Adegan 0 - Briefing

907 87 5
                                    

Conflict is drama, 

and how people deal with conflict,

shows you the kind of people they are.

- Stephen Moyer

Kalian suka drama? Terserah mau drama apa saja. Bisa drama Korea atau Jepang, sinetron—yep, itu versi Indonesianya kan? Boleh jadi malah kalian lebih suka drama waktu pelajaran Bahasa Indonesia.

Kuberitahu satu hal, kalau kalian menyukai drama, bersiaplah punya musuh baru. Aku.

Orang-orang selalu bilang nama adalah doa. Kebanyakan nggak percaya ketika kubilang namaku Diana dan aku lahir di tanggal 1 Juli, persis 55 tahun setelah the most popular and beautiful Lady Di itu lahir. Orangtuaku memberi nama Diana dengan harapan aku bisa menjadi seperti beliau—yang nggak terkabul, pasalnya aku bertingkah serampangan sejak kecil.

Aku sendiri nggak benar-benar kepingin jadi seperti Lady Di. Dia anggun, cantik, pintar, penuh welas asih dan punya segunung sifat baik lain yang diangankan para orangtua ada dalam anak perempuan mereka. Namun, menilik dari nasib pernikahan dan usianya yang usai sebelum menginjak kepala empat, aku ogah tumbuh seperti Lady Di.

Oke, kembali ke topik.

Mari kita bahas dengan 5W1H tentang kebencianku pada drama.

Apa yang kubenci dari drama?

Semua hal yang berhubungan dengan hal tersebut, termasuk drama king dan drama queen. Ini salah satu penyebab mengapa aku nggak punya banyak teman. Cewek-cewek puber sering bertingkah seolah-olah isi hidupnya adalah kemalangan belaka, kecuali aku dan sahabatku, Harumi Anggita.

Contoh konkret; "AKU HABIS DIPUTUSIN, DUNIAKU ANCUR." Lalu nangis kejer di kamar mandi--yang mana itu merupakan tempat buang hajat alih-alih tempat menangis paska patah hati.

Siapa yang kubenci di drama? Tentu saja mulai aktor sampai pelukis latarnya!

Di mana saja aku membenci drama? Semua tempat! Seumur hidup, baru dua kali aku memainkan drama—dan semuanya kulakoni dengan wajah masam, saat ujian praktek Bahasa Indonesia di SD dan tugas kelas 8.

Kapan aku mulai membenci drama? Sepertinya sejak aku naik ke kelas 2 SD.

Mengapa aku membenci drama?

Tolong deh, kalau kalian disuguhi ayam goreng SETIAP HARI selama bertahun-tahun, nyaris tanpa variasi menu lain, apa nggak muak?

Bagaimana aku bisa membenci drama?

Nah, itu cerita yang panjang, jadi bisa kuceritakan sambil jalan.

Nah, itu cerita yang panjang, jadi bisa kuceritakan sambil jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jadi, haiiiii!

Oh, i-nya kebanyakan.

Saya kembali lagi setelah sekian lama, wehehehe. Udah lama gak publish, Gapai aja... Kapan selesainya ya? Mei kalo gak salah. Bagi pembaca Gapai, boleh sekali move on ke sini. Tinggalkanlah Gapai yang termewek-mewek itu dan silakanlah bergabung bersama Dian yang empret di sini.

Lantas saya ditendang Dian. Oke, fine. Galak bener dia 'kan?

"DIEM NAJ!"

Tuh, dia protes. Saya kabur dulu sebelum ditendang lagi. Selamat menikmati cerita tentang Dian, selamat menangis dan tertawa bersamanya!

/ngacir/

Babak-Babak DramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang