"Aduh, mana sih?"
Karin terus mencarinya. Keadaan yang sangat gelap membuatnya tidak bisa melihat apapun. Tapi ini sangat penting. Tanpa kacamata ia juga tidak dapat melihat apabila nanti lampunya sudah hidup kembali. Fokusnya sekarang hanya tertuju pada apa yang dilakukannya sekarang, sehingga ia tidak sadar dengan keadaan sekitarnya.
Suatu benda muncul dari balik tembok di tikungan ujung lorong. Benda itu mulai bergerak menapak lantai secara terseret. Ia terus bergerak lurus. Ada satu objek yang sepertinya menjadi incarannya sekarang.
Sementara itu Karin sudah merasakan perasaan tidak enak. Tiba-tiba saja tubuhnya membeku, ia tidak bisa menggerakkannya sesuai perintah otaknya.
Deg.
Keringat dingin sudah mulai mengucur deras dari dahinya. Di kegelapan itu sudah di ketahui pasti jika wajahnya pucat pasi sekarang. Suasana tambah mencekam ketika ia merasakan sesuatu benda yang sangat dingin, sedikit benyek sepeti sudah hancur yang terasa sangat menjijikan. Apalagi baunya yang sangat menyengat, lebih busuk dari bau sampah biasa. Sesuatu yang berbau seperti daging busuk menusuk secara tajam indera penciumannya. Ia membuka lebar kedua matanya, disaat benda yang ia tangguh sebagi tangan itu memegang pergelangan kakinya. Semakin naik keatas secara perlahan, hingga kini mencengkram betisnya dengan kuat. Setetas air mata tiba-tiba saja meluncur bebas. Ia meringis menahan sakit dari jari-jari tangan dengan kuku runcing yang terasa menusuk. Ia yakin kakinya sekarang telah berubah
"Akkhh..."
Tubuh Karin langsung limbung yang mana membuat posisinya sekarang menjadi tiarap. "Sakura!! Tolong aku!!!" teriaknya. Dan seperti marah dengan apa yang Karin lakukan. Tangan tadi langsung saja menancap lebih dalam kedalam kakinya mungkin sebentar lagi akan mengenai tulang tibia serta fibulanya, menghancurkan bagian betisnya dengan sangat kejam.
Lalu ketika Karin ingin mengeluarkan teriakannya, sebuah tangan lainnya muncul dan membekap mulutnya. Bukan hanya bau sekarang yang ia rasakan. Rasa pahit dan karat langsung menyebar memaksa masuk ke dalam mulutnya yng berasal dari darah dan hal yang sangat menjijikan lainnya membuat Karin ingin muntah saat itu juga.
Tubuhnya memberontak ingin melepaskan diri, namun tenagnya telah terkuras diakibatkan dari lukanya. Tangan itu tidak hanya menutup mulutnya tapi juga hidugnya membuat dirinya tidak bisa bernafas. Kelopak matanya terasa mulai memberat, dan sebelum matanya menutup sempurna dalam hati Karin berucap.
"Apa akibat dari apa yang kuperbuat? Inikah sebuah akhir yang Kami-sama berikan untukku?"
Melihat Karin yang tidak bergerak lagi. Tangan itu mulai menarik tubuh Karin dengan sangat mudah, seolah olah yang sedang melakukan hal tersebut ialah seseorang. Bukanlah sebuah potongan tubuh seperti apa yang menjadi kenyataannya. Menarik serta tubuh Karin ketempat semula dimana tadi menjadi jalan ia keluar.
***
"KARIN!!"
Ctak.
Bersamaan dengan teriakan Sakura. Lampu yang tadinya padam satu persatu mulai kembali menyala sekarang. Penerangan menjadi terang dan penglihatan mereka dapat kembali lagi. Sakura memperhatikan sekitar. Di hadapannya ada Ino dan Hinata. Mereka hanya bertiga, seperti yang diduga Karin menghilang.
"Begini saja! Kita berpencar. Ino kau dengan Hinata ke arah sana, dan aku akan kearah sini." ucapnya sambil menunjukkan arah yang harus mereka tuju untuk mencari keberadaan Karin.
Mereka mulai berpencar. Sakura melangkahkan kakinya menelusuri lorong lorong entah mengapa masih meninggalkan sedikit hawa mencekam.
