Aku terduduk di kursi ruang tunggu diluar ruangan Rani dirawat. Ter-enyuh dan sedih melihat kondisi Rani, tak terasa airmata menetes dari mataku.Tak sanggup melihat Rani yang terbujur kaku dalam keadaan tidak sadarkan diri. Aku tak mampu menyembunyikan rasa sedihku.
"Ya tuhan.. kenapa semua ini terjadi pada Ranii.. padahal dia orang yang baikk.. Tuhan.."gumamku sambil memukul pegangan kursi yang aku duduki.
Terlihat Fendra yang sedari tadi berdiri di dekat pintu ruangan Rani dirawat kini menghampiriku dan menepuk-nepuk bahuku. Aku tahu maksud Fendra melakukan itu, dia mencoba menenangkanku tapi juga tidak ingin menghentikan tangisanku.
"gue ngerti apa yang lo rasain mo.."ucap Fendra sembari duduk disampingku.
Aku menangis sejadi-jadinya dan tak mempedulikan bagaimana nantinya orang-orang melihatku.Aku tutupi wajahku dan terus menangis, hatiku hancur, melihat keadaan Rani yang sekarang. Orang yang aku sayang sekarang sedang terbujur kaku tak sadarkan diri.
"menangislah kawan, jika itu bisa membuat lo tenang. keluarkan semua kesedihan yang lo simpan selama ini."sambung fendra.
Terdengar pintu ruangan dimana Rani dirawat terbuka, keluarlah Firda dengan wajah yang tegang dan cemas. Firda menghampiri aku dan Fendra. Terlihat airmata menetes dimatanya.
"kasihan Rani, dia orang yang baik. gak seharusnya dia ngerasain hal yang kayak gini.."ucap Firda kepadaku dan Fendra.
Terlihat Fendra mengusap-usap punggung Firda, mencoba menenangkannya. Aku yang sedari tadi menangis, langsung berdiri dan berteriak-teriak gak karuan.
"Aaaaaaaaaaaaaa..."ucapku berteriak sambil meneteskan airmata. Memecah keheningan lorong ruangaan rawat inap Rumah Sakit. Ku pukuli dinding beberapa kali, tanpa mempedulikan rasa sakit.
"aku tidak berguna.. aku membiarkan orang yang aku sayang menderita, tanpa bisa menghibur dan melindunginya.."ucapku menyalahkan diriku sendiri."cukup moo.. gimana pun lo nyiksa diri lo sendiri, belum tentu juga Rani bakalan siuman. Daripada lo kayak gini, mending lo do'ain yang terbaik untuk Rani.."ucap Fendra menahan tanganku untuk tidak memukul dinding lagi.
Aku hanya diam mendengar ucapan Fendra dan menghentikan tindakanku sembari duduk kembali.
"ini semua salah gue ndraa.. gue tau masalah Rani, dan gue gak bisa lakuin apapun buat nyelesaiin masalah Rani.."ucapku sembari menutup wajahku.
"gue paham moo.. tapi lo gak harus nyalahin diri lo sendiri kayak gini.."ucap Fendra.
"Fendra benar mo.. lo gak harus nyalahin diri lo sendiri, yang terpenting saat ini adalah kita do'ain yang terbaik buat Rani."timpal Firda.
Aku hanya mengangguk mendengar apa yang Firda ucapkan. Perasaanku pun sedikit tenang dan tidak sehisteris yang tadi.Aku berjalan ke pintu ruang perawatan Rani, ku pandangi Rani yang terbujur kaku di tempat tidur melalui kaca pintu. Terlihat Fendra berdiri di sampingku.
"udah moo.. sekarang lo do'ain aja yang terbaik buat Rani. Gue yakin Rani cepat atau lambat pasti akan segera siuman.."ucap Fendra sambil tersenyum menenangkanku.
"thank's broo.."ucapku sedikit tenang.
Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 5:30 sore. Kami pun berpamitan pada orang tua Rani dan meninggalkan rumah sakit tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simo & Rani (Biarkan Waktu Yang Menjawab)
RomanceSimo menyukai wanita yang cantik di kampusnya, akan tetapi di saat yang bersamaan wanita tersebut sedang menghadapi masalah dalam keluarganya. Di sisi lain Simo merasa di uji, bagaimana bisa mendapatkan wanita itu dan menyelesaikan masalahnya.