Kenapa Kim Taehyung bisa kelihatan menarik bahkan ketika mengiris steik lalu menyuapkannya malas-malasan? Padahal itu hal kasual yang dulu Jimin anggap biasa saja.Jimin baru sadar kalau Taehyung itu atraktif, menarik tanpa perlu berusaha. Menjadi pusat perhatian tanpa pemuda itu sadari, mungkin? Entahlah. Tapi jika benar begitu... kenapa Taehyung iseng sekali padanya? Jimin menusukkan garpu di tangan kirinya pada steik, mengiris daging kecokelatan itu dengan pisau di genggaman satunya.
Kenapa tadi Taehyung kelihatan mudah waktu mengiris? Punya Jimin rasanya cukup sulit. Ia perhatikan lagi kedua steak mereka, benar, ada yang berbeda. Daging di piring Taehyung terlihat lebih empuk dengan warna cokelat merata. Beda dengan steiknya sendiri yang terlihat sedikit kaku.
Tak mau ambil pusing lagi, Jimin menyuapkan irisan steik yang sudah ia potong. Ada sensasi juicy memenuhi perasanya dari daging yang tengah dikunyah. Mmm, Jimin memejamkan mata saking menghayatinya ia pada rasa nikmat yang jarang dimakan. Ini baru suapan pertama tapi rasanya memuaskan sekali, ia meringis senang sambil menahan senyuman.
Rasanya enak..., Jimin tidak kuasa menahan senyum begitu selesai menelan. Dia celupkan ujung pisau ke saus black pepper yang Taehyung turut sajikan, mengoles saus itu pada potongan daging berikutnya. Yang diberi saus juga tidak kalah enak, Jimin mendesis sambil melirik Taehyung dengan sirat wajah yang lucu. Pemuda di seberang mengulas senyum tipis, mungkin sudah maklum pada kebiasaan makannya.
Jimin tergelak pelan. "Makasih Tae. Ini enak banget." Pernyataan itu dia tutup dengan senyum lebar sampai tak bisa melihat Taehyung yang sedang tersenyum juga.
"Sama-sama, Jimin. Seneng kalo lo suka."
"M-hmmm," balas Jimin dengan gumaman karena mulutnya sudah terisi lagi. Ia mengedip lambat pada Taehyung yang mengangsurkan sepotong daging ke piringnya. Ganti menatap pelaku yang menyimpan peralatan makan, malah mengusak puncak kepalanya sekilas. "Kewnapwah?"
Taehyung berlalu ke konter dapurnya. "Cobain, punya gue beda sama yang elo, Jimin. Tadi lo minta dibuatin medium rare kan?" Jimin mengangguk-angguk. "Punya gue well done, Jim."
Wah..., iris Jimin membesar. Ia tatap dua potong daging di piringnya dengan lekat. Jika dibandingkan langsung begini, perbedaan di antara keduanya makin jelas. Daging steik miliknya masih berwarna kemerahan di bagian dalam, sedang punya Taehyung cokelat pudar. Pantas saja tadi selesainya belakangan, Jimin membatin sambil bersiap pada suapan selanjutnya.
Tekstur daging yang ini benar lebih lembut, murni rasa daging panggang tanpa ada sensasi juicy seperti miliknya. Tidak kalah enak, tapi bukan selera Jimin saja. Tapi ia tidak akan menolak kalaupun diberi yang seperti itu, kok.
Jimin mendengus geli lalu Taehyung mengusak lagi puncak kepalanya sebelum kembali duduk. Pemuda itu meletakkan botol kaca kecil di antara mereka mendampingi semangkuk kecil saus black pepper.
Cairan di dalamnya berwarna merah pekat yang Jimin asumsikan sebagai jenis saus berbeda. Dia memperhatikan Taehyung mengocok botol kecil itu, menuangkan beberapa tetes saus ke permukaan dagingnya sebelum diratakan oleh punggung pisau.
Apa rasanya jadi berbeda? "Tae...," Jimin berucap tanpa sadar. "mau." -

KAMU SEDANG MEMBACA
dear [VMIN]
FanfictionJimin jarang percaya mitos, rumor dan kisah klasik tempo dulu; semisal jatuh hati pada tetangga yang tinggal di sebelahmu. Pun, berjodoh kembali dengan orang yang pernah memilikimu di masa lalu. Tapi, siapa yang tahu? [Start: 161118, Finished: 06021...