Alysha 3.2

37 3 0
                                    

Dentang jam ke 12 terdengar. Hari sudah berganti. Alysha bersembunyi di balik pintu dengan tubuh gemetar ketakutan. Ponsel ia genggam erat. Sementara suara gaduh di dapur masih terdengar.

Perlahan, jarinya yang gemetar mencari nama yang sekiranya mau ia ganggu di tengah malam seperti ini.

Yoga. Ya, hanya nama itu.

Alysha menelfon Yoga saat itu juga. Entah apa yang ada dipikirannya hingga nama itu yang ia pilih.

Tanpa butuh waktu lama, pada dering ketiga, panggilan diangkat dan suara Yoga terdengar setelahnya.

"Ada apa Sa?"

Alysha ingin berkata. Namun tidak ada yang keluar dari mulutnya. Ia gagu tiba-tiba.

Terdengar umpatan di seberang sana. Sepertinya, Yoga sedang menonton sebuah film.

"Sa?" ulang Yoga sekali lagi.

"G-ga, lo bisa ke rumah gue gak?" Akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutnya.

Mendengar ada yang salah dari nada bicara Alysha, Yoga langsung bersiaga. Sepertinya memang Alysha sedang terlibat masalah.

"Kenapa lo?" nada suara Yoga mulai panik. Namun tak ada jawaban setelahnya. "Yaudah gue ke sana. Tunggu."

"G-gue di ruang tamu."

"Yaudah tungguin disitu jangan kemana-mana. Kalo bisa, lo keluar rumah."

Panggilan diakhiri. Alysha tidak mampu berdiri. Ia belum makan sejak siang, dan lagi rasa takutnya membuat dirinya seperti patung.

Yoga langsung berangkat menuju rumah Alysha. Tanpa tahu masalah yang sedang dihadapi Alysha. Tanpa berpikir dua kali, tanpa menghitungkan resiko yang bisa saja ia dapati.

***

Yoga berjalan perlahan memasuki pekarangan rumah Alysha. Waspada. Pintu depan terbuka sedikit. Lampu yang menyala hanya lampu teras. Selebihnya gelap gulita.

Yoga ingin segera menemui Alysha. Dan saat Yoga baru saja menginjakkan kaki ke dalam rumah Alysha, sebuah tubuh menerjangnya.

"Gue takut, Ga," ucap Alysha di dalam dekapan Yoga.

Yoga dapat merasakan tubuh Alysha yang bergetar.

Tiba-tiba terdengar sebuah tawa panjang dari arah dapur. Mereka terdiam. Dan Alysha menjelaskan bahwa di sana, seorang gila sedang bermain-main dengan Hana, kucingnya.

"Yaudah kita langsung pergi aja ya."

"Tapi Hana gimana," ucap Alysha memelas. "Gue gamau pergi tanpa Hana."

"Tapi kemungkinan dia hidup itu nihil Sa."

"Dia satu-satunya temen gue." Alysha menunduk. Yoga sudah tahu bahwa Alysha hanya hidup sendirian. Jadi, mau tidak mau, Yoga harus memberanikan diri untuk ke dapur.

"Ikut gue sini. Lo nggak ada sesuatu yang bisa gue jadiin senjata gak?" tanya Yoga lirih.

"Ada sih, payung. Lumayan gede."

AlyshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang