7

3.5K 544 15
                                    


Ralat, tawa Kim Taehyung tidak ada bagus-bagusnya. Sama sekali. Terlebih jika pemuda itu sedang menertawakannya seperti sekarang.

Ingin rasanya Jimin menjejalkan semua selada di piringnya ke sela mulut Taehyung yang terus terkekeh, tapi itu tidak sopan. Terlebih Taehyung sudah berbaik hati membuatkannya makanan begini.

Sebenarnya jika pemuda itu bukan koki dan Jimin tidak melihat sendiri berapa banyak bahan makanan yang tersedia di sini, ia juga akan menolak tawaran Taehyung. Karena kesannya jadi pamrih dan mengharap balasan sekali.

Tapi ini Kim Taehyung sendiri yang menawarkan, kondisinya akan lebih tak tahu diri jika ia tolak tawaran tersebut, bukan? Maka dari itu Jimin menelan semua rasa sebalnya sejak tadi.

Mungkin Taehyung memang orang yang jail seperti itu, mungkin Taehyung tengah mencoba mengambil atensinya seperti bocah SMA naif yang mengisengi orang yang disukai. Jimin mengangguk-angguk atas pendapatnya yang brilian tersebut.

Eh..., rona kemerahan menyebar di pipi Jimin. Kenapa sekarang kesannya ia kelewat percaya diri begitu? Menganggap Taehyung menyukainya....

"Ew." Tanpa sadar Jimin mencibir. Pasti ini karena dia mabuk oleh kelezatan masakan Kim Taehyung sampai dirinya memikirkan hal yang tidak-tidak.

Usakkan di puncak kepala kembali ia rasa. Jimin mendongak, menatap Taehyung yang menjulang tinggi meletakkan saus beraroma lada hitam di atas meja. Pemuda itu pergi lagi lalu menenteng piring keramik putih seperti yang sudah ada di depan Jimin. Asumsi Jimin benar karena saat Taehyung duduk di seberangnya, ada steik serupa miliknya juga.

Taehyung menjulurkan tangan ke arah kepalanya, tapi Jimin tidak mundur atau menghindar. Ia diam saat Taehyung menghancurkan tatanan rambutnya yang mungkin sudah hancur karena disentuh sejak tadi. Oh iya, "Tae, kenapa lo seneng banget ngusapin kepala gue? Perasaan enggak ada yang aneh deh." Lebih baik ditanyakan saja sekalian, pikir Jimin begitu.

Apa Taehyung suka melihat wajah konyolnya dengan rambut berantakan begini? Atau kenapa? Karena sebenarnya Jimin tidak benar-benar benci pada gelak tawa Taehyung. Rasanya ia tidak akan keberatan berpenampilan konyol demi membuat pemuda jangkung itu tertawa.

"Gemes sama lo, Jimin. Segitunya suka sama masakan gue, hm? Hm? Ke mana Park Jimin yang tadi marah terus misuh kalo beres-beresnya berasa lama banget?" Kekehan Taehyung ia balas dengan tatapan sengit karena tepat sekali. "Bercanda, Jim. Suka aja... habisnya rambut lo halus."

Sehabis bilang begitu, Taehyung melempar senyum lembut padanya. Semua gurat tengil dan jail dari sosok itu mendadak lenyap. Jimin terpaku mengingat binar berbeda yang sempat muncul di mata Taehyung tadi. Juga tarikan sudut bibir yang meski sedikit tapi menghantarkan arti berbeda.

Jujur, senyuman enteng itu sempat membuat jantung Jimin terasa berhenti berdetak. -

dear [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang