7. present - * you are my treasure, baby *

2.4K 245 26
                                    

on previous chapter

"Kurasa sudah cukup, Sehun. Aku sedang tidak enak badan. Bisakah kamu pergi?" Jisoo mencoba merenggangkan pegangan tapi Sehun lebih kuat.

Dia merasa pusing saat ini. Tiba-tiba penglihatannya mulai memudar namun ia berusaha untuk tetap berdiri.

Tapi dia tidak bisa bertahan lagi karena tiba-tiba semuanya suram.

"Tidak. Jisoo dengar aku. Aku mencint....." sebelum Sehun menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba Jisoo terjatuh dan pingsan.

------------------------------------------------------------------------------------

Kedua kelopak netra Jisoo mulai terbuka secara perlahan menyesuaikan retinanya menatap di sekelilingnya.

Ternyata ada Ibunya dan Jinah yang duduk di sisi ranjang membelakanginya. Terlihat kecemasan di raut wajah wanita berusia 53 tahun dengan kedua tangannya bertumpu meremas kedua tangan Jinah sambil mendengarkannya bicara.

Sayang sekali suara mereka sangat pelan membuat Jisoo sulit mendengar dengan jelas.

"Eeughh...." Suara erangan Jisoo yang halus berhasil mengusik pembicaaan mereka.

"Jisoo, kenapa bangun nak?" tanya Min Kyung yang segera menghampiri Jisoo melarangnya untuk bangun.

"Aku hanya ingin bersandar, Eomma," pinta Jisoo. Min Kyung menoleh pada Jinah yang dijawab dengan anggukan.

Bersama dengan Jinah mereka menyenderkan tubuh Jisoo ke head board. Butiran-butiran keringat yang masih menempel di dahi Jisoo langsung diseka oleh Min Kyung.

Syukurlah suhu badannya sudah normal. Min Kyung bernafas lega.

"Besok kita ke lab klinik Oppa. Aku perlu mengambil darahmu," ucap Jinah tanpa basa basi.

Begitulah sifat Jinah yang selalu bicara blakblakan dan terkadang terlihat sifat pemimpin dan tidak suka dibantah.

Jisoo hanya terdiam sebenarnya Ia ingin membantah Jinah tapi sekali Jinah dibantah jangan harap Ia akan mau mengalah.

Lagipula pikirannya sangat kacau seperti benang yang tidak ada ujungnya.

Mulai dari kehamilannya yang diluar dugaan sekarang ditambah lagi keributan yang dilakukan oleh Sehun membuat Jisoo tidak tahu harus memikirkannya dari mana.

"Jinah-ya, apa Jisoo harus diambil darahnya lagi? Baru seminggu yang lalu apa tidak..."

Belum selesai Min Kyung bicara Jinah langsung memotongnya, "Ada yang ingin aku periksa, Ma. Bukan suatu hal yang penting hanya ingin memastikan saja. Malam ini kamu sudah mulai puasa. Besok jam 10 pagi aku tunggu di klinik, Oppa. Bye."

Jinah pamit tapi sebelumnya Ia mengecup kening Jisoo dan mencium pipi Min Kyung lalu berjalan keluar kamar.

Min Kyung menunduk sejenak sampai Ia mendengar isak tangis Jisoo. Hatinya tertusuk melihat anak tersayangnya menangis sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

Min Kyung langsung mendorong tubuh Jisoo maju ke sisinya dan meletakkan kepala mungil Jisoo di lehernya, memeluknya, membiarkannya menangis sepuasnya dalam dekapannya.

Akhirnya Ia pun turut menangis berharap seandainya saja suaminya masih hidup, Ia pasti bisa membantunya menemukan jalan keluar.

Tangan kanan Jisoo perlahan mengusap perutnya yang masih rata seakan Ia dapat membelai calon bayinya yang baru berusia 8 minggu itu.

Berharap mendapat kekuatan yang entah dari mana untuk menghilangkan semua kekalutannya.

You are my treasure, baby......

* Marriage * [HunSoo's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang