Kalau kamu lihat di IGD, kamu harus bangun sekarang!"
Aku pun melihat ke arah ruang IGD yang sudah kulihat untuk ketiga kalinya. Aku menghela nafas. AKu sudah bangun, aku berharap aku bangun di condoku dan memeluk kucing persiaku yang putih. Melepaskan semuanya. Aku harus.. melepaskannya.
"Aku tidak tau apa yang harus aku katakan. Ambil bronkodilator dan spray." Hari ini aku menjadi lebih lelah dibanding sebelum aku berangkat ke rumah sakit.
"Ini adalah kasus yang sulit. AKu akan melihat kasus lain." Aku melihat orang tua itu yang terlihat lelah tetapi aku tidak peduli jika aku tertegun. Biar aku katakan lagi, ini mimpi. Otak ku sedang bercanda, kan? Aku akan tinggal lagi. Biarkan ini berakhir. Aku tertidur diruangan itu lagi, aku akan bangun dalam dunia nyata. "Pasang ventilatornya. AMbil tabung 7.5 dan 10 ml."
"Tabung 7.5 dan valium!" Seorang perawat meresponku sambil mendorong kasur. Perawat itu berlari dan terburu-buru mengambil masker oksigen dan menekan balonnya untuk memberikan oksigen dan memulai pekerjaannya. Hal ini sudah kulihat sebelumnya.
Saat pasien mulai tertidur karena obatnya, aku menaruh selang secara perlahan di mulut pasien. AKu membutuhkan perawat untuk menekan tenggorokannya. Hal itu.. sudah aku lihat sebelumnya di rumah sakit.
"Denyut nadi pasien yang kecelakaan hilang!"
Hal ini menjadi kasus sorotan. Aku melihat ia dibawa masuk ke ruang IGD secara terburu-buru. Pria muda yang tidak sadarkan diri dari kecelakaan. Aku melihat wajahnya secara hati-hati. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan saat ia tidak sadar, ia terlihat tampan.
Apakah mungkin aku dapat menyelamatkannya? Walaupun ini hanya mimpi.
"Pin kemarilah!" aku berlari dan memanggilnya, membawa Pin kearah kasus ini. "Kau harus menelepon pihak ICU untuk membawa pria tadi dan memberikannya ventilator."
"Okay.."
AKu melihat kearahnya sesaat, dan berlari ke kasus yang baru saja kuberi ventilator.
AKu langsung berlari menuju pasien muda tadi. Hal pertama yang aku lakukan adalah membangunkannya, untuk mengecek responnya. "Pasien.. Pasien.. Apa kau mendengarku?" Aku berteriak dan menggoyangkan bahunya. Pria muda itu tidak merespon panggilanku. Hal selanjutnya yang aku lakukan adalah mengecek nadinya.
Lima detik berlalu.. Sepuluh detik berlalu.. Jariku tidak merasakan denyut nadinya.
"CPR! Siapkan CPR!"
---
"AKu tidak tau lagi." Hal ini hancur dan sangat beresiko. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Seseorang menyentuh pundakku, "Ada apa?"
Aku menoleh kearahnya yang datang mendekatiku. Di otakku, aku hanya memikirkan tentang pasien tadi. Setelah usahaku untuk menyelamatkannya. Pada akhirnya, ia meninggal. Dan untuk kedua kalinya, aku harus berjalan menemui ayah dan ibu dari si pasien untuk memberikan berita buruk. Melihat para perawat dengan lembut memindahkan monitor dan tabung ventilator.
Kenapa mimpiku tidak jadi nyata? Faktanya, bagaimana bisa aku menyelamatkan hidup pasien?
"Tentang kasus yang meninggal tadi?" Nong Wan berkata padaku.
"Iya benar. Phi melakukan kesalahan." Aku mengangkat kedua tanganku bersamaan. Meletakkannya di keningku dan bersender tiduran. "Aku shock karena ia kehilangan banyak darah. Aku menyiramkan air garam padanya. Asam di darahnya hilang. Elektrolitnya juga memiliki kadar potasium yang tinggi. Yang mana...."
Harus aku akui. Aku tidak suka. "Sudah tidak usah dipikirkan. Kembalilah sana."
"Aku ikut denganmu, phi." Kata Nong Pin. "Sampai jumpa, P'Tihn."
Aku masih duduk di posisi yang sama ketika mereka pergi satu persatu dari ruangan itu. Otakku sangat lelah, aku tidak ingin berpikir lebih lagi. Saat aku bangun dari mimpi ini, siapa yang dapat membangunkanku dari meja ini? Aku akan pulang ke rumah untuk tidur. Sebelum aku bermimpi lagi.
Haruskah aku menyetir pulang sekarang?
Tapi aku lelah.. Sangat lelah bahkan untuk membuka mataku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Triage [INDONESIA]
Ficción General(DISCONTINUED) By Sammon_Scene Dokter Tihn tidak bisa menyelamatkan hidup seorang pasien. Ini bukan hal yang baru baginya. Tapi.. Apa jadinya kalau ia mendapat kesempatan kedua? ketiga? dan selanjutnya? Kesempatan yang tak terhingga untuk menyelama...