Jawaban dari semua pertanyaan

12 1 0
                                    

   
Aku menghantarkan Rani pulang, disepanjang jalan Rani hanya diam dan terlihat mulai sedikit tenang.

     
"Apa sebenarnya yang terjadi pada Rani apa maksud perkataannya tadi, Kenapa dia membenci orang tuanya, dan apa semua ini ada hubungannya dengan Chiko." bathinku,

    
Wajar bila aku menyangkut pautkan permasalahan Rani ini dengan Chiko, karena mereka akhir2 ini terlihat dekat.

Aku tidak ingin menanyakan langsung kepada Rani. Aku tidak mau masuk terlalu dalam kedalam masalah Rani.

     
Akhirnya, kami sampai di rumah Rani. Di kawasan kompleks perumahan Lubuk Intan, Lubuk Buaya.

     
"kita sudah sampai Rani.."ucapku. Terlihat Rani terbangun, tampaknya tanpa aku sadari Rani tertidur di bahuku.
     

"hummh.. udah sampai ya moo.."ucap Rani setengah terbangun dan mengusap-usap matanya.
      
"iya nih Ran.."jawabku.

   
Rani turun dari motorku dan megucapkan Terima Kasih sambil tersenyum kepadaku.

     
"aku balik dulu ya Ran.."ucapku sambil menghidupkan kembali motorku.
     
"iya.. Hati-hatii.."balas Rani sambil tersenyum dan melambaikan tangan padaku.

     
Aku berlalu meninggalkan Rani dan sedikit menoleh ke arah Rani.
       
"Aku berjanji, tidak akan membiarkanmu terus dalam masalah Rani.. Aku tidak ingin kehilangan senyumanmu lagi. Aku tidak ingin melihat airmatamu lagi, cukup tadi terakhir kali aku melihatnya"gumamku.

     
Aku memacu motorku 120km/jam. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, marah, sedih, takut dan sayang bercampur menjadi satu, sehingga aku memacu motorku sekencang itu.

     
Wajar bila aku seperti itu, melihat orang yang aku sayangi dalam masalah dan terbebani. Membuatku marah dan ingin membantunya, walaupun dia bukan pacarku. Kalian juga bakalan seperti itu, bukan?
 

*Keesokan harinya, dikampus*

Aku belum melihat Rani pagi ini,

    
"lagi liatin apaan sih lu mo,?"ucap Fendra yang tiba-tiba sudah ada disampingku sembari menirukan gayaku melihat kesegala arah.

     
"gue lagi nungguin Rani, biasanya pagi ini dia udah datang ke kampus.. tapi tumben belum datang ya.."ucapku.
      
"Rani gak kuliah hari ini..."terdengar suara cewe membalas ucapanku tadi, yang tak lain itu adalah Firda.

Sedikit cerita, Firda adalah teman dekatnya Rani. Mereka berteman sejak kecil. Bisa dikatakan dia tau segalanya tentang Rani. Dia cewek dengan tinggi 175cm, sangat tinggi untuk ukuran seorang cewek.

"lo belum tau ya, kalo Rani itu akhir-akhir ini lagi ada masalah sama orang tuanya. Dia juga gak dibolehin kemana-mana sama orang tuanya sekarang (dikurung)."sambung Firda.
    
"ada masalah sama orang tuanya, dan gak dibolehin sama orang tuanya buat kemana-mana, kenapa?" ucapku penasaran dan aku teringat ucapan Rani yang kemaren di Solaria.

    
"udah ahh.. gue gak mau bahas gituan. Karena ini rahasia sahabat gue."ucap Firda berlalu meninggalkan aku dan Fendra.

    
"Tunggu.. Simo ini sahabat gue, dan dia butuh jawaban dari lo. Jadi gue minta, lo jawab dulu pertanyaan sahabat gue dan jangan kemana-mana dulu."ucap Fendra sambil menghentikan langkah Firda.
     
"Emang lo siapanya Rani, hah?" ucap Firda agak kesal kepadaku.
      
"gue emang bukan siapa-siapanya Rani. Tapi gue cuma pengen tau, apa yang sebenarnya terjadi sama Rani. Karena gue peduli sama dia."jawabku.

    
Mendengar jawabanku tadi, Firda sedikit terdiam dan mulai terenyuh dan menanggapi pertanyaanku tadi.
      
      
"kalo lo benar-benar peduli sama Rani, oke gue bakalan ngasih tau lo masalahnya Rani."kata Firda.
      

"Perusahaan keluarganya Rani itu punya hutang yang banyak sama keluarganya Chiko. Jadi untuk membalas hutang itu mau gak mau keluarganya Rani, jodohin Rani sama Chiko dan Rani gak setuju soal perjodohan itu."sambung Firda langsung ke inti permasalahan Rani.
     

"kenapa?"ucapku.
     

"Rani pernah cerita ke gue, kalo chiko itu kasar dan suka seenaknya sendiri tanpa pahamin perasaan orang. Itu yang bikin Rani gak suka sama tuh orang."jawab Firda agak kesal kalau membahas tentang Chiko.

      
"ternyata benar dugaanku, ini semua ada hubungannya dengan Chiko"bathinku kesal.
       

"oii, lo dengerin gue kan,?"ucap firda menjentikkan jarinya padaku.
       

"ehh, iya, iya gue denger kok."ucapku.
       

"udah puas kan,? kalo gitu gue cabut dulu"ucap Firda sambil berlalu.

      
Mendengar apa yang diceritakan Firda tadi, sungguh membuatku kesal dan marah terhadap Chiko dan keluarganya.
      

Ini jawaban dari semua pertanyaanku selama ini, dan ini semua yang Rani tanggung sampai Rani menangis bercerita padaku.
     

Simo & Rani (Biarkan Waktu Yang Menjawab)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang