Pelarian

4.8K 690 154
                                    


Tidak ada satupun yang berani buka suara di dalam mobil yang tengah melaju itu. Di kursi depan Ravi sibuk memeriksa dokumen yang ia bawa, memastikan tak ada satu pun yang tertinggal. Selain tangan kanan, Ravi juga merangkap sebagai sekretaris Kai dikantor. Disampingnya Pak Lee menyetir dengan konsentrasi yang tinggi. Seperti biasa daerah hutan kawasan tempat tinggal Kai terkadang diselimuti oleh kabut yang mengurangi jarak pandang.

Kai duduk di kursi belakang sendirian, memperhatikan kabut lewat jendela mobil dengan angan melayang, teringat kembali pada pertemuan pertama dengan Kyungsoo. Masih terekam jelas dalam benak, hari itu pun berkabut seperti sekarang.

Memikirkan gadis yang ia tinggal, Kai jadi ingin melihatnya. Sedang apa Kyungsoo di basement? Apa menulis di kardus lagi? Mungkin baru satu jam mereka berpisah namun rasa rindu itu tetap saja ada.

Dia hendak merogoh ponsel di dalam saku jas untuk memeriksa aplikasi yang langsung tersambung dengan cctv namun, tiba-tiba mobil mendadak oleng dan hampir tergelincir.

"Ada apa?" tanya Kai dengan alis berkerut. Merasa terganggu.

Sang supir menoleh kebelakang dengan mimik yang ketakutan, jika Kai kesal maka nasibnya dalam bahaya. "Maaf tuan jalanan licin."

"Berhati-hatilah" kata Kai singkat, sepertinya dia sedang dalam mood yang baik. Biasanya Kai akan marah atau mengamuk jika ada pegawainya yang melakukan kesalahan sekecil apapun.

"Semoga bukan pertanda buruk" gumam Ravi pada dirinya sendiri. Dia melirik Kai yang memasukan smartphonenya kembali ke dalam saku jas. Tuannya itu memilih fokus ke arah jalanan yang mereka lewati, berhati-hati jika hal buruk terjadi lagi.


Held Hostage
© Shinkyu
.
.
Kaisoo fanfiction

"Biarkan aku menghajarmu untuk terakhir kali." Nancy mendekati dengan tatapan bengis dan penuh dendam.

Tubuh Kyungsoo yang lebih mungil dari Nancy bergetar ketakutan. Wajahnya sudah babak belur, seluruh tubuhnya bagaikan mati rasa menahan segala nyeri yang tak terkira. Dia bahkan kesulitan untuk berdiri karena patah kaki yang Kai sebabkan belum sembuh benar. Kini Nancy belum puas juga?

Kyungsoo khawatir, bagaimana jika dia terlebih dahulu mati sebelum bisa keluar dari rumah ini?

"Ampuni aku" dia menggapai Nancy dengan jemarinya yang lemah namun Nancy langsung mendorong tubuhnya menjauh bagaikan dia adalah kotoran menjijikan.

"Lihat dirimu" Nancy menarik rambut Kyungsoo ke atas sehingga kepalanya mendongak secara paksa. Nadi dileher Kyungsoo tampak tegang menunjukan seberapa keras dia menahan nyeri tak terkira. Seberapa sakit yang dia rasakan tak membuatnya menangis atau meringis lagi. Dia hanya terdiam dengan tatapan hampa.

"Mengapa orang sepertimu harus seberuntung itu? Mendapatkan semua cinta dan kasih sayang tuan Kai?!" cibir Nancy penuh rasa iri.

Air mata mengalir sepi di pipi Kyungsoo saat diingatkan mengenai Kai. Pria yang paling mencintainya dan juga menyakitinya hingga sekarang.

Hantaman keras di wajahnya datang sepersekian detik kemudian, membuat penglihatan Kyungsoo menjadi buram. Dia menggelengkan kepala dan terus berkedip berusaha mengembalikan fokus dengan jelas. Mimik wajahnya bagaikan orang linglung. Sorot matanya mencoba memfokuskan penglihatan pada sosok Nancy yang tengah tertawa puas sebelum kegelapan datang menelan kesadarannya.
.

.

.

.

.

Suara tangisan itu sangat menyayat hati menarik simpati Kyungsoo untuk bangun dan mencari. Di tengah kegelapan gadis itu mengulurkan tangan berharap menggapai sesuatu yang mungkin tubuh orang yang ingin ia temukan.

Held HostageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang