"Hiks..." Ia menangis sesenggukan setelah mengetahui suatu kenyataan pahit lainnya. Sakura pikir ini sangatlah tidak adil untuknya! Kenapa dalam satu hari penuh ia harus dihadapkan dengan semua kejadian dengan kebenaran yang mengerikan? Ia bingung setelah ini apa yang harus ia lakukan. Menunggu matahari terbit lalu keluar dari sini dan menelpon polisi? Dan memberitahukannya bahwa semua sahabatnya telah terbunuh? Tapi rasanya itu tidak mungkin mengingat jika pembunuh itu ada di tempat yang sama dengannya. Cukup sekedar mengeluarkan sedikit waktu, maka ia akan bernasib sama seperti yang lain.
Sakura memandang bulan yang terasa menertawakannya diatas sana. Mengejek tentang betapa buruk takdir yang sedang dimainkan untuknya. Terus menekannya hingga membuatnya merasa sangat muak.
Helaian merah mudanya berkibar saat angin menerpa pelan wajahnya. Malam ini sepertinya sebentar lagi akan terjadi hujan. Awan hitam pekat yang menggumpal terlihat mendekati bulan ingin menutupinya. Tubuhnya menggigil kedinginan. Ia berada diatap dengan masih menggunakan pakaian sekolah di malam terakhir bulan November dimana musim gugur telah berakhir dan sekarang memasuki musim dingin. Tangan kecilnya bersidekap mencengkram masing-masing lengannyan memeluk tubuhnya sendiri berusaha tuk mengurangi dingin.
Matanya memandang kosong pemandangan tempat parkir sepeda yang biasanya terisi penuh berada di bawah sana. Malam ini sangat sepi karena ini sudah tengah malam sekolah tentu saja tak beroperasi di jam sekarang.
'Apa aku melompat saja dari sini? Bukankah ia akan membunuhku? Akan lebih mudah jika aku melakukannya sendiri. Itu tidak akan membuatnya kerepotan. Lagipula untuk apa aku hidup jika tak ada lagi orang disisiku. Ayah dan ibu sepertinya aku akan menyusul. Karin, Hinata, dan Ino kalian tidak perlu menunggu lama untukku.'
"Sudah kukatakan, jika kakak janganlah berada ditempat ini." Sakura membalikkan badannya dan sepertinya sekarang ia tau wujud dan siap di balik rambut yang menjadi topeng menutupi wajahnya. "Ternyata kau, Matsuri."
Hening membayangi mereka selama beberapa saat. Matsuri menatap Sakura dengan mata yang putih kosong tanpa pupil dan iris. Sakura sendiri terdiam ketika melihatnya. Setelahnya ia langsung tersentak kaget dengan pemikiran yang terlintas begitu saja. "Mat-matsuri, ini... Benar kau?" Wajahnya datar pertanyaan Sakura ia biarkan begitu saja. Lalu secara mengejutkan bibirnya membentuk senyum lebar yang mana tentu saja Sakura dibuat kembali kaget yang menyebabkan ia mudur beberapa langkah. Ia merasa takut jika ini akan menjadi seperti kejadian dirinya dengan Karin palsu. Apalagi dihadapannya ini bukanlah seseorang dengan wujud manusia. Sakura mengenyahkan pemikiran itu dan mencoba tuk tenang. Ia tau Matsuri baik disini.
"Aku sudah memperingatimu."
Sekarang Sakura yang terdiam memikirkan perkataan Matsuri. Kenapa ia tidak mendengarkan peringatannya juga kenapa ia tidakbmengikuti saja permintaan Mantsuri saat itu lalu ia bisa bergegas setelahnya mencari Ino, Karin, dan Hinata lalu menyeret mereka bertiga agar terhindar dari pembunuhan mengerikan ini.
Dan seperti yang diketahui pasti terlambat sudah baginya untuk menyesalinya.
"Seharusnya kau tidak melempar dirimu kedalam sarang yang berbahaya. Inilah akibatnya jika kau bermain Kokkuri-san tanpa bertanggung jawab dengan kesalahan yang kau perbuat. Lihat apa yang terjadi pada seluruh temanmu dan mungkin kau adalah target yang selanjutnya."
"Aku tau itu Matsuri, aku tau jika aku bersama teman-temanku sudah membuat kesalahan. Aku sangat mengerti, apalagi setelah semua ini. Tapi Matsuri kumohon bantu aku keluar dari tempat ini tanpa harus bertemu dengan pembunuh yang berkeliaran itu." Jeda sebentar ia menarik nafas dan kembali melanjutkan ucapannya.
"Ino, Karin juga Hinata tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku harus memberitahu keluarga mereka. Mereka wajib menerima pemberian upacara pemakaman terakhir yang layak. Mereka sudah mati secara tragis aku tak sanggup jika harus melihat mereka tidak mendapatkan yang terbaik." Nada mengiba terlihat jelas dalam permintaan sekaligus penjelasannya. Ia tak perduli lagi jika dirinya akan terlihat seperti pengemis atau apapun. Semua sahabatnya tak bisa menunggu lama.
Dan mungkin setelah selesai mengurus semuanya, ia akan melanjutkan kegiatannya tadi yang tertunda. Itupun jika nanti ia tidaklah dicurigai polisi sebagai pelakunya karena penjahat itu yang berhasil kabir menyisakan dirinya dengan semua kekacauan yang telah terjadi.
Matsuri menggelang walaupun tak berarti apapun matanya tetap memandang Sakura dengan sorotnya yang merasa bersalah. "Maafkan aku, tapi aku tidak bisa."
"Kenapa tidak?" balasnya cepat disertai dengan tangannya yang memegang kedua bahu Matsuri juga nafasnya yang terengah. Perempuan itu memandang frustasi melihat Matsuri yang hanya menggeleng dan menunduk dibawah tatapannya.
Tangannya terkulai lemas disisi tubuhnya setelah tau berungkali yang dilakukannya hanyalah kesia-siaan.
"Sekali lagi aku minta maaf, aku harus pergi." Dan tubuhnya menjadi sepihan cahaya dan hilang begitu saja.
"Kutemukan kau gadis kecil." matanya tadi memandang kepergian Matsuri kini teralihkan menatap sosoknya penuh kebencian. "Kau.." Sakura mendesis saat tau siapa lawan bicaranya sekarang.
"Jangan macam-macam denganku." Sambungnya lagi kali ini dengan suara yang rendah namun disana memancar kekuatan. Membuat seringai setipis kertas muncul, terlihat jelas jika ia sedang mengejek keberanian tikus mainannya.
"Kupikir kau akan takut padaku setelah melihat yang terakhir." Dan seringainya kembali muncul ketika melihat Sakura yang tadinya bersedih dengan perkataanya yang pasti mengingatkan akan kematian
Seseorang yang ia sebut teman kini pandangan matanya beralih menjadi penuh amarah dan kebencian. "Sasuke!""Oh iya, aku punya hadiah khusus untukmu." Sakura yakin jika apa yang ada di balik kata-kata hadiah adalah kebalikannya. Mungkin itu akan bermakna bahagia untuk pria itu, tapi sengsara untuknya. "Kalian kaluarlah!" Suruh lelaki itu entah pada siapa yang ia maksud. Dan tebak. Tentu ia sangat terkejut sekarang. Ini terasa sangat mengerikan tapi juga sekaligus membawa emosinya ketitik terbawah.
Semua sahabatnya. Ino, Karin, dan Hinata. Berada di sini sekarang. Melangkah pelan dengan keadaan mereka yang sama seperti terakhir kali kematian merenggut paksa nyawa. Membuatnya bukan hanya telihat sangat mengerikan sekaligus terasa menyedihkan. Ini seperti kau melihat sendiri adegan dimana zombie berjalan kearahmu secara live, dan ini adalah teman dimana tak ada seorang pun melihat orang yang kalian sayangi menjadi seperti ini.
Mereka bertiga berhenti di samping Sasuke dengan sangat patuh ketika Sasuke menyuruhnya. Seperti mengesankan jika ia adalah tuan yang memegang semua kendali. Pandangan Sasuke teralih dari zombie itu kearahnya. Matanya berkilat aneh. Dan Sakura tau itu ditujukan padanya.
Ia merasa bahagia ketika otaknya memikirkan sebuah rencana jenius yang akan membuatnya bahagia tentunya. "Bunuh dia!" Dan senyum bangga timbul ketika para wanita itu menurutinya. 'Sudah kuduga jika ini akan sangat menarik' benaknya.
Sakura sangat bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Apa ia harus melawan mereka bertiga. Ia tentu bisa mengingat kelihaiannya dalam urusan bertarung. Satu permasalahannya. Ia tidak bisa jika harus melawan mereka. Mereka masihlah berstatus sebagai sahabatnya. Maka dari itu ia merasa ini tidak mungkin. Dan pikirannya memecah bahwa ia bisa melakukannya. Keadan sangat mendesaknya.
'Tunggu. Untuk apa aku menghindar? Bekankah ini keinginanku. Menyusul dan berkumpul bersama lagi dengan semuanya. Ino, Karin, Hinata juga Kaa-san dan Tou-san.'
"Oh, dia menyerah?" Tanyanya merasa tidak menyangka sekaligus senang. Ya tau jika ini adalah akhirnya. Sebuah akhir yang menyenangkan sebagai penutup kisah kehidupan pahit mereka. Tentunya dengan ia memberikan perasaan itu.
"Hentikan ini."
Tbc.
Para Reader-nim gmna chap ini ~VargaArukas28~
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Imagination
FanfictionSakura Haruno tak pernah menyangka sebelumnya. Dari sebuah rasa penasaran mereka yang ingin mengetahui alasan dibalik kematian teman mereka bernama Matsuri, Ino Yamanaka pun mengajak mereka untuk memainkan sebuah permainan pemanggil roh orang yang s...