"Lo suka?" Pemilik bariton menatap Jimin dengan alis bertaut. Mungkin Taehyung takut dia tidak menyukai spageti ini ya? Atau wajah Jimin saja terlalu norak saking lezatnya spageti yang baru dicoba?"Huung!" Mendengung antusias, Jimin kembali mengambil sesendok penuh spageti berlumur keju. Dia tatap Taehyung yang menyunggingkan senyum aneh. "Ini enak seriusan, makasih banget." Jimin membersit hidung. Entah kenapa, rasanya mengharukan sekali bisa duduk berdua dan sarapan bersama seperti ini.
Sekejap, Jimin heran pada perasaannya yang menyendu sejak bertemu Taehyung. Tapi spageti ini lezat sekali... batinnya sambil menelan lalu menatap Taehyung dengan kaca di pelupuk mata. "Makasih, Taehyung." Ia terima segelas tinggi air mineral yang Taehyung sodorkan, menyesap sedikit lalu kembali memusatkan atensi pada pemilik netra cokelat terang. "Spagetinya enak banget, gue suka."
"Syukurlah." Tangan Taehyung yang menganggur terangkat, lalu Jimin merasai usakkan di puncak kepala. Air merebak di matanya tanpa bisa ditahan. "Kalo suka, boleh dong guenya dikasih tahu nama lo? Dari tadi elo belum ngenalin diri balik, loh...."
Sentuhan ringan Taehyung di sela rambutnya terasa hangat namun menyakitkan. Kenapa...? Apa yang salah? "Nama gue Jimin... Park Jimin." Hanya bisikan yang bisa dia suarakan.
"Udah, jangan nangis...." Taehyung menarik tangannya, seketika Jimin merasa ada sesuatu yang terbawa pergi dari dirinya. "Jimin, lo lucu," senyum tipis hadir membingkai wajah Taehyung. Terang di kedua mata itu membuat hati Jimin hangat namun tertusuk duri, "gue suka. Elonya suka juga sama gue nggak?"
Mata Jimin membola, dia berdeguk menahan tangis sambil berusaha memukul kepala Taehyung. "Apa-apaan sih! Bercanda lo gak lucuuu!"
Kekehan pemuda di depannya membuat Jimin seketika diam. Dia suka mendengar suara tawa Taehyung... sampai lupa jika tangannya masih tersimpan di puncak kepala bersurai cokelat pasir itu. "Diusap balik dong, rambut guenya. Padahal sendirinya baru diusapin tapi balas gue anarkis begini."
Karena malu, terlebih baru sadar jika helaian yang terselip di sela jemarinya terasa halus, Jimin mengusak rambut Taehyung barang sebentar. Dia kembali duduk, meneruskan sarapan sambil menghindari tatapan seorang Kim Taehyung. Kenapa perasaannya jadi kacau begini... ia sendiri pun tak tahu.
"Maaf, Taehyung, gak tau kenapa tapi perasaan gue jadi moody begini. Gue seneng kok, dapat tetangga baru. Suka banget juga sama lasagna ala-ala buatan lo. Tapi gak tau kenapa," sedikit melirik dan benar saja, Taehyung tengah memandangnya, "air mata gue suka netes sendiri gitu aja, sejak ngeliat lo."
Denting logam yang menabrak keramik terdengar kala Jimin menyimpan sendoknya di tepi piring. "Kim Taehyung, kita baru ketemu, kan? Tapi sebenarnya, lo siapa? Apa kita pernah kenalan sebelumnya terus gue lupa?" -

KAMU SEDANG MEMBACA
dear [VMIN]
FanfictionJimin jarang percaya mitos, rumor dan kisah klasik tempo dulu; semisal jatuh hati pada tetangga yang tinggal di sebelahmu. Pun, berjodoh kembali dengan orang yang pernah memilikimu di masa lalu. Tapi, siapa yang tahu? [Start: 161118, Finished: 06021...