Jakarta, Indonesia.
***
Clarita Wijaya - kerap disapa Rita atau Dokter Rita, saat ini terlihat tengah membaca kembali sebuah buku catatan kecilnya. Setelah berhasil menyandang status sebagai seorang dokter gigi dan mendirikan sebuah klinik gigi di ibukota, Clarita menjadi semakin sibuk dengan semua itu. Belum lagi ia harus mengurusi adiknya. Selain itu, ia juga harus menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Hal itu ia lakukan seorang diri karena kedua orang tua Rita sudah tiada. Ia harus membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan juga seorang adik yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
"Besok aku harus datang ke sekolah Adam untuk menghadiri rapat orang tua. Baiklah, akan kuatur semuanya," ujar Rita seraya tersenyum saat mengingat kembali seluruh agenda miliknya untuk besok.
Bersamaan dengan itu, ketukan pintu pun terdengar. Rita lantas menoleh ke arah sumber suara,"Silahkan masuk, pintunya tidak dikunci."
Beberapa saat kemudian, nampak seorang suster yang terlihat memasuki ruang praktiknya, "Dok, ada seorang pasien."
Rita tersenyum ketika mendengarkan, "Baiklah. Aku akan bersiap-siap. Suruh saja ia memasuki ruanganku sekarang."
Sang suster pun mengangguk. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan ruang praktik tersebut.
"Baiklah, ini sudah menjadi tugasku. Ayo semangat, Rita," gumam Rita seraya menggunakan jas kebanggaannya yang sudah melekat di tubuhnya selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
Bersamaan dengan itu, seorang anak perempuan berusia 5 tahun memasuki ruang praktiknya. Seketika Rita tersenyum ketika melihat gadis tersebut.
"Hei, selamat datang kembali, Melodi. Bagaimana dengan kondisi gigimu?" tanya Rita seraya mengiring Melodi untuk berbaring di tempat tidur yang telah tersedia.
Melodi terkekeh saat mendengarnya, "Kurasa semakin membaik. Tetapi lubang itu masih tetap terlihat, Dok."
Rita tersenyum ketika mendengar gadis itu berbicara. Sangat menggemaskan menurutnya.
"Gigi geraham mu akan segera di tambal. Sekarang, biarkan Dokter melihatnya terlebih dahulu. Kita akan memeriksanya," jawab Rita seraya menggunakan masker sekaligus sarung tangan latex miliknya sebelum memulai kegiatannya tersebut.
Rita lalu mengambil spiegel yang berada di sampingnya. Setelah itu, ia pun mulai memeriksa bagian gigi geraham Melodi.
"Buka mulutmu yang lebar," ujar Rita dengan ramah. Ia memang sangat ramah dengan semua orang, terutama dengan anak-anak. Sifat ramahnya tersebut diturunkan dari mendiang Ibunya.
Melodi menurutinya. Ia pun dengan sabarnya menunggu Rita melakukan pemeriksaan terhadap gigi gerahamnya.
Rita tersenyum senang. Ternyata semua yang ia lakukan sudah sempurna. Hanya tinggal memberikan sebuah tambalan pada gigi geraham Melodi.
"Baiklah, sudah selesai. Gigimu sudah sempurna dan siap untuk di tambal," ujar Rita seraya meletakan peralatan nya dan melepaskan masker yang telah ia gunakan sejak tadi.
Melodi tersenyum senang, "Benarkah, Dok? Lalu kapan gigiku ini akan segera ditambal?"
Rita terdiam sejenak. Ia mencoba untuk mengingat seluruh jadwal yang ia miliki minggu ini.
Jika besok, ia tidak mungkin bisa melakukan hal tersebut. Hal itu dikarenakan Rita harus mengikuti rapat orang tua di sekolah Adam.
"Bagaimana jika dua hari lagi? Dokter akan menyiapkan semuanya besok. Setelah itu, kau bisa datang lagi kemari keesokan harinya. Tenang saja, Dokter akan tetap memberitahukan Ibumu mengenai hal ini," tawar Rita. Semoga saja Melodi menyetujuinya.
Melodi terdiam sejenak. Seketika ia pun mengangguk, "Baiklah, Dok. Melodimu ini akan kembali lagi setelah dua hari kedepan. Tunggu aku." Ia pun menuruni tempat tidur tersebut secara perlahan.
Rita tersenyum. Ia lalu membantu Melodi untuk turun, "Dokter akan menunggumu. Dan, seperti biasa, jika kau datang tepat waktu dan tidak menangis ketika gigimu dalam proses ditambal, maka dokter akan memberikanmu sebuah hadiah."
Melodi berbinar, "Hadiah lagi?"
Ya, itu memang menjadi ciri khas dari Rita. Ia selalu mengiming-imingi anak-anak yang datang tepat waktu untuk memeriksakan giginya atau pun untuk menambal gigi mereka. Rita akan memberikan nya sebuah hadiah berupa sikat gigi unik sekaligus otomatis yang ia beli di Singapura.
Rita mengangguk, "Maka dari itu, datanglah tepat waktu dan jangan menangis ketika gigimu dalam proses ditambal. Hadiahmu sudah menanti."
Melodi tersenyum senang. Ia lalu memeluk Rita erat, "Terima kasih, Ibu Dokter. Melodi akan mengingat semua nya."
Bersamaan dengan itu, seorang wanita cantik memasuki ruang praktik Rita. Ia pun melemparkan seulas senyuman kepada Rita.
"Mama," ujar Melodi seraya melepaskan pelukan nya. Ia lalu berlari menuju ke arah Angel, Ibu dari Melodi.
"Bagaimana? Apakah gigimu sudah bisa di tambal?" tanya Angel kepada Melodi.
Melodi mengangguk, "Dua hari lagi kita harus kembali kesini. Gigiku akan di tambal hari itu. Dokter Rita juga mengatakan jika aku datang tepat waktu dan tidak menangis ketika gigiku ditambal, maka dokter akan memberikanku sebuah hadiah lagi."
Angel tersenyum seraya mengelus pucuk kepala Melodi, "Baiklah, kita akan datang tepat waktu. Dan Mama yakin, kau adalah seorang gadis yang pemberani."
Melodi bertepuk tangan, "Terima kasih, Ma."
Angel mengangguk. "Ayo, kita berpamitan terlebih dahulu dengan Dokter Rita."
Melodi mengangguk. Ia lalu berjalan mendekati Rita yang masih tersenyum.
"Dok, aku akan kembali pulang. Dua hari lagi aku akan menemuimu kembali di sini. Terima kasih," ujar Melodi seraya menciumi punggung tangan Rita.
Rita tersenyum, "Dokter akan menunggu kedatanganmu, Melodi."
Melodi lalu berjalan mendekati Angel.
"Terima kasih, Dok. Kami akan kembali lagi lusa," ujar Angel seraya tersenyum ramah.
Rita mengangguk, "Dengan senang hati. Lagipula Melodi adalah pasien kesayanganku."
Angel lantas terkekeh mendengarnya. Ia pun segera berpamitan kepada Rita.
Setelah itu, mereka pun berjalan pergi meninggalkan ruang praktik Rita.
"Akhirnya, semuanya selesai. Sekarang saatnya kembali ke rumah." ujar Rita seraya melepaskan jas kebanggaan miliknya itu.
Klinik miliknya dibuka sejak pukul 9:00 hingga 17:00. Dan saat ini, ia tengah bersiap-siap untuk kembali pulang. Setelah itu, Rita harus menyiapkan makan malam bagi Adam - adiknya dan juga dirinya sendiri.
Saat ini ia menggunakan sebuah celana panjang hitam dan kemeja putih yang sedikit ketat. Semua itu terlihat sangat seksi dan menggoda. Ya, Rita mempunyai tubuh yang ideal sekaligus kedua dada yang berukuran lumayan besar. Mungkin semua itu akan menjadi daya tarik tambahan untuk dirinya.
Bahkan sejak duduk di bangku perkuliahan, ada banyak sekali pria yang mendekatinya. Namun, hal tersebut tak membuat Rita memilih untuk menjalin hubungan yang spesial dengan salah satu dari mereka. Ia justru menganggap mereka semua sebagai teman untuknya.
Pikirannya memang tak ingin berkelana ke arah lain, selain untuk fokus dengan karier miliknya sekaligus untuk menjaga Adam yang tentu saja masih sangat membutuhkan dirinya sejauh ini.
Pandangan Rita tertuju ke arah meja yang berada di dekat pintu ruangan praktiknya itu. Terlihat sosok asistennya yang saat ini juga tengah bersiap-siap untuk kembali pulang.
"Selamat sore, aku duluan," ujar Rita seraya tersenyum. Tak lupa juga baginya untuk mengenakan kacamata hitam miliknya yang terkadang ia gunakan itu.
Sang asistennya pun mengangguk mantap, "Baik, Dok. Hati-hati di jalan."
Setelah berlalu, nampak sang asisten yang begitu terpukau ketika melihatnya, "Ah, pria di luar sana begitu syulit untuk menggapai sosok Dokter Rita."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Client ✔
RomanceClarita Wijaya, seorang dokter gigi muda yang masih menyandang status single sampai saat ini. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang Dangerous Client bernama Calvin Anderson yang merupakan seorang CEO di sebuah perusahaan ternama. Calvin Ander...