Ia terus melangkah, mata Emeraldnya memperhatikan keadaan sekitar. Ia bingung sebenarnya kemana temannya itu pergi? Kenapa harus menghilang seperti ini? Teringat sesuatu Sakura langsung saja membuka tasnya. Ia merasa sangat bodoh, kenapa ia tida terpikirkan sejak tadi? Sakura terus merutuki dirinya yang tidak berpikir. Tangannya masih mencari keberadaan benda yang dicarinya.
"Dapat." Sakura mulai menekan tombol untuk menyalakan handphonenya. Sekarang yang perlu ia lakukan ialah menelpon polisi. Siapa tau jika sahabatnya itu ternyata di culik oleh seorang penjahat. "Ah, sialan! Kenapa harus di saat-saat seperti ini hah?!". Sakura melempar dengan kasar ponselnya kedalam tas. Ia sangat kesal sekarang, tak ada yang dapat diandalkannya untuk mempercepat menemukan Karin.
Lalu ia memulai pencarian kembali, kali ini disertai dengan meneriakkan temannya itu. "Karin!". Suaranya menggema di seluruh penjuru sekolahnya ini. Hari sudah benar benar malam. Sakura ingin pulang tapi dengan keadaan temannya yang hilang seperti ini, ia tidak bisa meninggalkannya. Menganggap jika ia tidak pernah mengetahui hal ini terjadi, dan menyuruh Ino serta Hinata untuk pulang bersamanya pergi meninggalkannya begitu saja. Itu hal yang tidak akan pernah ia lakukan. Walaupun nanti harus menanggung resiko.
"Ka-rin?"
Sakura sadar dari lamunannya disaat ia melihat ada bayangan seseorang berambut merah yang melintas di ujung tikungan lorong sana. Lantas ia langsung saja berlari mengejarnya.
Sakura menghentikan langkahnya, lalu membukukkan badannya sambil memegangi lututnya. Karin yang dikejarnya berlari sangat cepat seperti menghindarinya. Nafasnya memburu, ini lebih terlihat posisinya sedang terbalik dengan Karin. Seperti ia yang sedang dikejar bukan ia yang mengejar disini. Mengusap wajahnya yang berpeluh dengan keringat yang menetes dari dahinya hingga ke lehernya dengan pelan. Sakura pun menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya.
Ia menyiapkan dirinya untuk mengejar Karin kembali. Namun sebelum ia mengambil langkah pertamanya, seseorang tiba-tiba saja memegang pergelangan tangannya.
"Kak, pergilah dari sini."
Sakura mengerutkan kedua alisnya. Ia tidak mengenal siapa sosok di hadapannya sekarang. Seorang perempuan yang juga memakai seragam yang sama dengannya.
"Kau siapa?"
'Apa ia siswi disini? Kukira tadi tidak ada orang selain kami.' batinnya.
Siswi itu tidak menyahut sama sekali. Kepalanya menunduk matanya menatap lurus ke arah marmer yang ada di bawahnya. Tangannya yang pucat itu mencengkram lebih kencang pergelangan tangannya.
"Kumohon, ikuti perkataanku."
Sakura menatap perempuan di depannya. Tingginya berada di bawahnya, membuatnya terlihat lebih kecil dari Sakura. Kepalanya masih senantiasa menunduk, membuat separuh wajahnya terhalang oleh rambut. Tubuh dan wajahnya terlihat sangat pucat.
"Apa kau sakit?"
"...." sosok itu hanya menggeleng.
"Ah begitu. Ano Gomen, tapi aku tidak bisa." Sakura memberikan pandangan tidak enaknya, merasa bersalah karena menolak keinginannya. Dan sosok itu hanya diam lalu berlalu pergi dari hadapan Sakura.
"Heh, Dasar bodoh."
'Oh sial, sekarang siapa lagi?'
"Terserah, aku tidak peduli." ucapnya sambil berlari kembali mengejar Karin yang sepertinya juga ikut menghentikan langkahnya disaat ia bicara tadi. Meninggalkan seorang pria yang masih tetap di tempatnya, dengan posisinya yang masih sama bersandar di koridor.
'Tunggu, sejak kapan ia ada disitu?'
Tbc.
Maaf, Sorry, Gomen, Mianhae kalo chap ini tidak memuaskan.
VargaArukas28~
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Imagination
FanfictionSakura Haruno tak pernah menyangka sebelumnya. Dari sebuah rasa penasaran mereka yang ingin mengetahui alasan dibalik kematian teman mereka bernama Matsuri, Ino Yamanaka pun mengajak mereka untuk memainkan sebuah permainan pemanggil roh orang yang s...