Play video diatas sebagai background music.
____Tubuh Irene ikut bergoyang ketika seseorang menaiki sisi kosong tempat tidur. Mata memang terpejam, tapi telinganya tetap awas. Irene belum benar-benar tidur tapi ia tidak berani berbalik karena ia yakin suaminya, Chanyeol, adalah orang yang menaiki tempat tidurnya.
Irene merasa pria itu sedang menatapnya dari belakang. Tapi ia masih ragu sampai mendengar suara pelan namun dalam mengucapkan, "Selamat tidur, Irene." kemudian membenahi selimut yang ia gunakan sampai naik ke batas bahunya.
Tubuh Irene masih tegang sampai saat ia mendengar dengkuran halus dari arah belakang. Wanita itu berbalik dan mendapati Chanyeol tertidur dengan mulut menganga.
"Aku tidak mengerti kenapa kau terus begini. Membuat hatiku goyah setiap malam. Apa tujuanmu?"
Irene masih bertarung dengan pikirannya selagi mata mengamati sang suami yang kini terlelap. "Ini alasanku tetap bertahan,"
"Mata ini," jari telunjuk Irene menyentuh mata Chanyeol lembut. "Hidung ini," jari itu turun ke hidung bangir suaminya. "Bibir ini," Irene berhenti. Ia tidak berani menyentuh bibir Chanyeol karena itu akan menyakiti dirinya sendiri. Irene sama sekali tidak berhak untuk sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain. "Dan hati ini," tunjuknya pada dada Chanyeol. "Aku tahu di dalam sana ada hati yang lembut, tapi kau menyembunyikannya dariku. Aku ingin tahu Chanyeol, aku ingin tahu bagaimana rasanya dikasihi dengan hati lembut itu. Tapi aku sadar kau tidak akan pernah memberikan hati itu untukku."
Bulir air mata Irene berjatuhan, kemudian ia mengingat hari dimana ia jatuh cinta dengan Chanyeol-nya, suaminya, si Dokter tampan dengan hati lembut.
####
Seorang anak sedang duduk di depan ruang operasi, ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada, mulutnya terus memohon pada Tuhan untuk menyelamatkan seseorang di dalam sana, Ayahnya.
Bererapa jam berlalu kemudian lampu di atas pintu ruang operasi berubah dari yang awalnya merah menjadi hijau. Si anak mendongak dan melihat seorang Dokter tampan keluar, dengan masih mengenakan pakaian operasinya.
"Apa kau keluarga Tuan Begi?" tanya Dokter itu. Si anak mengangguk, ia mendongak sambil menangis.
"Bagaimana keadaan ayahku, Dokter? Tolong katakan sesuatu yang baik, ku mohon," pinta anak itu dengan air yang tak bisa berhenti mengalir dari kedua matanya.
Sang Dokter berlutut untuk menyamai tinggi si anak, "Tenanglah. Operasinya berjalan lancar. Kita doakan bersama kesembuhan ayahmu," katanya lalu mengelus rambut si anak dengan sangat, sangat lembut.
.
Berhari-hari si anak menunggui ayahnya di Rumah Sakit dan berhari-hari pula Chanyeol menemani anak itu, memberinya makan dan memindahkannya ketika tertidur di sebelah sang ayah ke atas sofa kemudian menyelimutinya.
Chanyeol menunggui dan mengelus kepala anak yang sedang tertidur itu sambil tersenyum lembut. Ia sangat menyukai anak-anak dan tidak bisa melihat manusia tak berdosa seperti mereka bersedih, bahkan sampai menangis karena itu akan mengingatkan Chanyeol pada adik yang sangat manja padanya di rumah, Sehun.
.
Sore itu Irene sedang berlatih menggunakan tongkat di lorong Rumah Sakit seorang diri. Dokter Wu bilang ia harus terbiasa menggunakan tongkat karena itu akan lebih memudahkannya dalam beraktifitas ketimbang menggunakan kursi roda.
Irene sudah melihat pasien lain yang juga kehilangan kakinya dan mereka bisa sangat lancar berjalan menggunakan dua tongkat. Irene ingin seperti itu, ingin berjalan dengan tongkat agar ia bisa mandiri dan tidak lagi menyusahkan siapapun, terutama Wendy, orang yang telah mengikrarkan diri akan menampung dan menjaganya. Mereka kini menjadi sahabat baik dan Irene sangat bersyukur karena hal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU ✔
FanfictionIf you're struggling like I am Can't we make things a little easier? - jangan lupa tinggalkan vote dan comment! -